Mohon tunggu...
sari nabiilah ahmad
sari nabiilah ahmad Mohon Tunggu... -

hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Cabai, Dopamin, dan Drama Emosi: Pedas yang Mengubah Suasana Hati

14 Juni 2025   23:23 Diperbarui: 15 Juni 2025   00:31 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Banyak orang menganggap makanan pedas sebagai pelepas stres. Saat sedang sedih, marah, atau bosan, sebagian orang memilih menyantap makanan pedas seperti mie level, ayam geprek, atau seblak pedas. Menariknya, tidak sedikit yang merasa lebih bahagia setelah mengonsumsinya. Apakah hal ini hanya kebetulan, atau memang terdapat penjelasan ilmiah di baliknya?

Rasa Pedas dan Respons Tubuh

Rasa pedas pada makanan berasal dari senyawa bernama capsaicin yang terdapat pada cabai. Saat capsaicin bersentuhan dengan mulut atau lidah, saraf di dalam tubuh mengirimkan sinyal ke otak yang mengartikan sensasi tersebut sebagai rasa panas atau nyeri. Sebagai respons alami, tubuh akan melepaskan endorfin, yaitu hormon yang berfungsi mengurangi rasa sakit sekaligus menciptakan perasaan nyaman. Selain endorfin, tubuh juga dapat memproduksi dopamin dan serotonin, dua hormon yang berperan dalam menimbulkan rasa bahagia dan tenang.

Makanan Pedas sebagai Pengalih Stres

Menurut artikel dari Primarasa.co.id, makanan pedas dapat berperan sebagai pengalih perhatian dari stres. Ketika kita makan pedas, fokus kita akan tertuju pada sensasi panas di mulut, sehingga sejenak kita melupakan rasa stres, gelisah, atau tekanan yang dirasakan. Selain itu, sensasi pedas juga dapat menimbulkan rasa puas atau lega setelah makan. Hal ini disebabkan oleh pelepasan hormon-hormon bahagia yang disebutkan sebelumnya. Tidak heran jika makanan pedas sering disebut sebagai mood booster alami. 

Pengaruh Psikologis: Antara Tantangan dan Kepuasan

Fenomena menikmati rasa pedas juga dapat dijelaskan secara psikologis. Terdapat istilah yang disebut benign masochism, yaitu kondisi ketika seseorang menikmati pengalaman yang menantang tetapi tetap dalam batas aman. Makan makanan yang sangat pedas adalah salah satu contohnya. Bagi sebagian orang, makan pedas memberikan sensasi tantangan. Ketika berhasil menghabiskan makanan dengan tingkat kepedasan tinggi, seseorang dapat merasa bangga dan puas. Hal ini tentu berdampak positif terhadap suasana hati dan kepercayaan diri.

Budaya Makan Pedas di Indonesia

Di Indonesia, makan pedas telah menjadi bagian dari budaya masyarakat. Hampir setiapdaerah memiliki sambal khasnya masing-masing, seperti sambal matah dari Bali, sambal ijo dari Padang, dan sambal dabu-dabu dari Manado. Kebiasaan mengonsumsi makanan pedas sejak kecil membuat lidah masyarakat Indonesia terbiasa dengan sensasi pedas. Akibatnya, banyak orang merasa makan tidak lengkap jika tidak ada sambal. Kebiasaan ini juga berkaitan dengan pengalaman emosional yang menyenangkan, seperti makan bersama keluarga atau teman, yang dapat memperkuat suasana hati positif.

Konsumsi Pedas yang Bijak

Meski memiliki manfaat terhadap suasana hati, konsumsi makanan pedas juga memiliki risiko, terutama jika dilakukan secara berlebihan. Dampak negatif yang mungkin timbul antara lain iritasi lambung, gangguan pencernaan, bahkan ketergantungan terhadap rasa pedas. Oleh karena itu, penting untuk mengonsumsi makanan pedas secara bijak, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat gangguan lambung atau masalah pencernaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun