Mohon tunggu...
Sardo Sinaga
Sardo Sinaga Mohon Tunggu... Freelancer - IG: @raja_bodat

Pecinta Sejarah dan Ilmu Budaya. Pemula. Menulis Apa Saja Yang penting Tidak Melanggar Hukum.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pernikahan, Desakan Lingkungan atau karena Cinta?

9 September 2021   13:30 Diperbarui: 9 September 2021   13:32 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Alex Perelmuter from Pexels

Bere, kalau bisa cari pasangan yang berasal dari suku batak dan beragama Kristen. -ujarnya. Dalam hati saya langsung berkata: terserah saya lah, mau dia manusia, mau nikah sama siluman, ataupun pohon pisang itu terserah saya. 

Sebagian orang pasti pernah mengalami moment seperti ini. Bagi orang batak, pernikahan sebuah peristiwa sakral dalam keluarga. Pernikahan ini sebagai awal untuk meneruskan adat yang sudah ada. Apalagi jika mempunyai anak. Anak bagi orang batak sebagai penerus nama keluarga (marga). 

Namun akhir-akhir ini, saya sering berdiskusi dengan kawan sebaya. Dia berkata bahwa saya cukup enak dalam menentukan identitas. Ia berkata orang tua ku dua-duanya berasal dari suku dan agama yang sama. 

Sedangkan ia berasal dari perpaduan dari suku Batak dan suku Jawa. Saat ia pulang ke Siantar, ia selalu dibilang orang Jawa. Begitu pula saat dia dirumahnya Surabaya, ia selalu dibilang orang Batak. 

Sebenarnya ia mengatakan hal itu dengan nada bercanda. Namun perkataannya membuat saya berpikir keras. 

Photo by Alex Perelmuter from Pexels
Photo by Alex Perelmuter from Pexels

Disuatu moment, saya bertanya kepada orang tua saya dalam perspektif mereka. Mama saya sebenarnya tidak terlalu memberatkan bahwa ia harus berasal dari suku mana. Tapi ia selalu mengatakan kepada anak-anaknya bahwa mencari pasangan harus berasal dari agama Kristen. 

Ia mengatakan berasal dari satu golongan saja bisa bertengkar hebat ataupun bercerai. Apalagi yang berbeda latar belakang. Mendengarkan penjelasan tersebut, Saya langsung berkata cukup logis.

Namun bapak saya sendiri mempunyai punya cara pikir sendiri. Ia tidak bisa membatasi pilihan anak-anaknya. Namun Ia menegaskan dua hal. Pertama, anak-anaknya harus bertanggung jawab atas pilihannya. Yang kedua, pasangan kalian harus bisa akrab dengan saudara-saudara kalian. 

Dari sinilah saya bisa memahami. Ada faktor-faktor tertentu dalam mengambil pilihan dan keputusan. Salah Satunya pernikahan. Banyak orang yang menikah berdasarkan desakan lingkungan sosial. 

"Wah, orang itu umur 30 koq belum nikah?". Atau yang lebih ekstrim bisa seperti ini, "dia koq umur 19 tahun koq sudah nikah? Pasti dia sudah bunting? "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun