Mohon tunggu...
Fransiskus Sardi
Fransiskus Sardi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lulus dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Program Filsafat

Follow ig @sardhyf dan ig @areopagus.2023 “Terhadap apa pun yang tertuliskan, aku hanya menyukai apa-apa yang ditulis dengan darah. Menulislah dengan darah, dan dengan begitu kau akan belajar bahwa darah adalah roh” FN

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kota

10 Desember 2019   11:41 Diperbarui: 10 Desember 2019   11:38 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota menyimpan duka dan suka. Bahagia dan sedih. Kenyamanan dan keengganan. Air mata dan mata air. Hidup dan mati.

Kadang kita harus menjauhi diri kita dari kota...walau pun kita sedang berada di dalam kota.

Kota; tempat menarik dan asyik bagi penggemar keramaian; pleasure; kenikmatan; kedangkalan. Neraka; bagi pencinta kesyahduan; joyfull; ketenangan; kedalaman.

Itulah kota... Banyak tanya. Banyak jawab. Banyak ramai. Banyak aparat. Banyak keparat. Banyak sekali banyaknya, sampai kita lupa dan tidak tahu berapa DALAMNYA kota.

Itulah kota tempat kita tinggal dan berpijak; menakjubkan juga menakutkan. Menggiurkan juga menjijikkan. Mempesona juga membahayakan.

Kota tempat bersatu pencuri-pejabat, pemulung-penguasa, perampok-pencinta, pemerkosa-pendoa, pelahap-penderma, pemuda-kaum tua, mileneal-klasik, antek asing-pribumi, melebur menjadi satu di tengah hiruk pikuk kota.

Kota tidak pernah menjanjikan ketenangan, berisik adalah kota; berISI belum tentu, karena yang sunyi dan hening bukan ciri khas kota. Kota adalah KERAMAIAN. Semua butuh kota, semua mau kota; entahlah, kota tak membutuhkan kita, kota tak mau kita; mungkin.

Kita mau jadi manusia seperti apa? Atau mau jadi apa?

Jangan pernah tanyakan hal itu ke kota. Kota tak menyimpan data dan file tentang kehidupan, kota tak punya jawaban, kota adalah mati (nekropolis).

Kita adalah satu-satunya pemilik kota, jawaban atas kota, usaha kota DAN KEHIDUPAN kota itu sendiri. So, Jangan bangga berada di kota kalau tidak pernah menjadi ADA, tidak pernah BERADA dan tidak-tidak yang lainnya....

Boleh JUGA bangga berada di kota, tapi _toh_ kota tak menjamin kehidupan kita sehari-hari; kita sendiri yang berjuang di tengah kota. Itu artinya; kota yang mestinya kita taklukkan, bukan malah ditakluki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun