Saya tersenyum. “Tidak apa-apa, mba, terimakasih banyak.”
Ia lalu menyerahkan bungkusan kecil. Kali ini onigiri yang diberikan berbeda: “spicy salmon mayo”. Aromanya harum, mayones pedasnya menggoda. “Bawa pulang saja, ya, biar dinikmati di rumah,” katanya ramah.
Saya berterima kasih dengan tulus. Ada rasa syukur tersendiri. Saya tidak bisa membawa pulang buku *Mindset* itu, hanya membacanya di kamar murid saat menunggu. Namun, justru karena itu saya merasa penasaran dan tidak sabar menunggu kesempatan berikutnya untuk melanjutkan bacaan. Dan bersamaan dengan itu, saya pulang dengan hadiah lain: sepotong onigiri pedas yang hangat.
Dalam perjalanan pulang, saya menggenggam bungkusan onigiri itu dengan senyum kecil. Saya teringat bahwa hidup sering kali memberi hadiah-hadiah sederhana. Terkadang berupa makanan kecil, terkadang berupa kesempatan belajar dari sebuah buku, atau bahkan sekadar momen menunggu. Semua itu bisa menjadi hadiah berharga jika kita mau melihatnya dengan syukur.
Hari itu saya pulang dengan perasaan ringan. Hadiahnya bukan hanya onigiri spicy salmon mayo, tetapi juga sebuah pelajaran baru bagi saya bahwa menunggu pun bisa menjadi waktu yang penuh hikmah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI