Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dibuat Uring-uringan oleh Rujukan Online BPJS Kesehatan

18 Maret 2021   12:55 Diperbarui: 18 Maret 2021   13:36 1093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi BPJS Kesehatan (Kompas)

Selama 6 bulan belakangan ini Penulis rutin mondar mandir Rumah Sakit guna menemani orang tua berobat mata. Kami menggunakan BPJS Kesehatan dimana sebelumnya orang tua Penulis terdaftar sebagai anggota Askes.

Sebagaimana proses rujukan online berlaku, setiap anggota BPJS Kesehatan harus meminta rujukan dari Puskesmas agar dapat menuju fasilitas kesehatan (faskes) tingkat selanjutnya maupun ke faskes setingkat di lokasi lain. 

Singkat cerita, Dokter poli mata RSUD merekomendasikan orang tua Penulis agar berobat ke RSUD Pasar Rebo dimana rekannya praktik disana. Alhamdulillah melalui penanganan Dokter poli mata di RSUD Pasar Rebo, kondisi penglihatan orang tua kemudian berangsur membaik dan kami selama 6 bulan berobat jalan disana.

Namun pada proses pembaharuan surat rujukan untuk 3 bulan berikutnya, ada yang berbeda tidak seperti biasanya. Pihak Puskesmas memberitahukan kepada Penulis bahwa tidak tersedia pilihan faskes RSUD setingkat yang dituju untuk perantara agar dapat berobat di RSUD Pasar Rebo, alhasil Penulis diarahkan ke faskes RS khusus mata terdekat.

Mengetahui hal itu, jujur sebenarnya Penulis kurang berkenan dengan dipindahkannya lokasi awal berobat jalan orang tua. Boleh jadi dipindahkannya ke RS khusus mata diartikan sebagai peningkatan kelas faskes dan memudahkan pasien.

Tetapi dalam kapasitasnya begini, ketika pasien dalam kondisi berobat di satu faskes dan cocok maka cakupannya akan lebih baik diteruskan karena ditangani langsung oleh Dokter yang tahu persis perkembangan pasien.

Kenapa Penulis katakan demikian? Karena dari pengalaman yang Penulis lalui dengan mendatangi faskes sebelum-sebelumnya, Dokter yang pernah ditemui angkat tangan dengan kendala penglihatan yang orang tua Penulis alami.

Dengan dirujuk di tempat baru dan bukan bermaksud Penulis meragukan kompetensi Dokter dimaksud, tetapi dalam diri Penulis meyakini bahwa apa yang selama ini Penulis jalani sudah tepat dan dengan dipindah ke lokasi baru maka otomatis kami harus memulai semuanya lagi dari nol.

Jujur Penulis merasa sedih dan kecewa dengan layanan BPJS Kesehatan karena sistem tidak mempertimbangkan lebih lanjut apa yang dialami pasien. Jikalau saja keputusan dipindahkannya rujukan online ini dilandasi oleh rekomendasi Dokter yang menangani menurut Penulis hal itu akan lebih melegakan ketimbang mengarahkan pasien ke faskes lain layaknya kelinci percobaan.

Tanggapan bahwa rujukan online mengurangi antrian pasien maupun orang tua Penulis dirujuk ke faskes yang tingkatnya lebih baik pun Penulis katakan tidak 100% setuju.

Bahwasanya tidak semua faskes memadai. Dalam pengertian lepas dari prasarana dan sarana faskes lengkap akan tetapi jika ditelaah dari segi kemampuan faskes untuk menerima jumlah pasien tak sedikit yang seolah dipaksakan, alhasil pasien pun membeludak karena pasien BPJS dan non BPJS berkumpul di satu faskes. Antrian sudah pasti terjadi, meluangkan banyak waktu untuk berobat di faskes sudah jadi pemandangan biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun