Berbulan-bulan situasi seperti ini selalu ku jaga. Ketenangan bathin lambat laun ku rasakan. Pada satu masa tertentu aku bahkan merasa sudah memiliki keimanan yang cukup tebal.
Memasuki bulan ke lima pasca keluar penjara.
Pras tak mengabarkan sebelumnya, datang ke rumah. Saat itu ku sedang mengaji bersama Halimun. Ku persilahkan Dia duduk di ruang tamu.
Ku berusaha tenang menerima kedatangan mantan suami.
Kedatangan Pras rupanya ingin mengambil Halimun dari ku. Tentu saja ku tolak. Pras berusaha masuk ie kamar Halimun. Aku halangi langkahnya. Kesabaran ku kembali sedang diuji.
Aku bilang baik-baik, tapi Pras emosional dan sesekali mengungkit masa laluku.
Aku berusaha tak mau terbawa oleh emosional Pras. Aku perintahkan Pras keluar dari rumahku. Tetapi Pras malah terus menyeracau menyebut-nyebut ibu ku.
Saat itulah aku tak bisa menahan diri. Aku dorong badan Pras hingga mepet ke tembok. Kalam yang sejak tadi ku pegang, ku arahkan ke lehernya.
"Jangan sampai aku masuk penjara lagi. Sekarang sebelum benda ini ku tusukan ke lehermu, kamu PERGI!!!!"
Pras langsung menghambur keluar rumah. Aku berlari ke arah Halimun dan memeluknya kuat.
"Tuhan aku tak kuat menahan ujianMu"