Mohon tunggu...
Sandrian Rachman
Sandrian Rachman Mohon Tunggu... Mahasiswa Prodi Jurnalistik UIN Jakarta

Menelusuri dan menyelami dunia melalui membaca, kemudian menyalurkannya lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Trump Menutup Kanal Berita VOA: Dibungkamnya Kebebasan Pers di Negeri "The Land of The Free"

15 September 2025   14:53 Diperbarui: 15 September 2025   15:16 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Helmi Johannes, pembawa berita VOA Indonesia dengan suara khasnya dalam menyampaikan berita yang menjadi daya tarik tersendiri bagi pemirsa setia VOA

Di awal pemerintahannya, Presiden Trump membuat kebijakan efisiensi anggaran negara. Dalam versi efisiensinya, banyak lembaga negara yang terdampak kebijakan tersebut yang kemudian menimbulkan pertanyaan; mengapa lembaga ini?Di awal pemerintahannya, Presiden Trump membuat kebijakan efisiensi anggaran negara. Dalam versi efisiensinya, banyak lembaga negara yang terdampak kebijakan tersebut yang kemudian menimbulkan pertanyaan; mengapa lembaga ini?

Di antara lembaga-lembaga tersebut adalah United States Agency for Global Media (USAGM) atau Badan Media Global AS. Lembaga ini menaungi banyak media nasional besar seperti Voice of America (VOA), Radio Free Asia, Radio Free Europe, dan sebagainya. Selain itu, lembaga lainnya yang menangani tunawisma, museum, dan perpustakaan juga turut dipangkas anggarannya. Yang paling heboh beberapa waktu lalu mungkin ialah Departemen Pendidikan. Ya, Trump memangkas jumlah besar anggaran bagi Kementerian Pendidikan di AS. Protes pun bermunculan di mana-mana.

Pers yang bebas adalah salah satu syarat mutlak dari demokrasi yang bebas. Saat kebebasan pers ditekan, artinya demokrasi juga ditekan. Jika itu terjadi di negara yang menganut sistem otoriterian, mungkin bukan suatu hal yang mengejutkan. Namun bagaimana bila itu terjadi di negara yang menyebut dirinya sebagai pusat dan contoh bagi kebebasan di seluruh dunia?

Sejak Maret 2025, sebanyak 1300 staf VOA diberhentikan dari pekerjaan mereka. mereka dipaksa cuti, dilarang masuk kantor, dan harus menyerahkan kartu pers dan semua perlengkapan yang dikeluarkan oleh kantor. Para jurnalis tidak hanya kehilangan pekerjaan mereka, tapi juga mimpi, cita-cita, dan kebebasan mereka. National Press Club menyebut bahwa ini bukanlah sekadar keputusan kepegawaian, tapi perubahan mendasar yang membahayakan jurnalisme independen yang diperjuangkan oleh VOA.

VOA adalah lembaga media besar yang mayoritas pendengarnya adalah pendengar internasional. Hingga detik mereka ditutup, kantor berita ini telah melayani 400 juta pengguna, telah menyiarkan berita ke dalam 49 bahasa yang berbeda, dan telah bekerja sama dengan lebih dari 3500 stasiun media. Suatu pencapaian besar bagi karir suatu media.

Sejak lama, VOA menjadi garda terdepan yang diandalkan bagi informasi seputar Amerika Serikat. Sesuai namanya, VOA menjadi suara bagi Amerika di seluruh dunia. Di berbagai negara, VOA diandalkan untuk mendapatkan update terbaru mengenai Amerika, seperti nilai kurs dolar terbaru, informasi terkini jika ada pemilu presiden di sana, hingga keamanan warga negara asing jika terjadi suatu insiden penembakan di wilayah tertentu. Bagi warga Amerika, mungkin berita-berita tersebut adalah hal biasa. Tapi bagi mereka yang tidak tinggal di Amerika dan tidak memiliki akses seluas dan sebebas itu terhadap informasi seperti itu, VOA sangatlah berharga.

Selain hal-hal keberitaan, VOA juga menjadi andalan dalam hal edukasional. Banyak laporan feature VOA yang menjadi favorit para penonton dan pendengar. Misalnya seputar tradisi Thanksgiving di Amerika, kemeriahan hari kemerdekaan pada 4 Juli, perayaan Halloween, dan sebagainya. Semua itu tidak hanya menarik dan menghibur, tapi juga edukatif. Di samping itu, lewat berita-berita mereka yang menarik, VOA telah lama dimanfaatkan sebagai sarana belajar bahasa Inggris bagi banyak orang. Bahkan VOA memiliki kanal belajar bahasa Inggrisnya sendiri. VOA menyediakan layanan belajar bahasa lewat membaca berita. Pada setiap berita VOA yang diunggah di sebagai artikel online, terdapat fitur audio yang memungkinkan pembaca menikmati berita lewat penyampaian verbal. Hal tersebut bukan hanya soal selera, tapi juga dimanfaatkan sebagai sarana belajar auditori.

VOA memiliki perjalanan yang cukup panjang. Di awal pembentukannya pada 1942, VOA hadir untuk melawan propaganda Nazi dan Jepang di Perang Dunia Kedua. Setelah Perang Dunia usai, VOA mewakili Amerika dalam menghadapi pengaruh komunisme pada Perang Dingin, terutama di negara-negara Eropa Timur. Pasca Perang Dingin, VOA gencar menyiarkan berita melawan terorisme. Melihat peran dan dampaknya yang besar bagi Amerika sendiri, VOA dilembagakan secara resmi sejak 12 Juli 1976 melalui keputusan Presiden Gerald R. Ford. Kemudian pada 1994, independensi VOA diatur dan dijamin melalui peresmian U.S International Broadcasting Act. Setelah lama melanglang buana di berbagai belahan dunia, baru pada 2013 VOA mulai disiarkan di dalam AS sendiri.

Sejak pertama kali mengudara pada 1942, bahasa Indonesia sudah menjadi salah satu bahasa yang digunakan dalam penyiaran VOA. Setelah reformasi 1998, terjadi banyak perubahan besar dalam penyiaran dan pers di Indonesia. VOA Indonesia kemudian beradaptasi dengan cara berafiliasi dengan radio-radio FM lokal. Sejak tahun 2000, VOA Indonesia sudah berkolaborasi dengan 30 lembaga penyiaran nasional. Hingga kini pun sebenarnya banyak sekali stasiun TV Indonesia yang bekerja sama dengan VOA untuk memerolah informasi seputar Amerika Serikat. Biasanya di tengah-tengah siaran program berita mereka, mereka akan menampilkan cuplikan liputan reporter VOA Indonesia. Di akhir liputan, reporter akan mengatakan bahwa liputan ini dibuat khusus untuk stasiun TV tersebut, misalnya "Saya Rendy Wicaksono melaporkan untuk liputan khusus VOA kepada TVRI". Ada juga yang berupa liputan langsung berisi wawancara dengan reporter VOA Indonesia di Amerika. Karena mereka dekat dengan sumber informasi dan kejadian, VOA Indonesia menjadi sumber terpercaya andalan. Kualitas berita yang disampaikan bagus, dengan penyampaian yang padat, tegas, namun tetap khas sehingga menjadi identitas tersendiri.

Dengan ditutupnya VOA, kita kehilangan media berita yang berkualitas dan kredibel. Pengamat Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Suzie Sudarman dalam suatu wawancara dengan media nasional menyampaikan bahwa penutupan VOA bisa dikatakan mengkhawatirkan karena itu berarti hilangnya akses berita yang mendorong daya kritis publik. Terlebih bagi kebijakan-kebijakan pemerintah AS yang berpotensi melanggar HAM. Rakyat dibiarkan menjadi tidak terliterasi. Jika itu terjadi, yang terjadi selanjutnya adalah menyebarnya informasi-informasi yang salah dan menyesatkan.

Langkah penutupan ini disebut juga melanggar hak kebebasan berbicara yang dijamin oleh konstitusi nasional Amerika yang tertuang dalam Amandemen Pertama. Organisasi Reporters Without Borders mengatakan apa yang dilakukan Trump terhadap VOA mengancam kebebasan pers di seluruh dunia dan meniadakan 80 tahun sejarah Amerika dalam mendukung aliran informasi yang bebas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun