Mohon tunggu...
Widodo Judarwanto
Widodo Judarwanto Mohon Tunggu... Penulis Kesehatan

Dr Widodo Judarwanto, pediatrician. Telemedicine 085-77777-2765. Focus Of Interest : Asma, Alergi, Anak Mudah Sakit, Kesulitan Makan, Gangguan Makan, Gangguan Berat Badan, Gangguan Belajar, Gangguan Bicara, Gangguan Konsentrasi, Gangguan Emosi, Hiperaktif, Autisme, ADHD dan gangguan perilaku lainnya yang berkaitan dengan alergi makanan.www.klinikdrwidodo.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Keponakanku Cerdas Tapi Prestasi Sekolah Merosot, Ternyata Gangguan Konsentrasi dan Gut Brain Axis

13 Mei 2025   22:55 Diperbarui: 13 Mei 2025   23:03 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika dipanggil, ia tidak selalu langsung merespons, dan jika diajak bicara, seringkali tidak cepat menyambung. Hal ini menunjukkan adanya disfungsi komunikasi antara stimulasi sensorik dengan proses respons otak, suatu ciri khas dari gangguan konsentrasi yang berakar dari gangguan neuropsikiatri dan bisa diperberat oleh kondisi saluran cerna.

Selain kesulitan konsentrasi, anak ini juga mengalami gangguan emosional. Ia menjadi mudah marah, cemas, dan kadang tampak murung tanpa sebab yang jelas. Gangguan suasana hati ini membuatnya lebih sulit menerima instruksi dan lebih cepat merasa gagal jika mengalami sedikit kesalahan.

Anak juga mengalami gangguan tidur, sulit tidur di malam hari dan bangun tidak segar di pagi hari. Selain itu, ia sangat aktif, bergerak terus, seolah tidak bisa diam. Ini menambah kesulitan dalam proses belajar di sekolah dan di rumah karena otaknya tidak mendapat waktu istirahat optimal.

Gut-Brain Axis dan Alergi Pencernaan 

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa gut-brain axis, yaitu jalur komunikasi dua arah antara usus dan otak, sangat berperan dalam regulasi konsentrasi, mood, emosi dan perilaku. Pada keponakan ini, ditemukan adanya gangguan pencernaan berupa sembekit, mudah mual, mudah muntah, GERD, perut kembung, nyeri perut, mudah diare dan perubahan pola buang air besar yang ternyata berkaitan dengan alergi makanan.

Alergi makanan yang tidak terlihat sebagai reaksi kulit , sering bersin, sering batuk, batuk lama, tidir  ngorok atau sesak napas ternyata bisa menimbulkan reaksi dalam saluran cerna yang memengaruhi otak. Zat inflamasi dari usus yang terpapar alergen dapat masuk ke aliran darah dan menstimulasi respons otak, menyebabkan gangguan perilaku seperti cemas, hiperaktif, dan kesulitan fokus.

Gejala alergi saluran cerna ini antara lain kembung, nyeri perut, sering buang angin, sembelit atau diare, serta keluhan tidak nyaman setelah makan. Semua ini menyebabkan anak merasa tidak nyaman secara fisik, sehingga berdampak pada perilaku dan konsentrasinya.

Penanganan dan Pemulihan 

Setelah dilakukan pengujian oral food challenge di bawah pengawasan dokter anak alergi dan imunologi, ditemukan bahwa anak ini alergi terhadap beberapa makanan tertentu seperti susu sapi dan pewarna buatan. Setelah menghindari makanan pemicu alergi, kondisi saluran cernanya membaik secara bertahap.

Perbaikan pencernaan ini diikuti dengan peningkatan kualitas tidur, stabilitas emosi, serta kemampuan berkonsentrasi. Hasilnya, prestasi akademik anak kembali membaik, dan ia kembali menikmati proses belajar tanpa hambatan seperti sebelumnya.

Poin Penting

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun