Meski kerap memanfaatkan logika yang berasal dari filsafat Yunani untuk membela iman, Tertulian juga sangat kritis kepadanya. Ia menilai sebagian besar ajaran filsuf Yunani bertentangan dengan kebenaran ilahi. Namun, ia tetap menghargai beberapa prinsip moral, khususnya dari Stoikisme, yang menurutnya sejalan dengan ajaran Kristen.
Relevansi Pemikiran Tertulianus
Warisan Tertulian begitu kuat. Dia menegaskan bahwa iman harus dipertahankan dengan akal sehat, bukan dengan fanatisme buta. Dalam dunia modern yang dipenuhi dengan ideologi dan dogma fanatik, semangat Tertulian tentu saja tetap relevan. Ia mengingatkan bahwa keyakinan yang sejati tidak harus anti-rasio, justru bisa berdiri tegak karena argumentasi yang jernih.
Kesimpulan
Tertulianus bukan hanya pengacara yang pandai berdebat, tetapi juga seorang pemikir yang meletakkan fondasi teologi Kristen. Dari dialah kita belajar bahwa iman yang kokoh tidak menolak logika, melainkan memanfaatkannya untuk mencari kebenaran yang lebih dalam.
Daftar Pustaka
Evans, E. (1948). Tertullian's Treatise against Praxeas. London: SPCK.
Osborn, E. (1997). Tertullian, First Theologian of the West. Cambridge: Cambridge University Press.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI