Evolusi Media Komunikasi: Dari Voyager 1 hingga Telepati
Oleh: Sampe Purba
NASA baru saja mengumumkan penemuan molekul organik terbesar yang pernah ditemukan di Mars melalui rover Curiosity, yang telah menjelajahi permukaan planet merah sejak 2012. Instrumen Sample Analysis at Mars (SAM) mendeteksi keberadaan decane, undecane, dan dodecane, molekul rantai panjang yang menyerupai komponen lemak di Bumi. Temuan ini dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences dan dilaporkan oleh Phys.org edisi 24 Maret 2025
(https://phys.org/news/2025-03-molecules-unprecedented-size-mars.html)
Walaupun belum membuktikan adanya kehidupan, hal ini menunjukkan bahwa Mars pernah memiliki proses kimia kompleks yang bisa mendukung kehidupan di masa lalu. Lebih dari sekadar eksplorasi luar angkasa, temuan ini juga mencerminkan evolusi komunikasi manusia dalam memahami alam semesta, dari gelombang radio yang dikirim Voyager 1 hingga kemungkinan komunikasi tanpa batas melalui telepati.
Penemuan ini memiliki implikasi besar tidak hanya dalam pencarian tanda-tanda kehidupan di Mars, tetapi juga bagi masa depan teknologi komunikasi dan eksplorasi ruang angkasa. Jika molekul organik kompleks dapat ditemukan di planet lain, maka konsep kehidupan berbasis karbon yang selama ini menjadi dasar eksistensi manusia bisa lebih luas dari yang kita bayangkan. Selain itu, kemajuan dalam teknologi komunikasi---dari sistem transmisi data berbasis satelit hingga pengembangan antarmuka otak-komputer (Brain-Computer Interface)---dapat memungkinkan manusia untuk berkomunikasi secara lebih efisien di lingkungan ekstrem, baik di luar angkasa maupun di Bumi. Evolusi komunikasi ini, mulai dari Voyager 1 hingga konsep telepati, menunjukkan bagaimana manusia terus mengembangkan cara untuk memahami dan berinteraksi dengan dunia di sekitarnya [lihat tabel].
Bapak Luluk Sumiarso, Ketua Pengageng Diripedia - Kuncen Majapahit, mengenalkan pentingnya komunikasi antar makrokosmos, mesokosmos, dan mikrokosmos. Selain itu, Bapak Nur Pamudji, dalam bukunya Memprogram Mencapai Usia 100, menjelaskan bahwa tubuh manusia memiliki sekitar 37,2 triliun sel yang terdiri dari 200 jenis sel. Sistem komunikasi antar sel (intercellular communication) yang baik sangat penting untuk menggantikan sel mati atau sel zombie, sehingga manusia dapat mencapai usia panjang dan tetap sehat. Jika sistem ini berjalan optimal, maka meskipun usia bertambah, jaringan tubuh tetap muda.
Tubuh memiliki sel punca (stem cell) yang berperan menjaga kebugaran hingga tak terhingga, selama Tuhan masih mempercayakan kita untuk hidup di dunia. Kita adalah khalifah di bumi yang bertugas memberi manfaat bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Bahkan, Pak Nur sendiri bercita-cita, jika Tuhan mengizinkan, ingin melihat kemajuan sains dan teknologi, termasuk mungkin suatu hari nanti berwisata ke Mars entah dengan kendaraan Elon Musk atau teknologi lain di masa depan.
Saya juga membaca bahwa Pak Dahlan Iskan, pendiri Disway, telah banyak mengenalkan kepada publik mengenai sel punca (stem cell) dan potensinya dalam menjaga kesehatan dan kebugaran manusia. Selain itu, seorang teman saya, Pak Toto Ch., yang telah lebih dari 20 tahun menjabat sebagai pimpinan di sebuah perusahaan, masih tetap aktif, energik, dan kekar. Beliau ini pada usia 17 tahun saja sudah menjadi juara karateka di Sumatera Utara. Hingga sekarang masih macho.
Hal menjadi muda ini mengingatkan saya pada kisah dalam kitab suci, di mana tokoh-tokoh seperti Nabi Ibrahim dan Nabi Ayub tetap kuat di usia tua. Punya beberapa anak lagi. Â Mungkin, mereka memang menjaga kesehatannya dengan baik, sehingga stem cell dalam tubuh mereka tetap berfungsi optimal dan tidak membiarkan sel zombie (cellural cenescence) mengambil alih sel sehat. Jika komunikasi antar sel dalam tubuh tetap berjalan sempurna, bukan tidak mungkin manusia dapat mencapai usia panjang dengan tetap sehat dan bugar.
Dalam berbagai ajaran kuno, mereka yang menjaga kebersihan batinnya sering disamakan dengan burung rajawali, selalu tampak muda dan penuh vitalitas. Bapak Albertus Patty, seorang teolog lintas benua, sering membahas tentang bagaimana kebersihan hati berperan dalam menjaga kesehatan fisik dan spiritual. Sementara itu, Mas Haryanto N., seorang anak muda yang gigih menggali nilai-nilai budaya kuno, menyampaikan bahwa warisan leluhur masih sangat relevan di era modern. Di bidang akademik, Prof. Uli Kozok telah meneliti budaya kuno dengan pendekatan ilmiah, mengungkap betapa luasnya kebijaksanaan yang tertanam dalam peradaban masa lampau.
Menariknya, perkembangan teknologi sering kali berputar dalam siklus yang tak terduga. Dahulu, telepati dan pengendalian energi Qi dianggap sebagai mitos, tetapi kini, dengan hadirnya Brain-Computer Interface (BCI), konsep ini semakin dekat menjadi kenyataan ilmiah. Seperti dalam serial silat Khoo Ping Hoo yang saya baca di masa muda, ada seorang pendekar yang mampu meniup suling tanpa suling --- sebuah kemampuan yang kini bisa kita analogikan dengan bagaimana BCI mengembangkan telepati modern. Mungkin itulah sebabnya saya begitu menikmati bermain seruling, meskipun saat ini masih menggunakan seruling sungguhan. Tapi siapa tahu, suatu hari nanti, saya bisa bermain seruling tanpa seruling, hanya dengan pikiran saya?
Omong-omong, jika penasaran dengan permainan seruling saya, silakan intip di TikTok atau YouTube. Siapa tahu, dari sana kita bisa berdiskusi lebih jauh tentang evolusi komunikasi, dari zaman kuno hingga masa depan.
Jakarta, 26 Maret 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI