Saya salut dengan rakyat Amerika Serikat yang yang mampu memilih Presiden serta wakil presiden sesuai rekam jejaknya yang patut diacungi jempol.
Dilihat dari integritas yang tinggi serta mempunyai komitmen yang jelas dalam kinerja yang pas untuk presiden baru tersebut. Sekalipun dari kalangan minoritas.
Presiden dan wakil presiden Amerika selama ini identik dengan kata Male atau laki-laki, white atau kulit putih, Anglo Saxon atau keturunan yang kaya serta prostestan atau beragama kristen prostestan.
Biden beragama katoliq bukan kristen prostestan dari negara bagian kecil Delaware. Kamala Haris yang perempuan bukan male, berkulit hitam bukan white serta keturunan Jamaika India bukan anglo saxon.Â
Pada intinya kedua pasangan tersebut minoritas yang ada dalam sejarah pemilihan presiden di Amerika Serikat.
Inilah salutnya saya. Pada akhirnya mereka dapat memenangkan pemilihan presiden ini. Mereka hebat dengan memilih sebagai mayoritas Amerika memilih tanpa memandang SARA.
Inilah bentuk pelajaran serta pertanyaan menarik untuk banyak negara di Indonesia mau pun di negara lain. Terutama bagi negara yang anti donald trump dan hegemoni mayoritas kulit putih AS.
Di saat Joseph Biden memilih Kamala Harris sebagai calon wakil presiden Amerika yang kini sudah selesai saya semakin yakin bahwa ia akan menang.
Dan benar bahwa apa yang saya duga. Hari ini keyakinan saya bukan hanya terbukti akan tetapi pasangan tersebut juga sebagai pemenang votes terbesar dalam sejarah pemilhan presiden AS.
Biden merupakan figur pemimpin yang secara terang-terangan menantang keras terhadap perempuan yang telah disahkan oleh clinton sebagai undang-undang pada tahun 1994.
Joe Biden dan Kamala Haris keluar dari kontes pemilu sebagai pemenang di pilpres AS sebagai pemenang berdasarkan penghitungan suara elektoral.