Mohon tunggu...
Samdy Saragih
Samdy Saragih Mohon Tunggu... Freelancer - Pembaca Sejarah

-Menjadi pintar dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, membaca. Kedua, berkumpul bersama orang-orang pintar.- Di Kompasiana ini, saya mendapatkan keduanya!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mesir 11-2-11

12 Februari 2011   07:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:40 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mesir juga bakal mengalami gejala-gejala tersebut. Kompas beberapa hari lalu menyebutkan bahwa rakyat Mesir berada di bawah garis kemiskinan karena 40% rakyatnya hanya berpenghasilan 2 dollar sehari. Apakah nanti Mesir yang ekonominya ditopang pariwisata bisa meningkatkan penghasilan warganya? Mengingat dalam contoh Indonesia yang kaya akan sumber daya saja belum mampu dalam 1 dekade lebih membuat perubahan berarti.

Kita bisa saja berandai-andai, mampukah "Revolusi Mesir" ini sebagai titik mula kelak mewujudkan harapan tersebut? Jika sekedar menjadi demokratis mudah dilakukan, bukan tidak mungkin perbaikan ekonomi menemui jalan buntu. Akibatnya, rakyat Mesir menjadi antipati terhadap demokrasi dan-mengabil contoh Indonesia-malah ingin kembali ke zaman otoriter yang penuh kebanggaan seperti zaman Gemal Abdul Nasser.

Semoga rakyat Mesir tidak berpikir sesempit itu. Sebab, demokrasi jelas mampu memberi perbaikan tidak hanya lahir melainkan batin. Mereka harus sadar, suara yang dibungkan jauh lebih mahal  nilainya dari isi perut. Sebab, andaikata nanti sistem demokrasi belum mampu memberikan harapan ekonomi, mereka tetap bisa menuntut perubahan dengan cara elegan.

Gerakan rakyat selama 2 minggu ini jelas menghabiskan energi yang sangat besar. Konon, Mesir rugi 2,8 triliun perhari. Belum lagi distribusi kebutuhan pokok yang tersendat.

Semoga, pengganti sementara Mubarak, Dewan Militer atau Omar Suleyman, dapat membawa Mesir dalam transisi yang bermuara pada demokratisasi. Jangan sampai, sebuah niat suci para martir tidak membawa manfaat apa-apa nantinya.

Mesir harus belajar dari sejarahnya. Ketika mereka merdeka dari Inggris tahun 1922, yang terjadi sebenarnya hanyalah sandiwara. Inggris toh tetap mampu mengendalikan raja dan mendapat hak pengelolaan Terusan Suez. Begitu pula yang terjadi tahun 1952. Sebuah republik ternyata hanyalah pergantian dari rezim otoriter raja ke rezim diktator militer.

Kini, di tanggal yang cantik ini, 11 bulan 2 tahun 2011, jangan sampai Mesir jatuh ke lubang yang sama. Mesir harus merombak total masa kelamnya. Dari otoritarianisme menuju demokrasi yang berkedaulatan rakyat. Amin!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun