Mohon tunggu...
Samdy Saragih
Samdy Saragih Mohon Tunggu... Freelancer - Pembaca Sejarah

-Menjadi pintar dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, membaca. Kedua, berkumpul bersama orang-orang pintar.- Di Kompasiana ini, saya mendapatkan keduanya!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gatot Melilit Jokowi

23 Juli 2014   09:23 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:30 5799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kesetiaan inilah yang akan menjadi duri dalam daging pada pemerintahan Jokowi ke depan. Sebagai KSAD, Gatot akan mengontrol posisi-posisi strategis dengan perwira-perwira pilihan SBY. Ditambah Moeldoko masih akan bertugas hingga Agustus tahun depan.

Duet Moeldoko-Gatot akan melilit Jokowi. Dewan Jabatan dan Kepangkatan Tinggi yang menentukan posisi-posisi strategis tidak bisa diintervensi oleh presiden. Jokowi tentu saja sungkan menekan panglimanya. Meski panglima tertinggi, Jokowi adalah orang sipil yang dalam psikologis tertentu takut dengan militer. Dia bukan SBY yang seorang jenderal.

Yang bisa diperbuat Jokowi hanyalah mempertahankan stabilitas tanpa mau intervensi terlalu jauh, sembari menunggu Moeldoko menjadi purnawirawan. Pada saat itulah Jokowi berkesempatan memilih panglima TNI.

Saat ini Gatot berumur 54 tahun. Masih ada sisa empat tahun lagi untuk purnatugas. Itu artinya, pria asal Tegal ini akan mengambil bagian dalam 80% masa pemerintahan efektif presiden  2014-2019.

Dalam masa itu, apakah yang akan terjadi dengan Gatot? Ada dua skenario. Pertama, dia akan menjadi panglima TNI. Sebagaimana tertuang dalam UU tentang TNI, calon panglima harus berasal dari kepala staf angkatan.

Namun, mengingat Moeldoko berasal dari AD, peluang Gatot kecil. Demi meminimalkan gejolak di tubuh TNI, pilihan terbaik adalah me-rolling kursi panglima ke kesatuan AL atau AU.

Skenario kedua adalah dia akan menjadi KSAD selama empat tahun itu. Jokowi tidak akan berani mengganti KSAD di tengah jalan, jika tanpa kesalahan yang berarti. Dengan asumsi panglima TNI berasal dari AL dan AU, itu artinya Gatot akan semakin leluasa terhadap AD. Panglima  dari salah satu dari dua kesatuan itu, meski berposisi lebih tinggi, tentu enggan campur tangan terlalu jauh dalam urusan AD yang bermuatan politis.

Jadi, selama empat tahun, Gatot menjadi penguasa AD sepenuhnya. Dia leluasa memilih bawahannya sekehendak hati, lebih mendengar SBY ketimbang presidennya sendiri.

Orang-orang titipan Jokowi sulit masuk karena Gatot mengendalikan sepenuhnya. Mungkin bukan Jokowi, karena dia tidak tahu-menahu soal urusan militer. Yang berkepentingan adalah orang-orang di belakang pria Surakarta ini.

Kita tahu, tokoh-tokoh militer pendukung Jokowi berasal dari Kopassus. Hendropriyono, Luhut Panjaitan, Agum Gumelar, Sutiyoso, Subagyo HS adalah bekas perwira baret merah.

Bisa ditebak, jenderal-jenderal ini paling berkepentingan terhadap personalia TNI. Mereka tentu berupaya menitipkan bekas anak buah di jabatan-jabatan strategis. Sudah pasti, mayoritas anak buah itu berlatar belakang sama yakni Kopassus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun