Mohon tunggu...
Sule Maarif
Sule Maarif Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bobotoh penggemar Man United

https://twitter.com/Sule35Arif?s=08

Selanjutnya

Tutup

Bola

Kapal Oleng Manchester United

29 April 2019   05:02 Diperbarui: 29 April 2019   05:08 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musim 2018/2019 adalah musim yang tidak menggembirakan bagi Manchester United. Performa yang naik turun hingga pergantian pelatih mewarnai perjalanan United musim ini.

Perseteruan sejumlah pemain dengan pelatih mengakibatkan Jose Mourinho dipecat di tengah jalan. 10 kali menang, 7 draw dan 7 kekalahan di bawah kepelatihan Mou bukti United adalah tim medioker.

Angin segar sempat berhembus pasca ditunjuknya Ole Gunnar Solskjaer pada 18 Desember 2018 menggantikan Mou. Selama menjadi caretaker, Ole berhasil mencetak rekor 14 kali menang, 2 draw dan 3 kalah. Yang paling berkesan adalah meloloskan United ke perempat final Liga Champions menyingkirkan Paris St. Germain dengan comeback sensasional. Sejenak mentalitas United era Sir Alex Ferguson telah kembali. 

Tapi apa yang terjadi kemudian adalah anomali. Setelah Ole dipermanenkan pada 18 Maret 2019 United kembali terpuruk. United seperti di-PHP. 5 kekalahan dari 8 pertandingan adalah hasil yang lebih buruk dibandingkan di masa paruh musim bersama Mou.

Tanpa gelar membuat fans kecewa. Apalagi jika gagal meraih posisi 4 besar. Fans tambah menderita dan bisa jadi malapetaka bagi klub. Bukan hanya terancam kehilangan para pemain penting tetapi bisa tidak menarik lagi bagi para pemain bintang. Akan semakin sulit bagi United mendatangkan pemain incaran.

Secara taktik, Solskjaer masih medioker. Tidak ada strategi permainan yang istimewa. Memang ada beberapa perbedaan yang terlihat dari permainan United. Tapi itu tak cukup penting.

Ole lebih suka bermain di sisi lapangan dengan mendorong full back lebih ke depan. Hal yang jarang terlihat di era Mou. Luke Shaw kembali mendapatkan kepercayaan bermain dan tampil cukup apik. Tapi di sisi kanan Ashley Young tampil tidak mengesankan. Tapi pelapisnya Diogo Dalot malah lebih sering dipasang lebih ke depan.

United di bawah Solskjaer mampu bermain lebih cepat. Tapi materi pemain yang ada tidak cukup cantik bermain ball posession.

United tidak banyak bermain di area flank. Pemain winger stylish tak banyak mendapatkan kesempatan, seperti Alexis Sanchez dan Antonio Martial. Dan lebih suka striker bermain melebar. Marcus Rashford dan Romelu Lukaku tidak boleh statis. Mereka lebih banyak melebar atau turun ke bawah. Makanya andai menguasai bola pun tidak banyak shot on goal.

Dalam penyerangan, United sangat mengandalkan kejeniusan Paul Pogba. Dia lah inti dari segala inti kekuatan United. Pogba mendominasi gol dan assist United. Makan wajar bila masuk dalam 11 pemain terbaik Liga Inggris musim ini. Kekuatan lain dari United adalah Ander Herrera, dia lah satu-satunya pemain yang mampu menjadi ball player dari kedalaman. Mengatur tempo permainan.

Kelemahan terbesar United tentu saja ada di lini pertahanan. United tidak mempunyai bek kelas dunia. Chris Smalling, Phil Jones dan Eric Bailly tampaknya sudah mentok. Cuma Viktor Lindelof yang masih punya potensi lebih baik. Setiap fans United pasti merindukan sosok Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic. Bek tangguh dengan leadership mumpuni. Bukan hanya kokoh bagai batu karang, khusus Rio juga mampu menjadi ball playing defender jempolan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun