Mohon tunggu...
Salwa Ramadhani
Salwa Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa

43225010105 - S1 Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen pengampu Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus 5 Tokoh Pentingnya Berpikir Positif Tentang Kehidupan

17 Oktober 2025   04:16 Diperbarui: 17 Oktober 2025   09:58 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diskursus 5 Tokoh Pentingnya Berpikir Positif  Tentang Kehidupan (page 11)_Sumber: Modul Prof. Apollo

C (Consequence) Ini adalah perasaan yang muncul akibat dari Pikiran (B), bukan akibat langsung dari Peristiwa (A).

B. Rasionalitas sebagai Kekuatan Positif

Ellis percaya bahwa penderitaan emosional manusia sering kali berasal dari pikiran irasional. Ini sering kali berbentuk keyakinan yang berlebihan atau mengandung kata "harus." Ia mengajarkan kita untuk mengoreksi cara berpikir yang salah agar lebih sesuai dengan kenyataan. Berpikir rasional dan positif ini ni bukan berarti menipu diri dengan optimisme kosong, melainkan berpikir secara logis dan sehat. Hasilnya dengan mengubah pikiran yang keliru, seseorang bisa mengubah perasaannya dari cemas menjadi tenang. Inilah inti dari positive thinking therapy yang menjadi dasar CBT (Cognitive Behavioral Therapy).

C. Relevansi Filosofis dan Kesimpulan

Pemikiran Ellis mirip dengan Stoa (Marcus Aurelius) karena sama-sama menggeser fokus dari dunia luar ke dunia di dalam. Fokus Ellis menekankan kekuatan logika dan kesadaran rasional dalam membentuk emosi. Ia menyebutnya sebagai tanggung jawab intelektual untuk memilih cara berpikir yang sehat.

Diskursus 5 Tokoh Pentingnya Berpikir Positif  Tentang Kehidupan (page 26)_Sumber: Modul Prof. Apollo
Diskursus 5 Tokoh Pentingnya Berpikir Positif  Tentang Kehidupan (page 26)_Sumber: Modul Prof. Apollo

Intinya adalah pergeseran fokus dari menerima realitas eksternal menuju kekuatan pikiran untuk mengubah dan menciptakan realitas internal.

  1. Stoisme berfokus pada Penerimaan Realitas dan memisahkan apa yang bisa dikendalikan (Virtue---pikiran dan reaksi kita) dari yang tidak (Fortuna---peristiwa luar).

  2. Nietzsche meningkatkan level penerimaan menjadi Afirmasi/Cinta Aktif terhadap seluruh aspek kehidupan, termasuk penderitaan (Amor Fati dan Ja Sagen).

  3. William James membawa pemikiran ini ke tahap Penciptaan, percaya bahwa keyakinan (The Will to Believe) dapat mendahului bukti dan menciptakan realitas baru.

  4. Albert Ellis mengkonkretkan hal ini melalui Psikologi Rasional (Model ABC), menunjukkan bahwa emosi negatif (C) selalu merupakan hasil dari keyakinan irasional (B), dan dengan mengubah B, kita menjadi arsitek emosi kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun