Puisi ini menggambarkan perjalanan seseorang menghadapi rintangan hidup, serta bagaimana setiap kesulitan justru menjadi bagian penting dari pembentukan kekuatan dan kedewasaan diri.
Langit tak selalu biru di atas kepala,
kadang mendung menutup arah mata,
jalanan berliku, penuh duri dan debu,
namun langkah tetap harus melaju,
karena berhenti berarti menyerah pada waktu.
Di setiap jatuh, ada pelajaran tersembunyi,
air mata jadi tinta bagi kisah yang berarti,
kesalahan bukan kutuk, tapi guru sejati,
yang mengajarkan arti sabar dan berani,
meski dunia tak selalu memberi simpati.