Mohon tunggu...
Salsa Putri Nabila
Salsa Putri Nabila Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Andalas

Selalu bersyukur dan berbuat baik kepada sesama

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Styrofoam, Hentikan Penggunaan Sampah Permanen

9 Januari 2022   10:16 Diperbarui: 9 Januari 2022   10:45 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis : Nindy Natasya N

Mahasiswi S1 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang

Siapa yang tidak tau tentang styrofoam? Benda ini yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai bentuk, mulai dari media elektronik hingga kemasan makanan. Styrofoam kini menjadi pilihan utama untuk kemasan makanan. Styrofoam sering menjadi pilihan untuk segala hal mulai dari gerai makanan cepat saji dan pedagang kaki lima hingga acara dan aktivitas. Namun, dibalik manfaatnya styrofoam sangat berbahaya bagi kesehatan. Styrofoam adalah jenis bahan polystyrene berbahaya yang telah digunakan untuk berbagai keperluan selama lebih dari 70 tahun. Styrofoam murah dan praktis, sehingga memiliki nilai ekonomis yang besar. Di balik manfaat ekonomi dari styrofoam, kami menemukan bahwa limbah yang dihasilkan oleh styrofoam sulit untuk dihancurkan dan dapat bertahan selama ratusan tahun tanpa biodegradasi. Styrofoam dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok plastik dan mengandung berbagai zat kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia, seperti benzena dan stirena. Ketika orang terpapar zat beracun ini, mereka berisiko lebih tinggi terkena kanker.

Styrofoam populer di kalangan pemilik toko kelontong dan minuman karena murah dan mudah digunakan. Namun, perlu diketahui bahwa styrofoam mengandung zat yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Komponen dasar styrofoam berasal dari bahan kimia yang disebut benzena. Benzena tidak dapat dicerna oleh tubuh dan sangat berbahaya bagi kesehatan. Transfer bahan kimia dalam styrofoam lebih cepat rusak dengan makanan karena kandungan lemak dari makanan atau minuman lebih tinggi. Makanan yang mengandung alkohol dan asam, seperti teh lemon, juga meningkatkan laju transfer kimia styrofoam. Semakin panas makanan atau minuman, semakin cepat bahan kimia keluar dari styroform. Ketika dicampur dengan makanan dan minuman, secara alami akan mempengaruhi tubuh, termasuk disfungsi sistem saraf pusat, gangguan pendengaran, detak jantung yang dipercepat, anemia, kanker payudara, dan kanker prostat. Selain bagi kesehatan, Styrofoam juga sangat berbahaya bagi lingkungan. Stayrofoam tidak dapat terurai secara alami dan menumpuk serta mencemari lingkungan. Begitu berada di lautan, merusak ekosistem dan biota laut. Stayrofoam hanya dapat didaur ulang setelah 65-130 tahun, menyebabkan bau yang tidak sedap selama pembuatan, mengganggu pernapasan dan mengandung 57 polutan di atmosfer.

Menurut penelitian Universitas Padjadjaran, bahaya styrofoam adalah karena bahan kimia yang disebut styrene digunakan dalam pembuatan wadah. Styrene adalah komponen utama styrofoam Zat styrene sendiri bersifat racun bila menyerang tubuh manusia dan menyebabkan kerusakan pada sistem endokrin dan reproduksi. Bahaya styrofoam saat menggunakan styrene dapat diklasifikasikan sebagai berikut menurut tingkat keparahannya.

• Paparan sedang: Sejumlah kecil styrene yang masuk ke dalam tubuh menyebabkan efek samping berupa penyakit pernapasan, iritasi kulit, dan iritasi mata.

• Paparan tinggi: Kondisi ini terjadi ketika jumlah styrene yang masuk ke dalam tubuh sangat beracun, kemudian genotoksik (merusak DNA) dan karsinogenik (karsinogenik).

Selain styrene, styrofoam mengandung dua bahan kimia, butylated hydroxytoluene dan chlorofluorocarbon (CFC). Efek kedua bahan ini untuk kesehatan manusia tidak terlalu berbahaya dan merusak seperti halnya stirena. Namun, keduanya adalah zat kimia yang berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan yang serius. Butylated hydroxytoluene merupakan salah satu jenis plasticizer dan juga dikenal sebagai zat yang memberikan sifat lentur pada plastic, sehingga styrofoam tidak mudah rusak atau sobek. Penambahan butylated hydroxytoluene berarti styrofoam tidak akan terurai secara spontan setidaknya selama 500 tahun ke depan. Saat ini, CFC merupakan polutan yang dapat merusak lapisan ozon. Beberapa perusahaan pembuat styrofoam memang sudah tidak memasukkan CFC dalam bahan baku. Namun biasanya masih ada hidrofluorokarbon yang juga dapat mengakibatkan lubang di lapisan ozon, dan memicu pemanasan global.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat, Food and Drug Administration (FDA) AS menyatakan bahwa ambang batas paparan styrene yang berbahaya bagi tubuh adalah lebih dari 90.000 mikrogram per orang per hari. Data menunjukkan, di sisi lain, styrofoam hanya menempelkan 6,6 mikrogram styrene per orang per hari ke makanan. Sebab, jumlahnya masih jauh di bawah ambang batas aman yang ditetapkan oleh FDA. Untuk itu, FDA masih mengizinkan penggunaan styrofoam sebagai wadah makanan. Hal yang sama juga ditemukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia (BPOM). Ini juga berlaku untuk regulator makanan lain di berbagai belahan dunia. Namun, BPOM tetap menghimbau kepada masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko terkena styrofoam akibat paparan zat beracun di dalam styrofoam dengan cara sebagai berikut:

• Pilih styrofoam food grade atau beri logo aman sebagai wadah makanan

• Jangan gunakan styrofoam pada makanan panas, asam, dan berminyak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun