Beberapa hal penting yang patut diperhatikan adalah: pertama, wakil rakyat sejati harus senantiasa menghidupkan nurani agar tetap berpihak pada kepentingan rakyat, bukan pada diri atau kelompoknya. Kedua, setiap kebijakan yang lahir hendaknya diuji dengan rasa keadilan sosial, sehingga tidak menambah luka rakyat yang sudah terbebani. Ketiga, praktik pemalakan dalam bentuk apa pun, baik melalui korupsi, suap, maupun kebijakan transaksional, harus ditolak sebagai pengkhianatan terhadap amanat demokrasi. Keempat, keberanian moral sangat diperlukan agar wakil rakyat berani menolak godaan kekuasaan yang menggiurkan. Kelima, rakyat sebagai pemilik kedaulatan juga wajib aktif mengawasi, mengkritisi, serta menagih janji agar wakil mereka tetap berjalan di rel kebenaran.
Perlu penegasan kembali bahwa wakil rakyat sejati hadir bukan untuk memalak, melainkan untuk sungguh-sungguh memihak rakyat yang mereka wakili. Keberadaan mereka adalah amanat besar yang lahir dari suara rakyat, sehingga setiap kebijakan, keputusan, dan langkah politik semestinya bermuara pada kesejahteraan rakyat, bukan pada kenyamanan pribadi atau kelompok.
Rakyat harus menyadari bahwa demokrasi yang sehat hanya bisa tumbuh jika ada interaksi dua arah yakni wakil rakyat yang berani jujur dan rakyat yang berani bersuara. Â Mari renungkan bersama bahwa nurani wakil rakyat adalah cermin masa depan bangsa yang bercahaya memihak, bukan gelap memalak. Semoga para wakil rakyat tidak kehilangan nurani dalam menjalankan amanat, sehingga mereka benar-benar menjadi cahaya yang menerangi jalan bangsa menuju keadilan dan kesejahteraan bersama.(*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI