Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah menghela dunia masuki pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran masuki dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Runtuhnya Kepercayaan Rakyat telah Meruntuhkan Moral, Siapa Biangnya?

7 September 2025   05:04 Diperbarui: 7 September 2025   05:04 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

In put gambar: kabar24.bisnis.com
In put gambar: kabar24.bisnis.com
Lalu, siapa yang menjadi biang keroknya? Pertanyaan tentang siapa biang kerok runtuhnya kepercayaan rakyat dan merosotnya moral bangsa memang menggoda untuk dijawab dengan menunjuk satu pihak: elite politik yang ingkar janji, pemerintah yang gagal menegakkan keadilan, atau kelompok tertentu yang memanfaatkan kekacauan. Namun, benarkah sesederhana itu? Menyalahkan satu pihak saja justru mengaburkan fakta bahwa degradasi moral ini juga lahir dari pembiaran bersama.

Masyarakat yang memilih diam ketika ketidakadilan terjadi, media yang lebih suka mengejar sensasi daripada membangun kesadaran publik, hingga dunia pendidikan yang gagal menanamkan karakter kuat sejak dini, semua turut menyumbang kerusakan. Krisis integritas yang bermula di atas telah menular ke bawah karena kita tidak cukup tegas melawan ketidakbenaran. Mencari kambing hitam hanya akan melahirkan kebencian baru tanpa menyelesaikan akar persoalan.

Yang dibutuhkan adalah tanggung jawab kolektif: elite yang berbenah, rakyat yang kritis sekaligus konstruktif, media yang beretika, dan pendidikan yang membentuk manusia berkarakter. Tanpa kesadaran bersama ini, upaya memperbaiki bangsa hanya akan menjadi lingkaran setan saling menyalahkan tanpa arah keluar.

Terkait kondisi ini, ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan agar krisis kepercayaan dan runtuhnya moral tidak semakin meluas. Pertama, pemimpin harus menjadikan integritas dan keteladanan sebagai modal utama, bukan sekadar pencitraan politik. Kedua, rakyat perlu bersikap kritis tanpa kehilangan sikap konstruktif, sehingga protes tetap bermartabat dan tidak berubah menjadi amukan yang merusak. Ketiga, media harus kembali ke fungsi mulianya: mengawal kebenaran, bukan memprovokasi kebencian. Keempat, pendidikan moral dan karakter perlu diperkuat sejak dini agar generasi mendatang tidak tumbuh dalam budaya permisif.

Semua ini menegaskan pesan utama: krisis kepercayaan dan runtuhnya moral adalah alarm keras bagi bangsa, sebuah peringatan bahwa fondasi negara sedang rapuh dan harus segera diperbaiki. Saatnya semua pihak bercermin dan berbenah, bukan sekadar menunjuk kesalahan orang lain. Kepercayaan tak bisa dibeli, hanya bisa dibangun dengan kejujuran dan keteladanan. Semoga dengan belajar dari peristiwa yang terjadi, kita mampu membangun kembali kepercayaan publik, memperkuat moral bangsa, dan menjadikan krisis ini batu loncatan untuk menciptakan Indonesia yang lebih bermartabat dan kokoh ke depannya.(*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun