Mohon tunggu...
Salman Alfarisy
Salman Alfarisy Mohon Tunggu... Mahasantri

Seseorang yang memiliki ketertarikan besar pada dunia finansial dan ekonomi. Bagiku, memahami alur uang, investasi, dan dinamika pasar bukan hanya pengetahuan, tapi juga tantangan yang menyenangkan. Selain itu, aku terbuka pada berbagai hal baru—hobi apa pun bisa jadi menyenangkan selama membuatku merasa tertarik dan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Fenomena Stagnasi Perkembangan Diri Gen Z di Era Digital: Sebuah Observasi Lapangan

11 Oktober 2025   23:33 Diperbarui: 11 Oktober 2025   23:33 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Abstrak

Generasi Z sering digambarkan sebagai generasi yang adaptif, inovatif, dan cepat beradaptasi terhadap perkembangan teknologi. Namun, hasil observasi di lingkungan penulis menunjukkan adanya fenomena berbeda: sebagian besar Gen Z tampak mengalami stagnasi dalam pengembangan diri. Mereka lebih berorientasi pada hasil instan, terutama gaji, dibandingkan proses belajar dan peningkatan kompetensi. Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan perilaku tersebut, menganalisis penyebabnya, dan membandingkannya dengan pandangan umum yang menyebutkan Gen Z sebagai generasi visioner. Hasil pengamatan menunjukkan adanya kesenjangan antara potensi dan realitas, yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi, lingkungan sosial, serta budaya instan akibat media digital.

Kata kunci: Generasi Z, pengembangan diri, budaya instan, observasi sosial

Pendahuluan

Generasi Z, yang umumnya lahir antara tahun 1995 hingga 2012, dikenal sebagai generasi digital yang tumbuh di tengah pesatnya kemajuan teknologi informasi. Mereka memiliki akses luas terhadap sumber pengetahuan, peluang kerja fleksibel, serta platform pengembangan diri yang beragam. Tokoh publik seperti Timothy Ronald sering menggambarkan Gen Z sebagai generasi yang memiliki semangat tinggi untuk berkembang, kreatif, dan berani mengambil risiko.

Namun, realitas sosial di lapangan tidak selalu sejalan dengan narasi tersebut. Berdasarkan pengamatan di lingkungan penulis, banyak individu dari kalangan Gen Z yang tampak enggan untuk berkembang, bahkan menunjukkan pola hidup yang stagnan. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan menarik: apakah benar Gen Z di era digital ini masih memiliki semangat belajar dan beradaptasi, atau justru mulai terjebak dalam kenyamanan dan orientasi instan?

Tinjauan Pustaka 

Menurut Prensky (2001), generasi digital natives memiliki kemampuan tinggi dalam beradaptasi terhadap teknologi. Mereka disebut memiliki keunggulan dalam berpikir kritis dan memecahkan masalah secara kreatif. Namun, studi terbaru oleh Twenge (2019) menunjukkan adanya penurunan motivasi intrinsik di kalangan Gen Z, terutama dalam hal tanggung jawab kerja dan ketekunan belajar.

Sementara itu, Timothy Ronald dalam beberapa kesempatan publiknya menegaskan bahwa Gen Z merupakan generasi yang cepat beradaptasi dan haus akan pembelajaran, asalkan diarahkan pada lingkungan yang mendukung. Perbedaan antara teori dan kenyataan inilah yang menjadi dasar penting untuk melakukan observasi sosial terhadap perilaku Gen Z di lingkungan sekitar.

Metode Observasi

Penelitian ini menggunakan metode observasi non-formal dan partisipatif. Pengamatan dilakukan terhadap beberapa individu Gen Z di lingkungan sekitar penulis selama beberapa minggu. Data dikumpulkan melalui interaksi langsung, percakapan, serta pengamatan terhadap perilaku saat mencari pekerjaan, beraktivitas, dan menjalani rutinitas sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun