Mohon tunggu...
Salma Khaerunnisa
Salma Khaerunnisa Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

There may be no end to our journey of dreams. So let’s take a break for today

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kobaran Api Menyala di Depan Mata

13 November 2020   07:20 Diperbarui: 26 November 2020   06:23 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari akun twitter @RadioElShinta https://t.co/ma0QrCWoFX

Aku pun membawa mereka kedalam rumah, memberi minum dan mencoba menenangkan mereka. Mengusap, memeluk segala macam cara sudah ku coba.

"Teh, aku takut.. Mamah.. Takut Mamah masih ada didalam sana. " Sakit rasanya mendengar tangisan mereka ini. Tangisan anak-anak yang tidak tau apa-apa, yang hanya mencemaskan Ibunya, takut terjadi sesuatu hal yang buruk.

"Kan udah dibilang tadi sama Uwa ya, Mamah udah ada dirumah Bi Muti kok. Tadi kayanya Mamah lagi ada didepan jadi pas api muncul Mamah udah gak ada di toko lagi. " Syukur, anak-anak tidak sekencang tadi tangisannya.

"Allahu akbar.. Allahu akbar." Adzan magrib berkumandang.

Demi Allah.. Ini merupakan adzan yang paling menusuk hatiku saat mendengarnya. Membayangkan suasana kacau seperti ini, kita hanyalah manusia yang tak bisa apa-apa, tak ada apa apa dengan segala kuasa-Nya.

Jep. Listrik dipadamkan, menghindari rembetan api agar tak terus menjalar. Tetangga yang berada disekitar mulai mengevakuasi diri, barang hingga berkas berharga. Daerahku menjadi gelap-gulita. Orang-orang tak mengenal satu sama lain, bahu-membahu mencoba memadamkan api. Kudengar dari yang lain bahwa disebrang sana banyak orang berkumpul menonton dan beberapa juga mengangkat handphone mengabadikan peristiwa ini.

Dari kejauhan api terus mengobar memancarkan cahaya merah dilangit, menciptakan asap abu tebal menghalangi cakrawala yang seharusnya senja menampakkan dirinya.
Aku terus memeluk anak-anak sembari menenangkan mereka, aku pun mengobati diri sendiri dengan cara ini agar gundah gelisah ku menguar.

Sekitar pukul 18.30 kudengar kicauan orang Damkar datang dan mulai beroperasi memadamkan api. Dalam hati aku kesal dan kecewa, api sudah kian membesar dan mereka baru datang. Astagaaa, pening sekali kepalaku.

Ternyata Damkar tak hanya satu, ketiga Damkar yang tadi ku telpon datang semua. Sedikit cemas karena takut aku terkena imbasnya memanggil banyak Damkar, tapi toh apa boleh buat. Pikiranku tidak jernih saat itu, hanya ingin kejadian ini cepat selesai.

Beruntung api tidak menyambar rumah yang berdempetan disisi-sisi mebel. Ini bisa jadi dikarenakan Toko Mebel sudah berbeton jadi api hanya berpusaran disekitar situ. Menurut pemilik rumah sebelah, ia merasakan hawa sangat panas dari dalam dan hanya menciptakan tembok luar rumah yang gosong.

Dikabarkan juga jalan raya menuju jalur Cianjur-Bandung ditutup. Saat itu angin kencang, khawatir api akan menyambar kejalan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun