Mohon tunggu...
saikhunal azhar
saikhunal azhar Mohon Tunggu... Penulis - lets's easy going

Menulis untuk merekam peristiwa dan berbagi untuk sesama.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nalar Baca Vs Nalar Hitung, Potret Literasi yang Timpang

1 Agustus 2022   19:31 Diperbarui: 1 Agustus 2022   19:45 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

oleh: Saikhunal Azar

Istilah literasi pertama kali diperkenalkan oleh UNESCO pada sidang PBB tahun 1946.   Ditinjau secara etimologis istilah literasi berasal dari bahasa Latin "literatus".Artinya adalah orang yang belajar. Belajar sendiri merupakan aktivitas yang melibatkan proses membaca dan menulis. Sehingga banyak orang memahami literasi adalah "membaca dan menulis".

Pemahaman ini tentu tidak keliru, jika ditinjau dari akar kata literasi tersebut. Persoalannya adalah, makna literasi telah mengalami evolusi seiring dengan dinamika sosial dan budaya yang terus berkembang dari waktu ke waktu. kalau dulu definisi literasi hanya terbatas sebagai kemampuan membaca dan menulis. 

Saat ini, istilah Literasi didefinisikan dengan makna yang lebih luas. Menurut Undang-undang no. 3 tahun 2017 tentang sistem perbukuan, literasi dimaknai sebagai "kemampuan untuk memaknai informasi secara kritis sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya.". dengan demikian maka literasi tidak hanya cukup dimaknai dengan membaca dan menulis saja. 

Dalam pengertian yang lebih luas, Literasi dimaknai dengan seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Di Indonesia, literasi mulai digalakkan sejak 2016 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Gerakan Literasi Nasional (GLN). Hal ini sebagai bagian dari implementasi dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti. 

Bersamaan dengan itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah juga mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan baca siswa.

Di era kurikulum merdeka saat ini, literasi dan numerasi menjadi komponen penting dalam platform rapor pendidikan. Karena output dari kedua kegiatan tersebut akan menentukan hasil assesment pada satuan pendidikan. Mengapa kedua jenis literasi ini dianggap begitu penting?. 

Karena kedua jenis literasi tersebut merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik supaya bisa menguasai kompetensi yang lain.

Literasi dianggap penting karena berhubungan dengan kemampuan membaca, menulis dan kemampuan menuangkan isi pikiran atau gagasan seseorang. Hal ini tentunmya harus dimiliki oleh setiap peserta didik supaya mampu membaca, mencerna, memahami dan menganalisis setiap informasi yang diperoleh. 

Selain itu juga mampu mengolah informasi tersebut dan menuangkan kembali dalam bentuk verbal maupun tulisan sesuai dengan tingkat pemahamannya. Inilah hakikat literasi sebagai kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik. Dengan demikian peserta didik selain mampu menangkap informasi yang diperoleh juga mampu mengungkapkan kembali informasi tersebut. Dari sinilah kreativitas anak akan tumbuh dan berkembang.

Kemudian numerasi, dianggap penting karena kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari berbagai aktivitas yang melibatkan angka-angka. 

Secara sederhana, numerasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan untuk menafsirkan informasi kuantitatif yang terdapat di sekeliling kita. 

Kemampuan ini ditunjukkan dengan kenyamanan terhadap bilangan dan cakap menggunakan keterampilan matematika secara praktis untuk memenuhi tuntutan kehidupan.

Sebagai contoh bahwa kita tidak bisa lepas dari konsep bilangan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, misalnya aktivitas ke tempat kerja. Dalam menjalani aktivitas ini kita membutuhkan uang untuk berbagai keperluan seperti membeli BBM, makan, dan keperluan lainnya. Selain itu, kita juga harus berhitung supaya tidak terlambat sampai di tempat kerja, dan sebagainya. Bisa dibayangkan betapa kacaunya kehidupan kita apabila tidak menguasai berbagai kecakapan tersebut.

Demikian pentingnya kedua literasi tersebut, sehingga dijadikan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh setiap peserta didik. Oleh karena itu sekolah harus melaksanakan kegiatan yang mampu merangsang penguasaan literasi dan numerasi ini. 

berbagai kegiatan dilaksanakan oleh satuan pendidikan seperti membuat kegiatan pojok baca, program literasi sebelum pelajaran dimulai dan sebagainya. Geliat untuk meningkatkan kemampuan literasi terasa cukup menggembirakan, meski masih terdapat ketimpangan.

Hampir di semua satuan pendidikan masih terfokus pada kegiatan literasi membaca dan menulis, namun belum diimbangi kegiatan yang terfokus pada pengembangan literasi numerasi. Parahnya lagi masih terdapat sebagian pendidik atau penyelenggara satuan pendidikan yang berpendapat bahwa numerasi merupakan bagian dari literasi, sehingga tidak diperlukan lagi kegiatan yang secara khusus mengenai numerasi.

Ironisnya, para pegiat literasi numerasi pun belum banyak yang angkat bicara mengenai konsep kegiatan numerasi di sekolah. Sehingga kegiatan literasi numerasi semakin terkubur dan kehilangan jejak dibanding kegiatan literasi membaca yang sudah familiar di sejumlah sekolah. Konndisi ini semakin memperparah ketimpangan yang terjadi antara literasi membaca dan literasi numerasi.

Berangkat dari fenomena ini barangkali perlu dipikirkan sebuah terobosan kegiatan inovatif yang mengembangkan literasi numerasi berdiri sendiri sebagai sebuah entitas kegiatan. Tidak lagi menumpang pada kegiatan literasi membaca yang sudah ada.

Literasi numerasi harusnya lebih jauh dari itu. Karena melibatkan kegiatan menganalisis, menghitung dan menafsirkan angka. Dengan munculnya literasi numerasi sebagai kegiatan tersendiri barangkali pengembangan nalar kritis peserta didik yang berkaitan dengan operasi hitung dan penguasaan keterampilan matematis yang lain  dapat dilakukan dengan lebih baik lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun