Mohon tunggu...
Sai Handari
Sai Handari Mohon Tunggu... Dosen - Dosen UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda

Travelling dan mencoba berbagai kuliner menjadi hobi yang juga menjadi self love

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Keluarga, Sudahkah Menjadi Tempat yang Damai?

5 Februari 2023   07:48 Diperbarui: 5 Februari 2023   07:53 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Kedamaian menjadi isu yang kontemporer untuk dibahas. Bahkan telah menjadi agenda dunia dalam menjaga kestabilan dan kehidupan yang ideal (Kartadinata, 2020; SDGs, 2016). Kedamaian pada hakikatnya dapat dipandang pada dua sisi, yakni sisi negatif yang hanya berfokus bahwa kedamaian merujuk pada ketiadaan konflik, ketiadaan kekerasan baik verbal maupun fisik, ataupun menghadapi konflik dengan lebih kreatif. Dan sisi positif yang memandang bahwa kedamaian merupakan manisfestasi untuk membangun  kembali hubungan antara pihak yang berkonflik dalam menciptakan lingkungan yang memungkinkan untuk memaafkan dan rekonsiliasi agar tercapainya situasi yang damai (Anand, 2014; I. Harris, 2010; I. M. Harris & Morrison, 2012). Sehingga, pada hal ini, kedamaian menjadi proses yang berkesinambungan agar dapat memberikan daya guna bagi perkembangan yang optimal.

Lalu, bagaimana keterkaitannya dengan keluarga?
Keluarga merupakan satuan terkecil dari masyarakat yang memiliki fungsi dalam mengembangkan potensi yang optimal pada individu dan menjadi pendidikan pertama dan utama dari individu. Keluarga hendaknya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam mengedepankan isu kedamaian. Namun, berbagai permasalahan sering terjadi yang dapat menyebabkan ketidakharmonisan dan berdampak pada kondisi kedamaian di dalam keluarga. Sebagai contoh, banyaknya laporan terkait berbagai kekerasan yang terjadi di dalam keluarga. Misalnya saja suami yang memukul anak dan istrinya, ataupun istri yang meninggalkan suami, dan kasus semacamnya. 

Kembalinya Kedamaian dalam Keluarga

Perencanaan dalam membangun keluarga menjadi bagian yang penting untuk mengembalikan peran keluarga dalam kedamaian. Memilih dan memutuskan berumah tangga, serta mengurai kembali tujuan yang ingin dicapai dalam perkawinan menjadi hal yang krusial untuk dilakukan. Itulah mengapa, orang zaman dulu selalu menekankan pada bibit, bebet, dan bobot serta salaka-rabi untuk memutuskan perkawinan. Bahkan, dalam Agama Islam, kriteria dalam pemilihan jodoh perlu diperhatikan. Karena perkawinan bukanlah hanya persoalan yang hanya dilakukan dalam jangka pendek, namun pada proses jangka panjang yang setiap hari demi harinya merupakan upaya saling menyelaraskan serta mencocokan. 

Pada konteks ini, pembentukan keluarga menjadi PR untuk dapat dijawab secara filosofis, yakni jawaban atas berbagai pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan: (1) Apa makna pernikahan dan keluarga bagiku? (2) Buat apa saya menikah dan memiliki keluarga? dan (3) Bagaimana cara saya dalam membentuk pernikahan dan keluarga yang saya inginkan?

Dan jikalau pun anda sudah menikah dan merasa bahwa pernikahan dan keluarga anda tidak dalam keadaan yang damai, maka ada beberapa pertanyaan yang perlu anda jawab dalam diri anda, yakni; (1) Apakah perkawinan bagi saya adalah hubungan transaksional yang saya perlu mendapatkan balasan akan apa yang saya lakukan? ataukah bahwa apa yang saya lakukan hanya untuk Tuhan saya?; (2) Bagaimana cara saya untuk mendapatkan asumsi saya sebelumnya? dan (3) Apa tujuan saya yang sebenarnya dalam menjalani keadaan/perkawinan/keluarga ini?

Sehingga, pendekatan yang dilakukan bukanlah hanya pendekatan secara humanistik, namun pada sebuah konsep dan pendekatan secara vertikal, bahwa apa yang saya lakukan bukanlah hanya untuk proses transaksi saja, namun pada sebuah upaya pemaknaan dalam kehidupan yang saya jalani. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun