Mohon tunggu...
Saeran Samsidi
Saeran Samsidi Mohon Tunggu... -

Saeran Samsidi alias Pak Banjir wong Banyumas sing coag, cablaka tur semblothongan!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sama-sama Seram, tapi Cowongan dan Jelangkung Berbeda!

26 Desember 2017   08:02 Diperbarui: 26 Desember 2017   11:48 2112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto : koleksi pribadi

Karena sifatnya yang berupa ritual yang memanggil dan berkomunikasi dengan makhluk halus, permainan jailangkung yang awalnya sekadar permainan kemudian berkembang memunculkan mitos-mitos hantu atau kesurupan sebagai imbas untuk orang yang memainkan permainan ini. 

Mitos tersebut umumnya adalah bila permainan ini diakhiri tanpa melepas atau berpamitan dengan makhluk halus yang masuk ke dalam boneka, makhluk halus tersebut dapat menjadi marah dan dapat membuat masalah untuk para pemanggilnya. 

Cowongan versus jelangkung.Kalau diperbandingkan antara cowongan dan jelangkung ada persamaan dan perbedaan, namun lebih banyak perbedaannya. Persamaannya adalah sama-sama menggunakan media berupa boneka yang terbuat dari siwur yang didandani. Perbedaanya adalah :

Cowongan adalah produk budaya Nusantara khususnya dari tlatah Banyumas sedangkan jelangkung merupakan serapan dari budaya Tiongkok.

Cowongan ritual agraris  memanggil bidadari utusan Dewi Sri untuk membawa hujan, jelangkung mengundang arwah atau roh halus.

Cowongan digelar oleh para petani untuk mengatasi masalah kekeringan sawah sehingga datang hujan menyuburkan kembali tanaman, jadi bersifat ritual. Jelangkung dilakukan oleh anak-anak atau remaja  bersifat permainan.

Dalam perkembangannya cowongan di Banyumas berubah dari ritual agraris menjadi karya seni seperti seni pertunjukan, seni tari dan seni rupa. Jelangkung dibuat menjadi film bersekuel, Jelangkung (2001), Tusuk Jelangkung (2003), Jelangkung 3 (2007) dan Jailangkung (2017)

Cowongan kurang terkenal sedangkan jelangkung sangat populer karena film-filmnya.

Dhemen kabudhayane dhewek.Akhir paparan, marilah kita, khususnya masyarakat penginyongan di mana pun kini tinggal untuk dhemen kabudayane dhewek. 

Dengan mencintai budayanya sendiri menunjukkan cinta tanah air, maka lestarikan dan kembangkan cowongan dalam berbagai bentuk sehingga dikenal oleh bukan saja wong Banyumas tetapi sampai ke penjuru Nusantara seperti halnya jelangkung. Amin ya robalallamin .....

Sumber : Yusmanto, Wong Banyumas dan Wikipedia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun