Mohon tunggu...
Saepul Permana Hidayat
Saepul Permana Hidayat Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan swasta

Karyawan swasta, Railfans Daop II Bandung, Fotografi, senang travel dan menulis artikel, senang akan dunia jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Bandung Pilihan

Patahan Lembang Tempat Wisata Edukasi Geologi Kabupaten Bandung Barat

29 Maret 2023   22:30 Diperbarui: 30 Maret 2023   10:48 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Papan peringatan patahan Lembang yang berada di tebing karaton foto / saepul permana

Sesar Lembang atau patahan Lembang merupakan sebuah sesar yang membentang panjang 29 kilometer mulai dari Ngamprah Padalarang kabupaten Bandung barat hingga palintang ujung Berung kota Bandung.

Tercatat sesar Lembang mengalami gempa terakhir pada abad ke-15 atau sekitar 500 tahun yang lalu, namun bukan berarti sesar ini tidak aktif, berdasarkan hasil peneliyilmuan dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) sesar Lembang selalu bergerak sebanyak 3 mm tinggal 5 mm setiap tahunnya, angka ini termasuk kategori pergerakan kecil.

Dengan banyaknya potensi gempa bumi yang terjadi di provinsi Jawa barat  sudah sepatutnya pemerintah gencar melakukan edukasi mitigasi bencana.

Selain gempa bumi sebagai ancaman yang ada di area sesar Lembang, terdapat ancaman bahaya lain yang di sebabkan oleh proses eksogenik yakni erosi dan gerak massa. Erosi yang terjadi umumnya berada pada wilayah dengan elevasi cukup tinggi. Sementara gerak massa terjadi secara gravitasional dari wilayah elevasi tinggi ke elevasi yang rendah.  Hal ini menguatkan suatu garis besar bahwa potensi ancaman bahaya yang di akibatkan oleh adanya bentang alam struktural sesar Lembang melalui kajian mirfogenesa dan morfoaeansemen yakni berupa gempa bumi, erosi dan Maas movement atau gerak massa batuan yang berakibat salah satunya sebagai gerakan tanah.

Mitigasi bencana

Mitigasi bencana merupakan langkah yang sangat perlu di lakukan sebagai suatu titik utama dari manajemen bencana. Sesuai dengan tujuan utamanya yaitu mengurangi atau menghilangkan adanya korban dan kerugian yang mungkin timny, maka titik berat perlu di berikan pada tahap sebelum terjadinya bencana.

Kegiatan mitigasi pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana, baik yang termasuk ke dalam bencana akan ( natural disaster) maupun bencana sebagai akibat dari perbuatan manusia ( man-man disasi).
Mitigasi pada umumnya di lakukan dalam rangka mengurangi kerugian akibat kemungkinan terjadinya bencana, baik itu korban jiwa ataupun kerugian harta benda yang berpengaruh pada kehidupan dan kegiatan manusia. Untuk mendefinisikan rencana atau strategi mitigasi yang tepat dan akurat, perlu di lakukan kajian resiko (risk assessment). 

Kegiatan mitigasi bencana hendaknya merupakan kegiatan yang rutin dan berkelanjutan (sustainable). Hal ini berarti bahwa kegiatan mitigasi seharusnya sudah dilakukan dalam periode jauh-jauh hari sebelum kegiatan bencana, yang sering kali datang lebih cepat dari waktu ke waktu yang di perkirakan, dan bahkan memiliki intensitas yang lebih besar dari yang di perkirakan semula.

Ancaman bahaya yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan bencana, baik itu erosi, mass wasting ataupun gempa bumi, tentunya dalam penanggulangan bencana dapat di lakukan dua jenis mitigasi, yang pertama yakni mitigasi struktural dan yang kedua mitigasi non-struktural. Mitigasi struktural merupakan upaya untuk meminimalkan bencana melalui berbagai pembangunan prasarana fisik dan menggunakan pendekatan teknologi, sementara itu mitigasi non struktural dapat dilakukan sebagai upaya pengurangan dampak bencana dengan cara membuat kebijakan atau peraturan baru terkait undang - undang penanggulangan bencana. 

Contoh dari mitigasi struktural dalam kaitannya dengan potensi ancaman. Bahaya yang di akibatkan oleh sesar Lembang adalah membuat sistem peringatan dini ( early warning system') atau dengan penerapan teknologi "rumah tahan gempa" yakni dengan merekonstruksi bahan pembuat dinding rumah dengan sekat yang dapat meminimalisir kerusakan akibat gempa dan meningkatkan ketahanan kontruksi.

Sementara itu, mitigasi non-struktural dapat di lakukan dengan cara pengelolaan tata ruang yang baik di sekitar sesar Lembang sehingga infrastruktur inti penggerak ekonomi, permukiman maupun fasilitas publik lainnya dapat di minimalisir kerusakan jika terjadi bencana baik itu erosi, mass wasting ataupun gempa bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun