Mohon tunggu...
Saeful Ihsan
Saeful Ihsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sarjana Pendidikan Islam, Magister Pendidikan

Seseorang yang hobi membaca dan menulis resensi buku.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Masih Perlukah Percaya terhadap Humanisme?

19 Maret 2023   14:09 Diperbarui: 19 Maret 2023   14:11 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: ebook.gramedia.com

Darwin pun demikian. Teori evolusi sendiri menampilkan tidak adanya ruang bagi analisis berbasis agama bagi perkembangan manusia. Semuanya berlangsung secara biologis melewati proses alamiah (seleksi alam).

Ludwig Feuerbach, yang mewarisi tradisi kritik agama dari zaman Xenophanes membalik pengandaian kitab suci. Tulis Hardiman: "Jika Kitab suci berkata bahwa tuhan menciptakan manusia menurut citranya, Feuerbach berkata bahwa manusia menciptakan tuhan menurut citranya."

Jadi, semuanya tergantung dari cara berpikir manusia. Manusia bisa mengeluarkan Tuhan dan segala ketakutan yang ditimbulkannya dari pikiran, lalu berkehendak sesuai dengan kodratnya sendiri.

Ketiga tokoh di atas cukup meyakinkan bahwa humanisme patut dicurigai merupakan agenda ateisme untuk menjauhkan manusia dari Tuhan. Ditambah lagi dengan kehadiran Nietzsche yang melalui tokoh Ubermensch nya, tampil sebagai pembunuh Tuhan dengan mendeklarasikan bahwa Tuhan telah mati.

Namun sesungguhnya kata Hardiman, humanisme tidak bermaksud menyerang agama, melainkan kepercayaan terhadap agama yang menyebabkan manusia menjadi tertutup, teralienasi, dan melakukan tindakan teror.

Misalnya Karl Marx, dengan mengutip Kern, Hardiman menyebut Marx memandang bahwa, "Unsur manipulatif agama terletak pada fungsinya yang menutupi akar-akar sesungguhnya kemiskinan serta alienasi kelas-kelas melarat." Agama menghadirkan harapan dan ilusi, yang disesap oleh kelompok termarjinalkan bagai opium, sebagai tempat pelarian dari kondisi ketertindasannya oleh kelas borjuis. Padahal ketertindasan itu hanya dapat diakhiri dengan satu jalan humanisme: perubahan struktural masyarakat.

Bahkan Nietzsche yang membunuh Tuhan pun, bisa jadi yang dibunuh bukan Tuhan yang sesungguhnya, melainkan konsep ketuhanannya. Hardiman memberi ilustrasi yang menggelitik: bagaimana mungkin kaum ateis yang tidak percaya akan keberadaan Tuhan dapat membunuh Tuhan? Tuhan hanya dapat dibunuh kalau dia ada, dan hidup. Sedang ateis tak percaya Tuhan ada.

Namun bukannya tanpa konsekuensi. Humanisme yang menampilkan diri di dalam sejarah sebagai penyempurna kemanusiaan manusia, ternyata punya borok yang sama dengan pemahaman agama yang kolot. Humanisme menyimpan eksklusifisme dan alienasi manusia.

Jangan dikira bahwa penjajahan Eropa terhadap negara-negara dunia ketiga semata demi invasi ekonomi dan teritorial belaka. Di balik praktik kolonialisme, ada visi humanisme yang dibawa-bawa. Dunia ketiga diandaikan sebagai kawasan yang dihuni oleh manusia-manusia terbelakang. Sebagai bangsa yang maju, maka Eropa memiliki panggilan moral untuk memajukan bangsa-bangsa itu, melalui jalan kolonialisme, mendidik mereka supaya menjadi manusia yang utuh.

Humanisme juga merupakan sebuah kedok bagi Nazisme Hitler di Jerman. Pembersihan etnik Yahudi dalam Kamp Konsentrasi demi penyelamatan ras Aria, yang menurut Hitler, adalah ras unggul yang harus dibiarkan hidup. Agar umat manusia selamat dari ketertinggalan dan kebobrokan secara rasial.

Komunisme, menghabisi kelas borjuis demi terciptanya kondisi kemanusiaan yang setara. Utamanya di era Stalin, ia tidak hanya eksklusif terhadap kelas borjuis tetapi juga memakan kamerad-kameradnya sendiri yang berjasa dalam mendirikan rezim komunis Soviet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun