Mohon tunggu...
Hr. Hairil
Hr. Hairil Mohon Tunggu... Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Institut Tinta Manuru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Dorong ke Lipat : Transformasi Pintu Pagar Besi

15 Juli 2025   09:49 Diperbarui: 15 Juli 2025   09:49 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri : Bang Man (MTB-188) mulai genrinda

Waktu berjalan perlahan, tapi hasilnya mulai terlihat. Pagar lama yang tadinya hanya sekadar pembatas, kini mulai bertransformasi menjadi sesuatu yang lebih fungsional. Lipatan-lipatan besinya terlihat kokoh, mekanismenya mulai bergerak mulus. Warna cat dasar yang baru saja dioleskan memberi nuansa segar, menutupi bekas luka lama dari karat dan percikan las. Saya berdiri di samping, memperhatikan perubahan itu, seperti menyaksikan rumah ini mendapatkan napas baru.

Renovasi pagar mungkin terdengar sepele bagi sebagian orang, hanya pekerjaan teknis tanpa makna. Tapi bagi saya, ada sesuatu yang filosofis di dalamnya. Pagar bukan hanya batas fisik, tapi juga simbol perlindungan, kenyamanan, dan keindahan. Orang-orang seperti bang Man adalah perajut kecil yang menghadirkan itu semua, tanpa banyak bicara, tanpa sorotan, hanya lewat tangan-tangan terampil mereka.

Menjelang siang, mendung mulai menipis. Matahari malu-malu muncul, memberi sedikit kehangatan. Bang Mat bersama timnya terus bergerak, tanpa tanda-tanda melambat. Harapan saya sederhana, sebelum sore menjelang, pagar lipat ini sudah selesai, berdiri anggun, siap membuka dan menutup dengan lekuk mekanik yang halus. Karena esok, MTB 188 akan meninggalkan rumah ini, melanjutkan perjalanan ke proyek lain, membawa keterampilan dan dedikasi mereka ke tempat baru.

Saya akan selalu mengingat pagi ini, kopi kapal tengker yang terlambat, suara mesin yang menggema, udara mendung Batam, dan orang-orang sederhana yang bekerja dengan sepenuh hati. Mereka yang mungkin tak dikenal banyak orang, tapi meninggalkan jejak nyata di setiap rumah orang lain yang mereka sentuh.

Mereka bukan sekadar pekerja. Mereka adalah penjaga harmoni kecil di antara besi, cat, dan engsel. Mereka adalah MTB 188, yang dengan senyap mengajarkan arti ketekunan, presisi, dan ketulusan.

Dokpri : ko Alo sudah datang
Dokpri : ko Alo sudah datang

Sebelum tulisan ini saya post, ko Alo sudah datang. Dia baru selesai dari tiban, mengecek pekerjaan renovasi MTB 188 di sana.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun