Mohon tunggu...
Hr. Hairil
Hr. Hairil Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Institut Tinta Manuru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sang Penjaga Malam dan Kudeta Mei 98 di Toyal

22 Mei 2021   09:15 Diperbarui: 22 Mei 2021   09:34 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi sebuah kota, melewati tahapan pertentangan yang sangat luar biasa. Ada pihak-pihak yang tidak menyetujui, ada juga pihak yang mendukung, berbagai cara generasi dahulu Ademog telah berupaya melobi dan kongsi kekuatan dukungan dari masyarakat.

Kota Ademog, sebelum menjadi kota secara Resmi, masih dalam bentuk Desa dengan Wilayah distrik tiga, rakyatnya selalu di tindas oleh orang asing yang dari awal mendami Desa karena melakukan aktivitas berdagang. Bergulirnya perkembangan, dari tahun ke tahun desa ini di perjuangkan menjadi kota. Pimpinan Pertama bernama Pak Teo, orang menyebutnya sebagai bapak Rakyat.

Pak Teo adalah salah satu tokoh dari beberapa pemuda desa Ademog yang sama-sama berjuang untuk mnejadikan desa Ademog sebagai kota. Perjuangan itu direstui Tuhan. Tahun 1940an desa Ademog resmi menjadi Kota dan Bapak Rakyat dipercayakan Sulis, Mali dan teman-temannya menjadi pimpinan pertama kota Ademog.

"Semoga saja, yang menggantikan Bapak Rakyat (Pak Teo) adalah orang yang sama baik sebagai pemimpin untuk kota Ademog" Kilah Kicar sambil menatap radio yang masih berteriak

Kicar adalah mahasiswa tahap awal tahun 1997, dia baru saja semester dua di jurusan politik. Awalnya dia ingin menjadi seorang pengacara, hanya saja mimpinya tidak tercapai. Dia lulus tes di satu universitas Negara Toyal. Negara Toyal berada di wilayah paling timur peta dunia.

Menjadi mahasiswa tahap awal, kicar belum mengerti tentang organisasi atau perkumpulan-perkumpulan. Apalagi Organisasi Aliran Kiri dan Kanan, dia masih sangat jauh dari Ihwal Aktivis. Inilah sebab kicar sangat heran dengan gerakan serta gelagat sejumlah pemuda di kota Ademog akhir bulan maret hingga mei. Tetapi kicar sudah tahu, demonstrasi semenjak  1993 oleh mahasiswa merubah wajah Toyal berubah jadi medan tempur


Kebiasaan kicar, selain suka belajar, dirnya suka mendengar siaran radio.  Kicar belum pandai bergaul, lagi pula di komplek Bonavista ini anak-anak jarang bergaul satu sama lain. Bapak kicar adalah seorang guru sekolah dasar yang bekerja setengah mengabdi pad apemerintah. Ibunya seorang pedagang kaki lima di pasar terminal baru kota Ademog.

"Kicar, kamu tidak ikut kita dalam gerakan ini" kata Atar yang berdiri di depan kicar sambil memegang beberapa lembar kertas

Keheranan di mata kicar sangat jelas terlihat, bagaimana tidak?, sebagai seorang mahasiswa tahap awal di tawarkan untuk ikut satu gerakan yang resikonya sangat besar. Beruntung kalau gerakan ini di takdirkan sukses. Kalau gagal, kuliahnya terbengkalai atau bisa saja bukan hanya Atar dan teman-temannya sebagai pemuda di kota Ademog dan sekaligus aktivis mahasiswa di kampus tapi dirinya juga menjadi incaran pemerintah karena dianggap ikut dalam gerakan melawan.

Di kampus mereka, ada sebagian mahasiswa menginap di sekretariat organisasi intera kampus. Jadi ada aktivitas malam. Hal ini baru kicar tahu setelah seniornya Atar memberitahukan dia.

"Nantilah, kalau jadi. Kita pasti bertemu di kampus besok pagi kak" Jawab Kicar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun