Mohon tunggu...
Hr. Hairil
Hr. Hairil Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Institut Tinta Manuru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Korelasi Semu Bukan Soal Hidup

5 Mei 2021   20:41 Diperbarui: 5 Mei 2021   20:58 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto. www.ayoksinau.com

"Bukan sejauh mana kita mampu bermimpi, tapi sejauh mana kita mampu mewujudkannya".

Beranjak dari penggalan kata yang telah sengaja saya suguhkan pada awal penulisan ini. Karena sampai sejauh ini, banyak dari individu telah memprakarsai aktivitasnya dengan membuat atau berangan-angan mendapatkan kehidupan yang layak atau sukses di sebuah bidang usaha tertentu.

Namun kesadaran kita atau sebagian individu hanya sebatas bagaimana kita merencanakan sesuatu tanpa memikrkan metode atau cara apa yang harus digunakan untuk mencapai kehidupan yang layak ataukah kesuksesan tadi. Sukses itu bukan privasi dalam perkara hidup, suskses membutuhkan banyak korelasinya dalam menggapai sukses itu sendiri. saya lebih suka menyebutnya korelasi kebaikan yang perlu dilakukan oleh setiap orang.

Banyak juga orang yang beranggapan bahwa segala sesuatu yang telah di rencanakan itu akan membuahkan hasil yang memuaskan, bisa jadi mereka benar dan bisa juga mereka salah. Saya rasa ini merupakan kesalahan berfikir setiap individu dalam menyimpulkan realitas yang ada di depan matanya. Sehingga, dalam meraih atau menggapai sebuah tujuan yang telah di rencanakan itu, mereka telah banyak mengabaikan potensi juga peluang untuk menjadi yang terbaik diantara sekian banyak individu yang berkompetisi dalam hidunya.

Antara Sukses atau Mampu

Sederhananya hidup ini adalah sebuah kompetisi, dan di mana ada kompetisi pastilah disitu ada yang lose dan ada juga yang win. Paradigma berfikir ini yang nantinya mengantar kita kepada cara berfikir yang benar-benar keras dan pasti dalam bertindak. Sehingga hal yang telah di rencanakan tadi (suatu tujuan) akan membuahkan hasil yang memuaskan diri individu itu sendiri.

Pada prinsipnya, bukan lagi kita berbicara tentang kesuksesan, akan tetapi kita pada dasarnya kita akan membicarakan sebuah kemampuan dasar yang menjadi potensi diri dan harus di kembangkan berdasarkan keinginan serta kemauan kita sebagai individu. Berikut beberapa hal yang mestinya kita jadikan sebagai sebuah potensi untuk melakukan suatu renca yang dikonsepkan dengan matang sebelumnya.

Kerja dan Cita-Cita Hidup

Manusia pada dasarnya memiliki kemauan dan kebutuhan sebagai kebutuhan hidup. Mengembangkan potensi yang ada dalam diri adalah bukan hal yang tabu atau tidak wajar lagi, ini sebuah keharusan. Trendnya perkembangan dunia menggiring dan sengaja memberitahukan kita sebagai manusia yang beradab ini bahwa tanpa melakukan sesuatu atau tanpa bekerja manusia akan bertemu dengan kehancuran hidupnya alias menjadi orang yang kehidupan dasarnya berada di bawah standar hidup yang normal.

Ada juga, banyak hal selain perkembangan dunia yang telah kita ketahui sebagai sebuah perkembangan yang pada suatu harinya akan menuntut setiap manusia, memaksa otaknya untuk berfikir lebih keras sebelum bertindak. Kenapa demikian?

Hal ini dikarenakan manusia memiliki dasar hidup sebagai mahluk social yang pada suatu saat nanti akan membutuhkan uluran tangan (lingkungan sosial) sebagai alat komunikasi dan dorongan dari orang yang ada di sekitarnya. Yang membuat manusia hidup berdampingan pada suatu kumpulan (kelompok) atau yang di sebut sebagai sebuah masyarakat social adalah masalah kebutuhan itu sendiri.

Akan tetapi kita harus benar-benar dapat menerawang masalah kehidupan ini dengan jelas. Ini bukanlah kehidupan versi abad 17 ataukah abad 18 dan 19 yang telah kita ketahui sama-sama dalam historisnya tentang distorsi yang yang terjadi di sela-sela kehidupan manusia pada saat itu membedakan manusia yang satu dengan yang lainnya.

Cerminan itu membuat kita bahkan lebih tau dan memahami bahwa hidup pada abad 21 ini ternyata membutuhkan lingkungan sosial dimana manusia yang betul-betul memiliki semangat untuk tetap melakukan beberapa hal bersama. Hal inilah yang paling penting dengan tujuan manusia dapat berdampingan antara satu dengan yang lainnya. Dalam suatu makna kebersamaan yang pada hakikat ceritanya semua dapat menikmatinya.

Untuk itu, semua manusia membutuhkan kerja keras agar dapat betahan hidup. mengutip kata Buya Hamka "Kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan juga bias hidup. Kalau bekerja sekedar bekerja kera juga bias bekerja". Nah, disinilah manusia mulai menuai makna kehidupan yang sebenarnya bahwa ternyata bukan hanya soal hidup atau bekerja saja yang harus menjadi dasar atau sebuah alasan mengapa manusia harus hidup di dunia ini.

Hal berbeda jika kita berpaling dari masalah di atas dan tengadahkan wajah kita kepada masalah cita-cita hidup, saya rasa ini bukanlah hal yang sulit yang kita temukan di bumi ini sebagai kendala atau tantangan dalam melakukan dan mencari maknanya. Hanya saja perisip kita dalam hal membicaraka cita-cita hidup ini ditinjau dari sisi yang berbeda pula.

 Ada gambaran yang jelas ketika kita telah mencoba memberi gambaran cita-cita hidup ini menjadi salah satu tujuan manusia ada di muka bumi? Ataukan cita-cita hidup ini ada ketika manusia sudah mulai merasakan lapar dan haus dalam kehidupannya?

Ada juga perbedaaan tentang banyak hal yang menggambarkan kehidupan ini. Seperti cita-cita membeli mobil baru, rumah baru, atau bekerja ditempat baru dll dll dll, maka dia harus bekerja keras dan tampa sia-sia dia membuangkan waktunya untuk menabung walaupun sedikit demi sedikit. Alhasil, dia akan mampu menikmati cita-cita membeli mobilnya tadi dan atau semua yang dia cita-citakan

Begitu juga denga cita-cita dalam hidup ini, saya sendiri tidak memiliki cita-cita yang besar, akan tetapi kita bisa membaca makna dari sebuah kata yang menggambarkan kita tentang makna dari cita-cita hidup di muka bumi yang penuh dengan berbagai tantangannya. Hemat saya, hidup hanya untuk dua hal, orang tua yang harus bahagia di masa depan dan cinta yang akan mendampingi saya selamanya.

Antara Pasti dan Kebohongan

"Lebih baik nakal tapi jujur daripada baik tapi munafik" sebuah pepatah yang sering saya dengar dari banyak orang yang sok pengerti dengan maksud yang tersirat dari pepatah ini. Saya tidak menyebut salah memaknai sebuah maksud adalah kesalahan yang mengarahkan kita kepada sebuah keberadaan (eksistensi) hidup yang tidak terlalu bergairah untuk mencari maknanya.

Sehingga kesalaha telah banyak kita lakukan dengan sengaja menenggelamkan diri kita kepada hitamnya realitas lalu menyalahkan orang lain atau diri kita sendiri. Akan tetapi dari semua kesalahan dan perbuatan yang telah kita lakukan itu memberi kita jawaban yang sangat sederhana bahwa mengejar hidup adalah yang di pandang lebih baik untuk dilakukan saat ini.

Disini, saya telah menganalogikan jika saya mempertaruhkan jiwa dan raga melawan tantangan masa depan yang arusnya lebih kencang dan deras, benturannya sangat kuat jauh dari apa yang dibayangkan. Sangat tidak mungkin saya akan berlari atau akan memilih diam untuk terjaga dan menikmati kesedihan (menerima) kekalahan yang saya sendiri tidak mampu menghadapinya. Sementara diluar sana, orang lain dapat menggapi semua hal dan melewati tantangan hidup lalu menikmati sukses.

Sebagian dari kita mungkin tak lagi mau membohongi ketidakmampuan dirinya menghadapi banyak masalah, sebagian lagi menerima dan menjalaninya. Menurut saya, jika hati sesorang menyanggupkan untuk tetap berdiri pada pendiriannya maka dia/mereka lebih memilih berjuang dan melakukan hal yang lebih pasti dan jauh lebih berarti dibandingkan hanya bermimpi.

Sebagiannya lagi, dikenal sebagai generasi pembohong, berbohong karena tidak mampu berjuang dan berbohong karena ketidak mampu melawan tantangn dan arus deras kehidupan. Inilah saatnya kita harus pastikan dan tunjukan bahwa sebagai manusia sosial, kita akan mampu bertahan dan berdiri sendiri, berlari mengejar mereka yang telah mendahului aku agar kita tidak tertinggal.

Beban Hidup

"Kami bisa bertahan karena tanggungjawab kami masih banyak"

Saya menggunakan penggalan kata diatas untuk menggambarkan tentang proses sebuah beban hidup. Dalam melakukan banyak hal didepan mata ternyata kita tidak terlepas dari pada tanggungan hidup yang saya sebut sebagai beban besar yang memiliki seribu nilai.

Ada seorang pemimpin dipandang kecil dan tidak memiliki power dalam kepemimpinannya tetapi mampu melakukan hal besar. Ada juga pemimpin besar atau legendaris yang tidak mampu menyelesaikan segala beban dan tanggungjawabnya dengan sepenuh hati, inilah beban hidup yang saya maksud. Orang-orang yang bertahan dengan tanggungjawab mereka karena melakukan tanggungjawan dengan sebenar-benarnya sebagaimana hakikat tanggungjawab itu.

Seharusnya kita merasa takut kepada selauruh beban hidup yang menjadi tanggungjawab kita. Entah itu pemimpin, tokoh pejuang atau apapun. Semuanya telah kita lihat secara seksama, di depan kita terdapat beribu tanggungan (tanggungjawab) yang ketika kita meleset atau tidak mampu melakukannya akan berakibat fatal. Berbeda halnya dengan mereka, atau orang yang memiliki sedikit sekali potensi diri tetapi ketika mereka mengembangkan, memanfaatkan hidup mereka, tujuan hidup mereka agar bermanfaat untuk orang lain, orang disekitar mereka. Tanggungjawab mereka ini bahkan dinikmati sampai berabad-abad lamanya.

Begitu juga halnya kebanyakan beban hidup yang tak mampu di pertanggungjawabkan oleh sebagian dari kita. Memimpi atau menjadi pengendali di arus masa yang besar bukan hanya cita-cita biasa. Hal itu harus menjadi cita-cita luar biasa agar tidak bertanggungjawabnya kita tidak berakibat  terjadinya kehancuran generasi dan masa depan mereka, dan banyak kehilangan keyakinan untuk hidup dalam tanggungjawab yang besar.

Menurut saya, banyak dari kita akan memilih lari dan takut menjadi orang yang selalu berdiri di depan banyak mata karena merasa tidak bisa bertanggungjawab atas suatu hal, baik itu hal kecil atau hal biasa-biasa saja. Sehingga yang kita lakukan adalah korelasi semu yang bukan perkara tujuan hidup yang sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun