Mohon tunggu...
Hr. Hairil
Hr. Hairil Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu kebutuhan, bukan hiburan.

Institut Tinta Manuru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Positif" Merawat Pikiran

18 Desember 2017   11:30 Diperbarui: 18 Desember 2017   11:42 1358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : THS (Tips Hidup Sehat)

Merawat pikiran positif bagi seseorang adalah hal paling penting. Tentang apa saja, semua hal harus bernada posistif. Sebab banyak kemungkinan, tidak akan pernah bahagia disebabkan karena selalu berpikir positif. 

Dalam tulisan ini, mengangkat tema "Merawat pikiran positif" merupakaan review perjalanan dalam melakukan segenab aktivitas kita.

Pernahkah dalam semua aktivitas, anda bertemu dengan orang-orang aneh yang berpikiran negatif?, tentang berpikir positif tentunya kita sudah tidak bisa menjelaskan seberapa banyak bertemu dengan mereka. 

Sejauh ini, belum pernah saya dengar banyak pandangan tentang koreksi pikiran. Atau mungkin saya belum pernah mendengar, berbeda dengan membaca banyak artikel tentang bagaimana orang-orang merawat pemikiran yang positif untuk tetap survaive dengan hidup mereka. 

Tentang merawat pikiran positif ini, disini hanya menggunakan beberapa pendekatan untuk mengantar kita pada pemahaman yang lebih baik. 

Kalau di lingkungan tempat kita hidup, sudah barang tentu bertemu dengan banyak pendapat berbeda-beda tentang hal tersebut. Perkara pikiran positif ini, saya menggunakan pendekatan idealisme sebagai gambaran umum melihat sejauh mana orang-orang disekitar kita memberikan argumentasi terhadap pemikiran mereka. 

Sebab, idealisme tertentu menentukan bagaimana nilai dari tingkah laku yang sebenarnya adalah cerminan dari cara berpikir mereka. 

Disuatu lingkungan, dimana saja pada aktivitas keseharian kita. Teman-teman memberikan kita pertanyaan tentang merawat pikiran positif dari cara mereka perlalukan kita, atau pergaulan kita dengan mereka dan sebagainya. 

Ada juga, sebagian dari kita dalam aktivitas pernah benci, iri hati, dengki, dendam terhadap orang-orang. Terutama kepada orang yang pernah salah atau berbeda pendapat dengan kita. 

Pada konteks itu, idealisme bergerak cepat untuk sepenuhnya menggambarkan bahwa sebenarnya yang mereka sampaikan adalah benar. Benar dalam arti yang tidak jamak. Maksudnya secara pemikiran, semua orang tentunya punya cara berpikir yang berbeda. 

Sedangkan dalam hal merawat pikiran positif, orang menggunakan banyak cara agar siapa saya yang mendengar ucapan, melihat tindakan mereka untuk menampilkan kepada orang lain sebagai penggambaran karakter. 

Merawat pikiran positif, kita bedakan dua hal utama yang prinsip. Pettama adalah realistis dan kedua adalah idealisme. Dalam bajasa kekinian, ketika ada seorang yang sebelumnya telah kritisi atau tindakan dia selalu menantang terhadap suatu organisasi atau pemerintahan. Maka orang tersebut dicap sebagai sang idealime.

Padahal konteksnya berbeda-beda. Orang sering melakukan dan melancarkan kritik kepada penguasa dianggak idealisme terjaga dan sebagainya. 

Maksudnya, ruang dan waktu berbeda akan membentuk suatu pola tindak yang berbeda pula. Sehingga, misalkan kita melihat statemen beberapa orang mahasiswa tentang kesalahan atau keangkuhan penguasa, pemimpin pada suatu wilayah. Mereka dicap sebagai barisan idealism. 

Kalau menunjau lapangan birokrasi saat ini, dipemerintahan kita ini. Isinya adalah mereka yang melebelkan diri mereka sebagai idealisme. 

Kalau pamdangan kita lebih kritis lagi, orang-orang dibirokrasi pemerintah adalah kelompok idelisme yang berusaha membentuk suatu pola hidup yang tren dan kuat. 

Walaupun banyak asumsi bahwa idealisme tempatnya bukan dibirokrasi, pandangan mereka terlalu sempit. 

Kita tidak boleh menganggap idealisme adalah konsep yang karus ditinggalkan. Seperti anggapan orang-orang tertentu. Membedakan idealisme sama halnya seperti membedakan realisme. Hal ini yang perlu kita ketahui. 

Sebab Idealisme adalah suatu keyakinan atas suatu hal yang dianggap benar oleh individu yang bersangkutan dengan bersumber dari pengalaman, pendidikan, kultur budaya dan kebiasaan.

Idealisme sendiri, perlahan tumbuh dalam jiwa kita dan ditransformasikan dalam bentuk pola tindak, pola tingkah dan pola laku. 

Walaupun idealisme sangat signifikan pengaruhnya, baik diri kita, orang laun dan suatu pemerintahan atau organisasi. Karena memang idealisme tersebut nilainya memang harus begitu. 

Seorang yang meyakini sesuatu, dirinya akan menampilkan lewat tindakan. Begitupun memimpin atau bekerja adalah keyakinan seorang pada suatu ideologi. Hal itu terjadi tanpa kita sadari. 

Jadi, ada orang yang menolak idealime adalah mereka yang tidak paham, atau belum paham perkara idealisme secara mendalam.

Mungkin banyak diantara kita mendengar pertentangan, argumen dan tindakan ideologi secara besar-besaran seperti dinegara luar. Kuba, Chili, Vanezuela, Saudi Arabia, iran dan banyak lagi negara luar yang konsisten dengan ideologi negara mereka. Di indonesia sendiri kita lihat ideologi Komunis, nasionalis dan Sosialis.

Hal yang sama pada realisme. Mestinya kita harus realistik dalam kontek melihat atau menerima kenyataan sekarang ini. Realisme merupakan suatu pola pikir terbentuk untuk progres dalam kehidupan. Seperti ideologi sebelumnya, sikap orang realistis adalah ikut arus. 

Idealisme juga lahir dalam jiwa seseorang secara tahap pertahap sampai keluar dalam bentuk tindakan. Kalau idealisme meyakini adanya suatu nilai kebenaran. Maka realisme sebaliknya, realisme mengabaikan suatu nilai kebenaran. 

Kadang orang menyebut realisme adalah orang yang selalu yakini suatu yang materi, suatu kebenaran yang sifatnya realistik. Tetapi keterbukaan pada sisi lain dari realistik adalah bidaya, politik dan lainnya masih dapat diperhitungkan.

Berbeda dengan pandangan sebagian orang (Kaum Realisme) yang melihat idealisme sebagai sampah kehidupan. Disini kita batasi bahasan kita hanya pada konteks idealime dan realisme sehingga bahasan kita tidak membias. 

Membandingkan idealisme dan realisme dari satu pendekatan kolektifisme. Karena idealisme bersandar pada perubahan, sedangkan realisme bersandar pada kenyataan sedang terjadi. 

Orang idealis kadang tterancam dengan tindakannya, meskipun yang dia lakukan adalah untuk kebaikan banyak orang. Sebaliknya realisme tidak mendapat gangguan apapun, sementara perbuatannya adalah untuk dirinya sendiri.

Kita pernah dengan kisah Gobercev, Guevara, Hugo Chaves, Fir'aun, King Arthur dan deretan nama-nama tokoh sejarah yang idealis. 

Bukan berarti mereka tidak melakukan kesalah, hanya saja kesalahan tidak mampu mendikte kebaikan mereka. Diri mereka terancam dan sebaginya. 

Eropa, barat, timur tengah dan asia. Semua bagian negara ini memiliki sejarah manusia dan ideologi yang berbeda. Sosial, komunis, ektrimis, dan sebaginya. Banyak sekali ideologi. 

Dibalik dari kolektif tujuan perubahan dari suatu ideologi jelasnya memiliki tantangan tersendiri. Olehnya itu terjadi perseteruan, beda pendapat, beda prinsip untuk satu tujuan perubahan sesungguhnya.

Hal berbeda dengan realisme, kemyataan sekarang orang mengabaikan ideologi. Sebagian lagi menolak sejarah manusia karena buat mereka, untuk bicara hidup kita harus realistis.

Jelasnya idealisme memiliki kebaikan dan nilai tersendiri. Begitu pun keburukannya. Banyak juga contoh yang dapat menyeret beberapa nama tokoh sejarah dalam catatan sejarah manusia yang gagal dengan ideologi yang menindas orang lain. 

Masih banyak pemimpin besar dunia lainnya yang penuh dengan idealisme-idealismenya walaupun kadang hal itu menjadi faktor utama berakhirnya hidup mereka. Tetapi kekuatan nilai sebuah perubahan yang mereka bawa dapat merubah secara kolektif kehidupan manusia. 

Maka orang tersebut pada awalnya selalu mempunyai idealismenya sendiri yang pada akhirnya menghantarkannya kepada kesuksesan. Pandangan kita, menggabungkan idealisme dengan realisme adalah hal penting seperti yang telah dilakukan bung Karno di tanah air ini. 

Idealisme adalah kenyataan suatu perubahan. Idealisme itu selalu membawa kepentingan kolektif tetapi ada sisi buruknya adalah ada korban ditengah pengikut arus perubahan. 

Karena idealisme harus bersandar pada realisme atau sebaliknya. Kedua ini harus bersamaan untuk menuju suatu perubahan. Perlu ada keseimbangan koheren antara sifat idealisme dan realistis agar menjadi manusia seutuhnya. 

Kita pada kenyataannya bisa memahami banyak kondisi sekeliling kita yang rill, tetapi kadang kita tidak bisa menerimanya oleh karena faktor ideologis. Sebaliknya pun, bertemu dengan idealisme disuatu lingkungan tertentu, kadang kita menolak krn terlalu realistik. 

Sehingga keduanya tidak akan pernah bertemu dalam satu ruang dan waktu yang sama. Sebab itulah, untuk menjangkau keduanya. Kita perlu menerima dan menjalani keduanya dalam keseharian kita. Sehingga makna dan nilai keduanya dapat bermanfaat baik diri dan lingkungan kita. 

Hidup suatu lingkungan tidaklah statis, semua akan statis mengikuti arus perubahan. Begitu pun cara berpikir dan pola tindak kita. Perlu persesuain keduanya untuk lebih respek terhadap dunia kita, rebih survive dan menerima kenyataan tetapi selalu berhati-hati dengan kemungkinan yang merusak akal sehat. 

Pada prinsipnya kita akan mengetahui, kedua hal diatas tidak saling bertolak antara satu dengan lainnya, keduanya saling melengkapi kalau kita melihat dan menggunakan cara pandang kita yang baik dan benar. 

Ssbagus dan sebaik apapun suatu yang terencana dalam catatan kerja aktivitas kita, ketika mengabaikan satu dari kedua hal diatas maka kita tidak akan pernah dan tidak akan bisa progres dalam aplikatifnya.

Karena keduanya memiliki nilai, hubungan dan konsistensi kekuatan yang sama jika disatukan untuk tujuan kebaikan. Dan dsri kedua hal itulah, kita dapat menyeimbangi hidup kita di masa yang akan datang. 

Jelasnya, untuk merawat pikiran kita, menjaga pola tingkah dan pola tindak kita. Terlepas dari semua kemungkinanakan adanya suatu masalah atau hambatan. Kita tetap focus dan konsentrasi penuh pada keduanya sehingga kebaikan akan datang menghampiri kita dengan tenang dan perlahan-lahan menuju tujuan hidup. 

Dari situlah, kita mampu merawat pikiran kita dari kemungkinan terjadinya kecolongan, kekacauan, atau hal lain berdampak buruk bagi kita. Dari situlah kita mampu merawat pikiran kita agar tetap posistif dalam melihat dan bertindak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun