Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

4 Langkah Meredam Kecemasan Sosial

22 Oktober 2019   05:40 Diperbarui: 22 Oktober 2019   06:08 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kecemasan sosial berpotensi merusak performa seseorang (doc.TheHealthSite.com/ed.Wahyuni)

Sekitar 15 juta orang memiliki gejala kecemasan atau fobia sosial yang dimanifestasikan dalam bentuk rasa takut mendalam dihakimi atau ditolak oleh orang lain dalam konteks bersosialisasi.

Bagi sebagian orang, seperti dilansir dalam  Medical News Today, mengendalikan kecemasan sosial dilakukan dengan menghindari berbagai even sosial, termasuk aktivitas yang biasanya dilakukan untuk bersenang-senang dan bergembira seperti pesta atau perayaan kelulusan sekolah/kuliah.

Kecemasan sosial bila tak segera ditangani dengan baik akan membuat penderitanya kehilangan kepercayaan diri dan akhirnya menutup pintu bagi segala jenis interaksi sosial. Beberapa cara bisa dilakukan untuk mengatasinya seperti berikut ini.

1.Hindari mengatasi masalah dengan masalah baru
Kondisi mental dan emosional negatif saat  mengalami kecemasan sosial dapat menyebabkan gejala-gejala psikologis yang memperparah tingkat kecemasan sehingga mendorong penderitanya semakin mengisolasi diri dari dunia luar.

Seorang responden menyatakan bahwa kecemasan sosial bukan hanya menyebabkan perasaan sangat tidak nyaman yang membuat suaranya bergetar dan mengaburkan otak sehingga dia tidak mampu berpikir jernis, namun juga menimbulkan rasa bergejolak dalam perut, tangan berkeringat, dan otot-otot kaku.

Saat para penderita kecemasan sosial mendapati diri mereka dalam sebuah situasi kurang nyaman yang tak terelakkan, dalam sebuah acara kantor misalnya, banyak dari mereka mencoba menutupi gejala-gejala kecemasan mereka dengan cara-cara negatif khususnya menenggak minuman beralkohol. Padahal minuman keras dalam jumlah besar, menurut riset terdahulu, akhirnya mendorong mereka kembali merasa sangat tidak nyaman, kecemasan meningkat, dan berbagai gejala terkait seperti pola tidur yang terganggu.

Seorang pembaca,  yang sukses mengendalikan kecemasan sosialnya, menuturkan pada Medical News Today bahwa selain menjalani terapi perilaku kognitif dan pengobatan; mengupayakan gaya hidup sehat termasuk menghindari alkohol akan sangat membantu pemulihan.

2.Hadapi ketakutanmu, jangan kabur
Cara lain yang dilakukan oleh penderita kecemasan sosial untuk 'melindungi' diri adalah dengan menghindari keterlibatan dalam berbagai situasi sosial dengan tenggelam dalam keasyikan mengintip akun medsos atau melakukan aktifitas lain di ponsel pintar mereka. Padahal bersembunyi di balik ponsel hanya akan membuat berbagai masalah kecemasan sosial yang dihadapi akan bertambah pelik.

Meski harus melawan keengganan bahkan mungkin awalnya sangat menakutkan, jauh lebih baik untuk menghadapi hal-hal pemicu kecemasan secara bertahap dari mulai situasi sederhana sampai yang lebih menantang.

Ceburkan diri dengan sengaja dan berulangkali ke dalam berbagai situasi sosial yang canggung untuk belajar bahwa melakukan sedikit kekeliruan saat bersosialisasi takkan membuat orang menolak atau mengucilkan dirimu dari pergaulan. Bagaimanapun setiap orang pastilah pernah merasa canggung dan melakukan kesalahan dalam berbagai kesempatan. Semua orang pernah mencicipi pengalaman serupa, tak perlu minder karenanya.

3.Tata ulang cara berpikirmu
Strategi terbaik lain untuk mengatasi kecemasan sosial dan kecemasan jenis lainnya adalah mengubah pemahaman tentang stres yang tengah dialami

"Masalahnya kita berpikir bahwa semua stres itu buruk."Papar Jeremy Jamieson, asisten profesor psikologi University of Rochester (New York).

Pada tahun 2013 Jeremy dan para koleganya melakukan studi yang hasilnya menunjukkah bahwa saat seseorang (tanpa atau dengan kecemasan sosial) memahami bagaimana tubuhnya merespon terhadap penyebab stres tertentu, misalnya berbicara di depan umum, maka stres yang dialami dalam situasi-situasi sosial yang kurang nyaman akan menjadi jauh berkurang.

Jadi pahami bahwa semua gejala fisik itu adalah alarm alamiah yang dapat membuat orang merasa lebih nyaman saat harus melakukan sesuatu yang biasanya memicu kegelisahan. Para spesialis menyarankan bahwa seseorang harus punya sedikitnya tiga sudut pandang positif untuk mengatasi rasa takut.

4.Lakukan sesuatu yang menyenangkan untuk orang lain
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa bersikap ramah pada orang lain memiliki pengaruh positif terhadap suasana hati. Studi tahun 2017 menemukan bahwa melakukan hal-hal baik untuk orang lain akan mengaktifkan area otak yang berkaitan dengan motivasi dan  reward cycle dimana neuron otak akan melepaskan hormon dopamin yang menimbulkan perasaan nyaman.

Kebaikan-kebaikan tanpa pamrih, menurut sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal  Motivation and Emotion tahun 2015, dapat menolong para penderita kecemasan sosial merasa lebih nyaman dalam berbagai situasi sosial.

Hal di atas, menurut penelitinya Jennifer Trew,PhD., dari Simon Fraser University di Burnaby (Kanada), terjadi karena semua kebaikan dan keramahan dapat membantu menangkal ekspetasi sosial negatif dengan menumbuhkan persepsi serta ekspektasi positif seseorang terhadap lingkungan sosialnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun