Mohon tunggu...
Sabrina Zalsabillah Wahab
Sabrina Zalsabillah Wahab Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Surabaya

Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Cowok Patriarki di Era Tiktok: Antara Red Flag dan Cinta Sejati

7 April 2024   15:07 Diperbarui: 7 April 2024   15:15 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Era digital membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hubungan romantis. Tiktok, sebagai platform media sosial yang populer, kini menjadi salah satu wadah bagi generasi muda untuk mengekspresikan diri dan mencari pasangan. 

Namun, di balik gemerlapnya Tiktok, terdapat fenomena menarik yang patut disorot: munculnya standar baru dalam menilai cowok, yaitu "red flag cowok patriarki". Fenomena ini memicu perdebatan seru di kalangan anak muda tentang cinta dan patriarki.

Lalu, apa itu cowok red flag patriarki? (Gunawanl & Mony, 2023) Istilah Red flag sendiri mengarah kepada maksud tanda bahaya yang harus dihindari sehingga, cowok redflag patriarki dapat di terjemahkan mengacu pada ciri-ciri atau perilaku atau sifat cowok yang sudah menjadi kebiasaan dan mendarah daging, dianggap buruk dan menunjukkan watak patriarkis, seperti; Mementingkan ego dan kontrol, biasanya ini terlihat dengan perilaku dominan yang ditunjukkan agar pasangan lain merasa harus tunduk (Sabrina Dewi Basir dkk., 2022).

Kemudian mendasarkan hubungan pada status dan kekayaan, banyak istilah yang digunakan untuk menyebutkan konsep untuk menjatuhkan  terkait materi di sosial media, salah satunya ya itu istilah "Mokondo" yang digunakan dalam menyebutkan laki laki yang maunya hanya mendapatkan semua secara gratis, atau konsep sombong untuk laki laki yang menunjukkan harta yang dimiliki dan dianggap "Narsis". 

Tidak hanya itu cowok Red Flag yang Patriarki juga meremehkan perempuan dan menganggapnya lemah, Menganut stereotip gender yang kaku seperti mengharuskan perempuan seperti yang  dikonstruksikan masyarakat yaitu harus nurut, dan lemah lembut.

Antara kenyataan dan dampak hubungan patriarki, masyarakat patriarki masih melekat erat dalam budaya Indonesia. Posisi perempuan yang tidak setara memiliki kriteria yang di tetapkan secara struktural dalam keluarga dan masyarakat, yang menetapkan hak-hak secara berbeda di antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat patriarkal (Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi dkk., t.t.). 


Hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hubungan romantis. Dampak patriarki dalam hubungan dapat berupa Ketidaksetaraan gender, Kekerasan dan pelecehan, Ketidakadilan dan diskriminasi, serta Munculnya Standar Baru Tiktok terkait hubungan romantis modern anak muda.

Tiktok dalam hal ini menjadi platform yang memungkinkan perempuan untuk menyuarakan pengalaman mereka dengan patriarki dalam hubungan. Dengan format video pendek yang menarik dan mudah dibagikan, TikTok menjadi tempat di mana perempuan dapat berbagi pengalaman mereka secara terbuka dan tanpa takut akan diskriminasi atau stigma. 

Konten-konten ini mencakup berbagai topik, termasuk pengalaman dengan patriarki, yang seringkali tidak dibahas secara terbuka dalam media tradisional. TikTok memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan pendidikan melalui video pendek yang kreatif, yang menyatukan peneliti dan para ahli, pendidik, penyedia layanan kesehatan, dan pengguna layanan kesehatan dari seluruh dunia. 

Ini menciptakan pertukaran pengetahuan digital inovatif yang memungkinkan pengguna untuk berbagi dan belajar satu sama lain, serta mengakses informasi yang relevan dengan kebutuhan mereka.

Munculnya konten-konten edukasi tentang red flag cowok patriarki membantu perempuan. TikTok menjadi sumber edukasi tentang isu-isu penting, termasuk identifikasi tanda-tanda peringatan dalam hubungan (red flag). 

Konten-konten ini tidak hanya membantu perempuan dalam mengidentifikasi tanda-tanda peringatan dalam hubungan mereka, tetapi juga memberikan mereka kekuatan untuk berbicara dan berbagi pengalaman mereka, serta mendapatkan dukungan dari netizen tiktok lainnya. Ini menunjukkan bagaimana TikTok dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang isu-isu yang seringnya diabaikan atau dianggap tidak penting.

TikTok juga memiliki potensi untuk menjadi mekanisme digital yang memungkinkan para ahli untuk berbagi pengetahuan dengan audiens internasional atau menargetkan kelompok pengguna pengetahuan spesifik, seperti penyedia layanan kesehatan atau pengguna layanan kesehatan yang kurang terlayani. 

Dengan memanfaatkan TikTok untuk mobilisasi pengetahuan digital dan pertukaran dengan komunitas yang terorganisir di web dan yang terlibat dalam berbagi pengetahuan peer-to-peer yang luas, seperti komunitas trans, TikTok menjadi strategi penting untuk mencapai kesetaraan kesehatan bagi populasi yang membutuhkan perawatan kesehatan yang lebih baik dan keadilan sosial secara keseluruhan (MacKinnon dkk., 2021).

Walaupun menjadi sebuah bantuan bagi perempuan sebenarnya ini juga tekanan bagi laki -- laki, Standar TikTok terhadap laki-laki yang memiliki tanda-tanda peringatan (red flags) menimbulkan tekanan bagi laki-laki dalam menjaga perilaku dan tindakan mereka di platform ini. 

Salah satu isu utama adalah bagaimana laki-laki diharapkan untuk menjaga perilaku yang menghormati dan tidak merugikan orang lain, tentunya ini merupakan Bare Minimum untuk setiap Manusia, namun di masyarakat patriarki ini masih tabu terutama dalam konteks hubungan. 

TikTok, sebagai platform yang memungkinkan berbagi konten secara luas, menjadi tempat di mana laki-laki dapat menampilkan perilaku mereka kepada audiens global. Hal ini menciptakan tekanan untuk menjaga standar perilaku yang tinggi, karena perilaku yang dianggap tidak pantas atau merugikan dapat menimbulkan reaksi negatif dari pengguna lain, termasuk potensi stigmatisasi atau diskriminasi

TikTok juga menjadi tempat di mana laki-laki dapat dihadapkan dengan tantangan untuk menjaga privasi dan keamanan informasi pribadi mereka. Dengan kemudahan dalam membagikan konten, laki-laki harus berhati-hati dalam memilih apa yang mereka bagikan, terutama informasi pribadi atau foto yang dapat dianggap sensitif.

 Tekanan untuk menjaga privasi dan keamanan informasi pribadi ini menjadi semakin penting, mengingat bahwa konten yang dibagikan dapat dengan mudah diakses oleh siapa saja di internet. 

Hal ini menciptakan tekanan tambahan bagi laki-laki untuk menjaga perilaku yang menghormati dan mempertimbangkan dampak jangka panjang dari konten yang mereka bagikan

Selain itu, laki-laki di TikTok juga menghadapi tantangan dalam menjaga perilaku yang menghormati terhadap pengguna lain, termasuk perempuan dan anak dibawah umur(Bozzola dkk., 2022). 

TikTok, sebagai platform yang menarik banyak pengguna muda, menjadi tempat di mana laki-laki dapat berinteraksi dengan berbagai individu dari berbagai latar belakang (Omar & Dequan, 2020). 

Tekanan untuk menjaga perilaku yang menghormati dan tidak merugikan orang lain menjadi semakin besar, terutama dalam konteks interaksi online di mana perilaku yang tidak pantas dapat dengan mudah dibagikan dan dilihat oleh banyak orang. 

Hal ini menciptakan tekanan tambahan bagi laki-laki untuk menjaga perilaku yang menghormati dan mempertimbangkan dampak jangka panjang dari interaksi mereka di platform ini

Meskipun patriarki masih menjadi tantangan, bukan berarti cinta sejati tidak mungkin ditemukan di era ini. Kita dapat memulai untuk menerapkan nilai -- nilai untuk melindungi kita (Guo, 2022) sebagai perempuan dalam menemukan green flag diantara red flags yang bertebaran di sosial media khususnya tiktok, seperti memahami nilai-nilai diri dan pasangan, Komunikasikan ekspektasi dan kebutuhan dengan jelas, membangun hubungan yang saling menghormati dan mendukung, dan Beranikan diri untuk keluar dari hubungan yang tidak sehat (katakan tidak pada Toxic Relationship)

Kesimpulanya, tiktok menjadi platform yang membuka ruang diskusi tentang patriarki dan hubungan romantis. Fenomena red flag cowok patriarki merupakan langkah positif bagi perempuan untuk membangun hubungan yang lebih sehat dan setara. Meskipun patriarki masih menjadi tantangan, cinta sejati tetap dapat ditemukan dengan memahami nilai diri, berkomunikasi dengan terbuka, dan membangun hubungan yang saling menghormati.

Semoga ini dapat membantu generasi muda untuk memahami bahaya patriarki dan menemukan cinta sejati di era digital. Ingatlah, cinta sejati tidak mengenal patriarki, melainkan didasari oleh rasa saling menghormati, menghargai, dan mendukung.

Refrensi: 

Bozzola, E., Spina, G., Agostiniani, R., Barni, S., Russo, R., Scarpato, E., Di Mauro, A., Di Stefano, A. V., Caruso, C., Corsello, G., & Staiano, A. (2022). The Use of Social Media in Children and Adolescents: Scoping Review on the Potential Risks. International Journal of Environmental Research and Public Health, 19(16). https://doi.org/10.3390/ijerph19169960

Gunawanl, N., & Mony, H. (2023). Interpersonal Deception Pengguna Dating Apps Bumble. Jurnal, 9(02), 1--13. https://doi.org/10.30996/representamen.v9i02.8124

Guo, J. (2022). Research on the Influence of TikTok on Teenagers.

Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi, J., Zuhri, S., Amalia Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi UPN, D., & Jatim JlRaya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya, V. (t.t.). KETIDAKADILAN GENDER DAN BUDAYA PATRIARKI DI KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA.

MacKinnon, K. R., Kia, H., & Lacombe-Duncan, A. (2021). Examining TikTok's Potential for Community-Engaged Digital Knowledge Mobilization with Equity-Seeking Groups. Journal of Medical Internet Research, 23(12). https://doi.org/10.2196/30315

Omar, B., & Dequan, W. (2020). Watch, share or create: The influence of personality traits and user motivation on TikTok mobile video usage. International Journal of Interactive Mobile Technologies, 14(4), 121--137. https://doi.org/10.3991/IJIM.V14I04.12429

Sabrina Dewi Basir, N., Liesvarastranta Tsalatsa, S., & Tri Kresna, M. (2022). Persepsi Wanita dalam Menentukan Standar Kecantikan di Tiktok dan Instagram. Dalam Universitas Negeri Surabaya 2022 | (Vol. 566).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun