Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Krisis di Perbatasan Rusia-Ukraina

14 Februari 2022   21:57 Diperbarui: 16 Februari 2022   13:40 1412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi konvoi kendaraan lapis baja Rusia bergerak di sepanjang jalan raya di Krimea. Sumber: AP Photo via Kompas.com

Tapi NATO membalas kegelisahan Rusia itu dengan menegaskan: keanggotaan di NATO menggunakan sistem open door (pintu terbuka). Jadi tidak perlu membuat komitmen bahwa Ukraina tidak akan diajak masuk anggota NATO.

Gelar pasukan Rusia di dekat perbatasan Ukraina

Menurut Amerika, NATO dan media-media Barat, pasukan militer Rusia yang sudah tergelar di dekat perbatasannya dengan Ukraina diperkirakan mencapai sekitar 130.000 (seratus tiga puluh ribu) personil, lengkap dengan peralatan tempur yang siap menyerang. Kesimpulan ini "dibuktikan dan dijustiifikasi" dengan foto citra satelit dan hasil intelijen tempur. Namun Rusia tidak pernah mengkonfirmasi kesimpulan tentang jumlah pasukan yang 130 ribu itu.

Sumber foto: the cipher brief
Sumber foto: the cipher brief

Jika ditamsilkan, melalui gelar pasukan di dekat perbatasan Ukraina, selain show of force, Rusia memperagakan diri layaknya seorang penagih utang (debt collector) yang datang ke rumah debitor sambil meletakan pistol di atas meja tamu, lalu bilang, utang Anda harus dibayar. Terang saja sang debitor ketakutan. Padahal si debt-collector belum tentu juga menembak benaran.

Lantas apakah pertempuran sudah di depan mata?

Tidak juga. Atau lebih tepatnya, kecil kemungkinan akan meletus pertempuran berskala besar antara pasukan Rusia melawan pasukan NATO, bahkan seandainya pun diasumsikan Rusia jadi menyerang dan/atau bahkan mencaplok Ukraina. Alasannya sederhana:

Pertama, sejauh ini, tidak ada satupun negara Barat (NATO) yang siap bertempur secara langsung melawan pasukan Rusia di Ukraina. Karena Ukraina bukan anggota NATO. Kesimpulan ini mengacu pada keterangan Joe Biden (11 Februari 2022), ketika ditanya oleh wartawan NBC Lester Holt, apakah Anda (Biden) akan mengirim pasukan ke Ukraina untuk bertempur dan menyelamatkan warga Amerika di Ukraina. Biden tegas menjawab: "Tidak akan ada. Sebab begitu tentara Ameria dan Rusia saling tembak, itu berarti perang dunia (There's not. That's a world war when Americans and Russia start shooting at one another).

Kedua, Amerika dan negara-negara NATO hanya akan melawan dengan sanksi ekonomi berat terhadap Rusia. Tapi menurut Rusia, semua item ancaman itu bisa dinetralisir. Jangan lupa, di tahun 2014, Rusia sudah mencaplok Semenjung Crimea (wilayah Ukraina yang menjorok ke Laut Hitam). Dan ketika itu, Amerika dan NATO toh tak mampu berbuat apa-apa.

Ketiga, terbuka kemungkinan Amerika dan NATO justru akan membiarkan Rusia menyerang Ukraina. Lalu setelah itu akan muncul perlawanan terhadap pasukan Rusia di dalam wilayah Ukraina. Artinya, krisis yang berkepanjangan. Tapi jebakan ini mungkin juga sudah dihitung matang oleh Vladimir Putin.

Kesimpulannya, pintu negosiasi masih sangat terbuka. Bagi saya dan mungkin bagi banyak orang di dunia, krisis di perbatasan Rusia-Ukraina dapat berakhir dengan solusi diplomasi.

Syarifuddin Abdullah | Den Haag, 14 Februari 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun