NGOCEH AWAL
Sudah lama tidak ngoceh receh di sini! sebetulnya nga bakat juga nulis. kadang ingat ngoceh yahh saat pikiran nga karuan gini, sambil dengar musik enggeres Coldplay yang nga ngerti artinya pula. makanya jangan heran dengan judul nga jelas di atas. so, Guru-guruan itu adalah saya, yang kebetulan sudah mau masuk tahun ke-5 menceburkan diri dalam dunia pendidikan ini. selain mengurus isi kepala siswa saya juga sudah jadi kepala keluarga, doiain ya semoga rumah tangga ini tetap terjaga dan berkah.Â
Untuk menjalani hidup dengan normal sebetulnya bukanlah pilihan, datang pagi tepat waktu dan pulang pun demikan sudah menjadi rutinitas harian hingga akhir pekan dan mungkin selamanya. tapi mungkin ini sudah menjadi jalan tuhan, tepatnya yaa karna kebetulan. nga disyukuri berdosa mending dijalani kan, sambil menikmati apa yang sudah kebetulan diusahakan ini hehe.Â
NGOCEH INTI
Ngomong-ngomong soal dunia pendidikan; saya mengajar pada kelas fase a-c untuk siswa/siswi Sekolah Dasar. dan yang saya ketahui pikiran serta perilakunya harus kita ganyang habis-habisan, karna menghapus Buta Huruf adalah bagian dari perlawanan kan? hehe. bayangkan metode mengajar yang awalnya terlihat sederhana ternyata makin kesini makin luar biasa. saya sebagai guru harus dituntut bijaksana dan pikiran harus terbuka. siswa Sekolah Dasar itu ibarat kata gelas kosong yang harus di isi air karena investasi pendidikan yang memberikan benefit terbesar adalah pendidikan usia dini. artinya guru juga jangan sampai otaknya ikutan kosong. Tapi adakah Guru otaknya kosong? Ngoceh inti ini bukan kritik atas Konsep Paulo Freire terkait Pendidikan Pembebasan, tenang saya mengimani pikiran beliau. hhhh
Untuk memenuhi standar kriteria guru Profesional banyak giat persoalan pendidikan yang saya lakukan, misalnya ikut dalam Kegiatan Pembelajaran Mendalam untuk menggali skil individu agar bisa menerapkan strategi pembelajaran dengan benar, kemudian ada pula PPG yaitu Profesi Guru yang statusnya akan berubah menjadi Profesional. ini lebih pada jenjang pendidikan guru itu sendiri yang istilah lamanya kita kenal dengan Guru Sertifikasi. kebetulan saya diangkat menjadi ASN/P3K pada awal tahun 2024 lalu yang sebelumnya juga masih sama yaitu mesin birokrasi biasa yang statusnya masih Guru Honorer. Cat; status boleh berubah tapi mesin pendidik tataplah menjadi mesin.
Tidak semenarik Oemar Bakri dalam sebuah lirik lagu Iwan Fals; yang menggambarkan soal kesejahteraan Guru yang tidak pernah memadai. namun Oemar Bakri adalah sosok guru yang patut kita teladani. buktinya masih banyak di luar sana di pelosok-pelosok Indonesia Guru honorer, Guru Sekolah Swasta meminta dan berharap sampai pada posisi yang sedikit bisa dikatakan layak. masi berharap negara dapat memberi semacam penghargaan, karna banyak dari mereka yang mengabdi puluhan tahun bahkan ada yang pensiun masih berstatus guru honorer. Apakah ini level tertinggi dari Ikhlas beramal?
NGOCEH PENUTUP Â
Bersyukur itu adalah kata lain dari penurut;Â yaitu mampu menuruti setiap permintaan pendidikan, karena kerja dengan telaten adalah wujud dari pengabdian. Prinsipnya masih sama Guru harus mampu di tiru dan di guguh oleh setiap peserta didik. dilain sisi Negara kadang bercandanya berlebihan, kurikulum di rubah sesuka hati, Menteri pendidikan digonta ganti. sementara guru hanya bisa menyesuaikan dengan kondisi. Bdw Program MBG belum sampai di sekolah saya. berikut keknya menarik ngoceh soal MBG dan dapur fiktif hehe. dan sampailah kita pada lirik terakhir: sampai bertemu dilain hari dari Sheila On7 dan saya. Tetap semangat semua guru yang ada di luar sana.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI