Mohon tunggu...
Sosbud

Indonesiaku, Indonesia Kita

19 April 2015   06:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:56 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berbicara tentang Indonesia, negeri dengan sumber daya alam terbesar di dunia. Hasil hutannya melimpah ruah, lautnya terbentang indah, penduduknya murah senyum lagi ramah. Siapa yang tidak ingin menjadi orang Indonesia. Satu – satunya negeri dengan ideologi pancasila. Menjunjung tinggi persatuan, keadilan dan kedamaian. Penduduknya beragam dan bermacam. Dilihat dari Sabang sampai Merauke, seperti itulah Indonesia. Sukunya, bahasanya, adat – istiadatnya berjuta. Sekali lagi, siapa yang tidak ingin menjadi orang Indonesia.

Begitu luhur budi para founding fathers yang merumuskan negeri ini dengan segala kearifan lokal yang dimiliki. Tidak memermasalahkan bedanya suku, agama, ras, etnis, budaya atau pemikiran sekalipun. Namun justru perbedaan – perbedaan tersebutlah yang dijadikan sebagai identitas bangsa. Diikat dengan sebuah semboyan “bhineka tunggal ika”, berbeda – beda namun tetap satu jua. Seperti itulah Indonesia.

Dimaktubkan dalam pembukaan UUD 1945 apa – apa saja yang menjadi keinginan terbesar bangsa, kemana arah bangsa kita selanjutnya dan bangsa seperti apa yang diinginkan berasama. Bukan sekadar untuk kepentingan atau hajat hidup pribadi, namun untuk seluruh masyarakat yang mengais kehidupan di bumi Indonesia. Melindungi segenap bangsa, mencerdaskannya, menyejahterakan dan turut berperan aktif dalam kancah internasional, itulah wajah ideal dan keinginan seluruh tumpah darah indonesia.

Indonesia adalah negara maju, negara yang menjadi kiblat dunia, negara yang masyarakatnya sangat peduli terhadap sesama dan berintelektual serta negara yang sangat dihormati oleh seantero bumi jika terealisasi segala hal yang yang dimaktubkan dalam pembukaan UUD 1945.

Sudah hampir 70 tahun Indonesia merdeka. Seperti itukah wajah bangsa saat ini ? . Dapat berjalan tegap dengan penuh wibawa. Atau tidak demikian.

Korupsi merajalela, masyarakat miskin memenuhi bantaran kali, anak kecil mengemis dipinggir jalan, kebanyakan pemuda tidak peduli dengan bangsanya, mementingkan kepentigan pribadi, mengagungkan masa muda dengan segala “fasilitas” pembodohan yang disediakan dunia. Namun anehnya, kebanyakan dari mereka seperti bungkam. Terlalu sibuk dengan gadegetnya. Tidak mau tahu bahkan terlibat untuk memerangi penyakit atau bahkan menyembuhkan Negeri yang sedang sakit ini.

Apa kabar Indonesia ? sebegitu bobrokkah negerinya ? sebegitu acuhkah pemudanya ? sebegitu hinakah pemimpinnya ? Ya, ternyata seperti inilah Indonesia.

Lantas sebagai seorang pemuda, seseorang yang tidak memiliki kepentingan atas suatu lembaga negara, seseorang yang berlepas dari keberpihakan elit – elit politis. Yang hanya memikul amanah rakyat, yang hanya boleh berpihak pada rakyat, apa yang kemudian bisa kita lakukan ?. pemuda dengan berbagai fungsinya, sebagai golongan yang berada di tengah yang seharusnya dapat menjadi motor perubahan dan pusatnya inisiatif bagi kemajuan negeri, apa yang harus dilakukan ?

Jika pemuda zaman dahulu seperti Bung Karno, Bung Hatta dan segenap pejuang kemerdekaan begitu militan dan terinjak harga dirinya ketika bangsa dijajah. Mereka berjuang dengan pikiran, tenaga dan waktu, merelakan dirinya disiksa ataupun terancam, asalkan bangsanya dapat tentram.

Mereka yang mengejar pendidikan bahkan sampai kesarang penjajah, demi menguasai pengetahuan dan dapat memimpin negerinya untuk merdeka. Itulah sosok pemuda pejuang kemerdekaan. Sosok pemuda ideal yang harusnya menjadi standar bersama dan patut dicontoh.

Perjuangan di setiap masa memang pasti berbeda. Tidak serta – merta mewajibkan menggagas suatu perubahan dengan angkat senjata. Namun, harus punya semangat juang seperti pemuda pewujud kemerdekaan.

Ditengah – tengah kebobrokan Indonesia saat ini, tetap masih ada jalan untuk memperbaiki keadaan. Yaitu dengan merevitalisasi peran pemuda. Seseorang berusia produktif, memiliki semagat besar dan kemampuan intelektual yang kuat.

Amanah besar untuk memperbaiki kondisi negeri ini bukan suatu permasalahan kecil dan mudah. Akan tetapi sangat besar dan tidak mungkin di kerjakan sendirian. Karena sendirian tidak berfaedah dan tidak akan menghasilkan sesuatu apapun. Pun mengobati negeri ini adalah tugas bersama. Lupakan masalah elit politis yang sedang menjabat saat ini, yang serakah dan sewenang – wenang dalam memimpin dan lupa apa esensi dari memipinnya tersebut. Karena mereka pasti akan kita lengserkan bersama dan diganti dengan masanya kita. Dimana rakyat duduk di singgahsana termegah dan termewah di Bumi Pertiwi ini.

Semua hal itu bukan sesuatu yang tabu dan hanya sekadar angan – angan. Tetapi adalah sebuah keniscayaan yang pasti kita wujudkan.

Sekarang mari kita bangkit. Saling berpegangan tangan, rapatkan barisan. Maju bersama. Timba ilmu sedalam – dalamnya. Kebangkan potensi sebesar – besarnya dan yakinkan diri, bahwasanya diri ini pasti kembali ke pangkuan Bumi Pertiwi. Karena masih belum terlambat dan sampai kapanpun rakyat menunggu kita meegakkan haknya yang belum bisa terpenuhi. Segala sesuatu yang kita usahakan hari ini pasti akan kita tuai hasi esok hari dan hasil tidak akan mengkhianati perjuangan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun