Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benarkah Sukmawati Menista Agama? Atau Hanya Satire Belaka?

19 November 2019   20:47 Diperbarui: 19 November 2019   21:05 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Itupun yang terjadi pada Sukmawati Soekarnoputri. Sukmawati berkata bahwa bukan Nabi Muhammad SAW yang berperan dalam kemerdekaan Indonesia di abad ke-20, yang berperan adalah Bung Karno. 

Bagi saya ini biasa saja, satir ala Sukmawati yang ingin berkata bahwa Bung Karno juga layak di hargai, tidak hanya Rasulullah SAW. 

Sukmawati tidak berkata untuk tidak menghormati Nabi Muhammad SAW, tapi semata-mata ingin Bung Karno dihargai sebagai pejuang bangsa, dalam konteks perjuangan kemerdekaan. Bahkan disitu Sukmawati menyebut Rasulullah SAW dengan "yang mulia".

Sukmawati ingin menyindir pihak-pihak yang tidak menghargai pahlawan bangsa seperti Bung Karno, dan memang faktanya ada anak SD yang bahkan tidak tahu Ir. Soekarno itu siapa, miris. 

Mirisnya lagi, beberapa temuan Maarif Institute ada sekolah yang menganggap Pancasila adalah thogut dan musuh Islam. Padahal Pancasila adalah produk Bung Karno dan rekan-rekan pejuang kemerdekaan.

Faktanya memang Nabi Muhammad SAW sudah tiada ketika Indonesia dijajah. Karena hal itu tentu saja tidak berdampak langsung pada perjuangan rakyat Indonesia. 

Dampak yang dihadirkan oleh Rasulullah SAW adalah semangat perjuangan umat muslim ketika menegakkan agama Islam di zaman Rasul, yaitu pekikan takbir yang diteriakkan oleh Bung Tomo pada Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) seperti yang ditulis di buku Menembus Kabut Gelap.

"Sebab kekuatan siapa lagi yang akan kita andalkan, sedangkan senjata tidak lengkap. Lawan kita pasukan Inggris sudah siap siaga memusatkan panser-panser dan kapal-kapal perangnya. Kecuali semangat patriotism, saya kira tidak lain kekuatan kita hanya perlindungan Allah. Perlindungan Allah itu hanya bisa terjadi kalau kita menyadari bahwa Allah itu Mahakuasa. Untuk menunjukan Allah itu Mahakuasa saya kira perlu diresapkan makna ucapan yang selalu menggetarkan jiwa manusia, baik pada waktu perang maupun waktu mendengar seruan azan, Allahu Akbar," tulis Bung Tomo.

Disitulah semangat perjuangan kaum muslim bergelora, bahkan yang non-muslim pun ikut tergetar hatinya. Ya, dalam konteks mengobarkan semangat perjuangan. Sedangkan perjuangan politik dan anti-kolonial mau tidak mau kita harus menghormati bung Karno.

Jadi perbandingan yang dibawa oleh Sukmawati antara Rasulullah SAW dengan Bung Karno, Thomas Alfa Edison dll adalah sindiran semata, satir. Tapi ya itu, sejak zaman Abu Nawas selalu ada orang yang gagal mengartikan satir, mengartikan sindiran itu sendiri justru sebagai hinaan. 

Entah, selera kita yang "ketinggian" dalam mengartikan satir, atau memang bukan tempatnya satir di Indonesia..ah sudahlah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun