Mohon tunggu...
Rayhan Augustianto
Rayhan Augustianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mandiri

pekerja keras

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Pemerintah Menanggulangi Panic Buying akibat Covid-19

17 April 2021   20:44 Diperbarui: 17 April 2021   20:52 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama : Rayhan Augustianto
Kelas : C-1
Prodi : Ilmu Pemerintahan
Mata Kuliah : Academic Skill


STRATEGI PEMERINTAH MENANGGULANGI PANIC BUYING AKIBAT COVID-19

Perdebatan apakah Covid-19 ada di Indonesia akhirnya terselesaikan. Pemerintah mmenginformasikan bahwa dua pasien pertama berada di Indonesia dinyatakan positif Covid-19 pada 2 Maret 2020, dan jumlahnya meningkat menjadi 19 (national.kompas.com, 9 Maret 2020). Menurut data dari Johns Hopkins CSSE, jumlah orang yang terinfeksi COVID-19 di seluruh dunia telah mencapai 118.745 orang yang sebagian besar berada di China yang merupakan pusat penyebaran virus, dengan total 80.954 kasus (gisanddata.Maps). .arcgis.com, Maret November 2020 11).

Di era keterbukaan informasi saat ini, kabar ini sempat membuat panik sebagian orang karena belum ada obat untuk Covid-19. Satu-satunya cara untuk melawan virus adalah dengan menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan serta menghindari kontak langsung dengan orang yang terinfeksi Covid-19. Tanggapan publik terhadap pengumuman ini adalah membeli di beberapa pusat perbelanjaan.

Misalnya di pertokoan Grand Lucky di kawasan SCBD Jakarta Selatan, orang membeli sembako seperti mie instan, beras, dan minyak. Banyak juga turis yang bisa dilihat di Superindo di Pulomas, Jakarta timur, bahkan yang tanpa troli dan keranjang belanja pun rela menunggu turis lain selesai berbelanja. Jajaran penerima pembayaran juga muncul di mesin kasir (industri.kontan.co.id, 2 Maret 2020). Di daerah di Indonesia juga terjadi banyak Panic Buying, seperti Surabaya, Aceh, dan Jayapura (business.Tempo.co, 4 Maret 2020).

Perilaku panic buying masyarakat berdampak langsung pada kenaikan harga di pasar ritel. Presiden Asosiasi Pengecer Indonesia (Aprindo) Roy Mandey (Roy Mandey) menyatakan akibat pembelian barang-barang mendesak, konsumsi harian meningkat 10% hingga 15% dibandingkan hari biasa (ekbis.sindonews.com, 3 Maret 2020). Artikel ini bertujuan untuk mengetahui fenomena panic buying dan tanggapan pemerintah setelah Indonesia diketahui terkena Covid-19.

Sejak pertama kali penyebaran Covid-19 di Wuhan pada akhir Desember 2019, sejauh ini Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 92.000 orang di 73 negara / wilayah. Situasi ini memicu panic buying di negara-negara di dunia. Di Australia, orang membeli makanan dan peralatan medis, sedangkan di Amerika Serikat, pandemi Covid-19 menyebabkan antrean toko yang panjang. Hal ini menyebabkan lonjakan persediaan barang konsumen di Amerika Serikat, seperti Costco (COST), Wal-Mart (WMT), Walgreens (WBA), Dan saham retail lainnya (Internasional.kontan.co.id, 5 Maret 2020). Jika suatu saat diisolasi seperti Wuhan, China, orang akan panik dan membeli makanan serta kebutuhan medis untuk disimpan. Indonesia juga pernah mengalami hal serupa. Harga masker dan pembersih tangan telah melonjak di pasaran. Beberapa toko serba ada, apotek, dan toko online kehabisan masker.

Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia menyatakan sejak wabah Covid-19 di China, permintaan masker cenderung meningkat dan sulit untuk mengontrol penyebaran masker ke negara lain. Harga satu kotak topeng biasanya berkisar antara 20.000 sampai 30.000 rupiah, dan naik menjadi 300.000 sampai 450.000 rupiah. Begitu pula dengan harga hand sanitizer yang biasanya berkisar antara 5.000 rupee hingga 10.000 rupee, naik hingga 20.000 rupee hingga 50.000 rupee (bbc.com, 5 Maret 2020). Bahkan di toko online, hand sanitizer harganya mencapai ratusan ribu rupiah. Masyarakat juga membeli tanaman rempah tradisional yang konon bisa menambah imunomodulator untuk menyehatkan tubuh manusia (money.kompas.com, 3 Maret 2020). Masyarakat percaya bahwa rimpang efektif mencegah penyebaran Covid-19. Menurut Vedi Budidarmo, Direktur Utama Kimia Farma, masih ada sekitar 4.000 boks masker kain. Harga masing-masing masker dipatok Rp 2.000 / potong. Persediaan masker di Indonesia seluruhnya 4.000 boks kali 50 (1 boks berisi 50 lembar kertas) atau 200.000 lembar (cnbcindonesia.com, 4 Maret 2020)

Pemerintah telah menginstruksikan untuk berhenti mengekspor masker. Sementara itu, untuk mengendalikan penjualan masker dalam negeri, Kimia Farma membatasi pembelian dua masker per transaksi. Pemerintah telah menutupi kekurangan masker dengan mendorong produsen masker untuk memproduksi lebih banyak masker dengan cepat, sehingga harga masker tetap stabil. Di satu sisi produsen menghadapi kesulitan dalam produksi, namun di sisi lain konsumen juga telah mengubah pola konsumsinya yang tentunya akan mengakibatkan suplai tidak mencukupi. Hambatan produksi masker adalah minimnya stok bahan baku dari China. Indonesia berencana mengimpor bahan baku masker dari Jerman untuk memastikan ketersediaan bahan bakunya, meski harganya mahal.Buat menjamin ketersediaan stok obat- obatan serta bahan pokok, pemerintah membentuk Satgas Nasional Penindakan Covid- 19 buat mengawasi para orang dagang ataupun distributor buat tidak menggunakan suasana dikala ini dengan menimbun benda ataupun menaikkan harga. Satgas berfungsi berarti buat membenarkan ketersediaan serta pasokan benda strategis. Pemerintah memberi tugas Kapolri agar cepat menindak lanjuti penimbun serta penjual masker yang menjual harga yang mahal( Kompas, 5 Maret 2020).

Pemerintah memohon masyarakat agar tidak panik dalam menyikapi serta merespons wabah Covid- 19. Apabila keadaan panic buying berturut, permintaan warga yang besar dapat menyebabkan oknum yang memanfaatkan keadaan contoh menaikkan harga bahan kebutuhan pokok. Panic buying dapat membuat stok di supplier menipis serta memunculkan tekanan pada rantai ketersediaan benda. Maksudnya, beberapa barang yang sangat dibutuhkan buat menghindari penyebaran Covid- 19 malah habis dikala orang- orang memerlukannya. Keadaan panic buying yang berkelanjutan pula diwaspadai selaku faktor inflasi sebab dorongan bayaran. Media sosial serta tv pula memegang peranan berarti dalam panic buying. Maksudnya, perilaku jangan panik wajib ditanamkan kepada seluruh pihak, tidak cuma warga namun pula pemangku kepentingan.

Transparansi data Covid- 19 dari pemerintah diharapkan up to date sehingga tidak terjalin penyebaran hoaks di warga. Peraturan perundang- undangan, kebijakan publik terpaut Covid- 19, pembuatan pusat layanan, serta pembuatan satgas nasional penindakan Covid- 19 wajib lekas diterapkan buat membagikan ketenangan pada warga. Pemerintah butuh membagikan data sejelas- jelasnya tentang pertumbuhan virus di Indonesia. Pemerintah wajib membagikan bimbingan kepada warga supaya membangun pemahaman bersama buat melaksanakan upaya penangkalan. Sosialisasi data prosedur standar operasional penindakan Covid- 19 tidak cuma di perkotaan namun pula dicoba di wilayah. Komunikasi pemerintah yang transparan hendak membagikan ketenangan serta keyakinan publik pada kinerja pemerintah dalam upaya penangkalan Covid- 19 hendak bertambah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun