Mohon tunggu...
Dona Mariani
Dona Mariani Mohon Tunggu... Seorang pelajar SMA Negeri 3 Brebes yang sedang mencari jati dirinya saat ini

Seorang pelajar yang sedang berusaha menjadi sesuatu. Menulis adalah salah satu kegemarannya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Harapan di Tengah Kegelapan : Episode 2

3 April 2025   11:46 Diperbarui: 3 April 2025   10:16 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Gambar : Canva)

Rian hendak menghampiri namun sebuah tangan mencengkeram kepalanya dengan erat. Beberapa saat kemudian, tubuhnya perlahan terkulai lemas, dan semuanya menjadi gelap gulita.

>>>>>>

Di sebuah laboratorium bernama NX-03 Quantum Grid yang terletak di sebuah padang rumput dekat Kota Zaltorin, ibu kota Xeriya. Aneka macam bau ramuan, racun, dan obat-obatan yang menyengat merupakan aroma sehari-hari yang selalu dicium oleh para teknisi laboratorium yang bekerja rodi di sana, mengembangkan berbagai penemuan baru meskipun nyawa taruhannya. Tidak dipungkiri, kehebatan laboratorium tersebut sampai-sampai pemerintah yang bekerja sama dengan pihak militer hendak menutup permanen, jika tidak diakali dengan beberapa direktur sebelumnya yang pandai bermain silat lidah hingga mencapai kesepatan yang menguntungkan kedua belah pihak.

Yah, kesampingkan dulu latar belakangnya, karena sekarang Rian dalam masalah besar. Ya, dia sudah sadar dari pingsannya sejak tiga hari yang lalu dan mendapati dirinya sudah terikat dengan besi kokoh, terutama kedua kaki dan tangannya, sehingga dia tidak bisa kabur dari ruangan yang dirasa sangat asing baginya. Tubuhnya semakin kurus dan wajahnya semakin pucat karena dirinya enggan memakan pemberian makanan orang-orang yang bertanggung jawab terhadapnya. Sama seperti sebelumnya, semangkok sup jagung baru yang belum dimakannya sedari tadi bersama segelas air putih.

'Aku harus keluar dari tempat ini! Bagaimanapun caranya, entah hidup atau mati!' Batinnya dengan semangat yang kian membara. Tetapi, baru saja dia hendak bangkit dari ranjangnya, mendadak sengatan listrik statis menjalari tubuhnya. Rian terengah-engah karena sangat terkejut, meski itu sudah percobaan yang kesekian kalinya.

Rian ingin menangis, dia ingin berteriak meminta tolong. Tapi, kepada siapa? Semua orang berjas lab yang menghampirinya seperti mayat hidup saja, tidak beremosi. Juga, kedua orang tuanya sudah... Rian menggelengkan kepala.

Di saat itulah, pintu ruangan terbuka. Seorang pria berkacamata dengan rambut coklat pendek yang berikal, menghampirinya. Tapi dia tidak datang dengan tangan kosong, melainkan bersama kumpulan alat bedah. "Hai, sudah sadar? Lama sekali kau tertidur, Nak Rian," sapanya dengan riang.

Rian menatapnya tajam. "Aku tidak peduli! Siapa kau? Ini di mana sebenarnya? Kalau tidak mau memberitahu, lepaskan aku sekarang!" Rian meronta-ronta meskipun rahangnya mengeras.

Pria itu hanya terkekeh pelan, namun tanpa diduga dia menampar pipinya Rian dengan keras hingga membuatnya terdiam. "Jangan berharap, anak muda. Siapapun yang pernah memasuki ruangan ini, sengaja atau tidak disengaja, dia tidak akan pernah selamat," katanya dengan dingin. "Namun kalaupun selamat, dia harus 'berubah' terlebih dahulu. Menjadi sesuatu yang bukan dirinya lagi."

"Siapa kamu?" Hanya itu yang bisa keluar dari mulut Rian setelah beberapa saat merasa terintimidasi olehnya.

"Aku? Perkenalkan, namaku Cedric. Direktur utama laboratorium NX-03 Quantum Grid, saat ini. Orang yang telah membunuh kedua orang tua 'palsu'-mu itu, dan yang membawamu ke sini dari kebakaran rumahmu, semuanya itu aku,"  katanya dengan seringai lebar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun