Mohon tunggu...
Dona Mariani
Dona Mariani Mohon Tunggu... Seorang pelajar SMA Negeri 3 Brebes yang sedang mencari jati dirinya saat ini

Seorang pelajar yang sedang berusaha menjadi sesuatu. Menulis adalah salah satu kegemarannya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Harapan di Tengah Kegelapan : Episode 2

3 April 2025   11:46 Diperbarui: 3 April 2025   10:16 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Gambar : Canva)

Beberapa jam kemudian, Rian sedang asyik menyantap rotinya di ruang tengah, dengan satu roti rasa mocachino untuk ayahnya yang duduk di sampingnya persis, sama-sama melahap roti pemberian anaknya. Pipi mereka berdua menggembung seperti seekor tupai yang sedang memakan biji-bijian di batang pohon. Sementara itu, televisi sedang menayangkan berita kebakaran hebat sebuah laboratorium penting di Xeriya. Si jago merah sedang berusaha ditenangkan oleh para pemadam kebakaran, yang menurut pembawa berita, api sudah berusaha dipadamkan empat jam yang lalu. Untungnya tidak ada korban jiwa, dan penyebab kebakaran masih diusut oleh pihak kepolisian.

"Semoga pelakunya segera ditemukan, ya, Ayah? Pasti banyak arsip penting di sana yang sudah hangus terbakar," ujar Rian setelah menelan gigitan roti terakhirnya, dan menyesap teh hitamnya.

"Yah, Ayah juga berharap begitu," kata Caleb dengan serius, matanya memicing tajam tayangan berita tersebut.

Rian menyadari tatapan tajam ayahnya. "Kenapa, Yah? Ada sesuatu yang janggal?" tanya Rian dengan hati-hati.

Caleb tersentak, lalu menggeleng sambil tersenyum. "Tidak, tidak ada apa-apa. Hanya memikirkan sesuatu yang nggak penting," ujar Caleb, lalu mengacak rambut anaknya dengan penuh kasih sayang. "Sudah malam, kamu sebaiknya segera tidur. Atau mau Ayah bacakan dongeng kesukaanmu waktu kecil?" tanyanya dengan seringai lebar.

Rian menyikut lengan ayahnya. "Dih, aku sudah besar tahu! Masa mau kayak anak kecil terus?" katanya pura-pura kesal, namun tidak bisa menyembunyikan senyuman kecil di bibirnya.

"Haha, iya, iya. Terserah kamu deh," ucap Caleb sebelum mengganti saluran televisi yang menampilkan sebuah acara kuis yang lucu dan seru.

"Oh iya, banyak pasien yang datang ke klinik tadi siang?" tanya Rian lagi setelah mengunyah rotinya yang sudah tandas. Ayahnya adalah seorang psikiater dan bekerja di sebuah klinik dekat rumah. Saat masih SD, terkadang Caleb mengajak Rian ke sana sembari memperlihatkan dia cara menangani pasien dengan profesionalisme nya.

Caleb mengangguk. "Lumayan, tapi untungnya Ayah kebagian shift pagi. Jadi, saat sore Ayah bisa langsung pulang dan nonton TV begini," katanya sambil tersenyum.

Rian melempar pandangan sekitar, baru menyadari kalau ibunya belum nampak dari tadi. "Ayah, ibu ke mana? Daritadi nggak kelihatan soalnya," tanya Rian, untuk kesekian kalinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun