Mohon tunggu...
Dona Mariani
Dona Mariani Mohon Tunggu... Seorang pelajar SMA Negeri 3 Brebes yang sedang mencari jati dirinya saat ini

Seorang pelajar yang sedang berusaha menjadi sesuatu. Menulis adalah salah satu kegemarannya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Harapan di Tengah Kegelapan : Episode 1

3 April 2025   09:46 Diperbarui: 3 April 2025   09:39 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar : Canva)

Remaja laki-laki yang dipanggil dengan nama Rian tersebut mendongak. "Terima kasih, Ibu. Sebentar lagi aku istirahat kok," katanya dengan cengiran.

Ibunya menghela napas panjang sebelum tersenyum, mengelus kepala putranya dengan lembut. "Baiklah, jangan memaksakan dirimu ya? Ibu yakin kamu bisa masuk PTN yang kamu mau," ujarnya sebelum mencubit pelan pipi putranya itu.

Rian tertawa renyah, sebelum suara ketukan pintu pelan mengalihkan perhatian mereka berdua. "Sepertinya ada yang sedang asyik berduaan ya?"

"Kenapa? Ayah cemburu ya?" tantang Rian dengan senyum jahil kepada sesosok pria yang tengah bersandar santai di bibir pintu dengan tangan yang bersedekap.

Ayahnya hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum, sebelum menghampiri Rian dan mengacak-acak rambutnya dengan lembut yang membuat Rian tertawa kecil. "Kamu ini, santai sedikit kenapa? Dengan kemampuan dan nilaimu yang sekarang, PTN mana yang mau menolak calon mahasiswa hebat seperti kamu, eh?"

Rian hanya terkekeh sebelum menepis tangan ayahnya dengan lembut. "Ayah bisa saja memujiku. Jangan terlalu banyak memuji, nanti aku bisa besar kepala lho?" kata Rian dengan senyum menggoda.

"Biarkan saja. Biar seluruh negeri tahu kalau Ayah punya anak yang hebat seperti kamu, Rian," kata ayahnya dengan senyum hangat.

Si Ibu hanya tersenyum melihat kelakuan keduanya. Kemudian dia memperingatkan suaminya untuk jangan mengajak Rian bermain game dulu karena sebentar lagi dia akan mengikuti persiapan tes masuk ujian perguruan tinggi, dengan tujuan supaya lebih fokus dalam mengerjakan dan tidak teringat segala cemoohan yang dilontarkan kepada Rian karena payah bermain di beberapa game.

"Yah, aku nggak ada teman mabar buat sementara waktu deh," ucap Ayah dengan pura-pura merajuk.

"Hmm, jadi game lebih menarik daripada aku ya, Caleb Sayang?" Ibu melukiskan senyuman menahan kesal kepada pria tampan yang ada di hadapannya itu.

Caleb, nama si Ayah yang punya mata ungu lembut dengan rambut hitam pendek yang ditata rapi itu, sedang gelagapan sembari mengangkat kedua tangannya, mencoba membela diri. "Bukan, bukan begitu! Game memang menarik, tapi mereka tidak bisa mengalahkan pesonamu, Alisa! Percayalah padaku," katanya dengan keringat dingin yang mengalir di pelipis dahinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun