Connect with me: https://www.linkedin.com/in/ryan-bobby-andika-712164118/Â
Apakah kamu sudah pernah mendengar tentang Revolusi Industri 4.0? Kalau sudah, pernah tau tidak makna sesungguhnya atau sederhananya dari era tersebut? ~Hehe~. Gini deh, jadi berdasarkan sebuah buku yang berjudul "The Fourth Industrial Revolution" yang dibuat oleh Prof. Klaus Schwab selaku pendiri dan Executive Chairman dari World Economic Forum, doi menjelaskan nih bahwa Revolusi Industri ke-4 adalah suatu tren skema kegiatan manufaktur di dunia yang dicirikan oleh serangkaian teknologi baru yang menggabungkan dunia fisik, digital, dan biologis; memengaruhi semua disiplin ilmu, ekonomi, dan industry; dan bahkan menantang gagasan tentang apa artinya menjadi manusia. Berbeda dari ketiga era revolusi industi sebelumnya, berdasarkan laman Forbes.com mengenai era 4.0 ini, teknologi tersebut memiliki potensi besar untuk terus menghubungkan miliaran orang ke web, secara drastis meningkatkan efisiensi bisnis dan organisasi, dan juga membantu regenerasi lingkungan alam melalui manajemen aset yang lebih baik. Keren nan futuristik bukan teman2? Wkwkwk.
Ehhh tapinya-tapinya, ada tapinya juga nih gengs ku. Dalam bukunya, Prof. Schwab juga memperingatkan lohh tentang resiko yang akan dialami suatu organisasi atau perusahaan yang tidak mampu untuk mengadaptasi teknologi-teknologi 4.0. Hal ini karena secara sederhana, skema shifting dari fungsi pekerja menjadi fungsi automasi mesin akan menjadi pertimbangan hebat dalam menjalankan suatu lini usaha perusahaan dan yaa bisa aja kita, dalam skala ekstrimya, diganti gitu. Bahkan dalam laman The Guardian.com, dijelaskan lohh tentang adanya sekitar 47% pekerjaan di Amerika yang riskan terhadap penggunaan skema automasi.
Serem yaa temen-temen? Wkwkw sabar-sabar. Tapi yaa mau bagaimanapun juga, inilah yang dinamakan era modernisasi. Teknologilah yang akan menyisir dan menyiksa dengan tegas bagi siapa insan yang tidak cerdas dalam menjamahi perkembangannya.
Secara garis besar, Indonesia sudah mengambil sikap kokk gengs untuk menjamahi dan meanfaatkan tren Industrial Revolution 4.0 (4IR) ini. Berdasarkan laman Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin) dalam publikasinya mengenai era industry baru ini, Indonesia dengan wow-nya telah mempersiapkan sebuah skema terstruktur yang disebut sebagai Making Indonesia 4.0, terdengar sensasional ga sihh?Â
Skema ini diimplementasikan sebagai bentuk harapan pemerintah untuk melakukan suatu percepatan visi Indonesia menjadi 10 ekonomi terbesar negara di dunia. Secara spesifiknya, pemerintah akan memanfaatkan semua teknologi yang terlahir dari era 4IR dalam sektor industri manufaktur Indonesia. Selain menjadi Top 10 Global Economy, skema ini diharapkan mampu menyokong:
- Penggandaan rasio produktifitas-terhadap-biaya.
- Pendorongan ekspor netto menjadi 10 persen dari PDB.
- Penganggaran 2% dari PDB untuk penelitian dan pengembangan.
Publikasi yang dibuat Kemenperin tersebut juga secara spesifik menjabarkan adanya lima sector manufaktur yang akan di escalate pemerintah Indonesia sehingga memiliki daya saing regional, yaitu (i) makanan dan minuman, (ii) tekstil dan pakaian, (iii) otomotif, (iv) kimia, dan (v) elektonik. Kelima sector tersebut tentunya akan disokong oleh teknologi canggih, seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), wearables, robotika canggih, dan 3D printing.
Salah satu sector yang menurut Kemenperin merupakan dasar bagi dunia industry manufaktur secara umum adalah di ranah kimia, gengs. Berdasarkan publikasinya tersebut, Indonesia saat ini tuhh masih suka melakukan impor bahan kimia dasar itu selama ini. Sedihh banget sih jujur... tapi yaa sekarang syukurnya, dengan semangat pembangunan negeri dalam industi manufaktur kimia, Indonesia memiliki 4 strategi utama menindaklanjuti kondisi ini, yaitu:
- Mendorong pembangunan kapasitas pasokan petrokimia dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan impor.
- Membangun industri kimia dengan biaya kompetitif dengan memanfaatkan sumber daya migas dan optimalisasi lokasi zona industri, termasuk pembangunan lokasi produksi kimia yang lebih dekat dengan lokasi ekstraksi gas alam.
- Mengadopsi teknologi 4IR dan mempercepat kegiatan penelitian dan pengembangan untuk mendorong produktifitas
- Mengembangkan kemampuan produksi kimia generasi berikut dalam produksi biofuel dan bioplastik.