Mohon tunggu...
Ryan BobbyAndika
Ryan BobbyAndika Mohon Tunggu... Insinyur - Geoscience Enthusiast

Hello world, my name is Ryan Bobby Andika and you can call me Rybob for sure. Twenty-three years old and, recently, doing things related to Petroleum Industries.

Selanjutnya

Tutup

Money

Tantangan Hulu (Eksplorasi & Eksploitasi) & Hilir (Industri Petrokimia) Migas Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0, Menurut Hemat Aku

7 Mei 2020   09:40 Diperbarui: 10 Mei 2020   14:14 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 3. Teknologi dan Lima Sektor Prioritas di IR4 Indonesia

Gambar 12. Ladang Gas Terbesar di Indonesia.
Gambar 12. Ladang Gas Terbesar di Indonesia.

Pertama, meninjau dari grafik diatas, nilai produksi dan konsumsi gas Indonesia ternyata menunjukan margin yang positif loh *yeeaahh*. Total cadangan gas di Indonesia, hingga tahun 2018 kemarin, masih berada di kisaran angka 100 TCF. Hal tersebut memang sangat membanggakan untuk Indonesia, dan nyatanya bahkan sejalan dengan data yang telah diulas oleh katadata.co.id serta Liputan6.com mengenai posisi produksi gas Indonesia yang menduduki peringkat-14 di dunia per tahun 2014 (pada tahun 2016, Indonesia menduduki peringkat 12 dengan total 64557 ktoe berdasarkan laman dari IEA.org) serta lapangan-lapangan terbesar yang berkontribusi di dalamnya per tahun 2017. Situasi produksi yang super ini juga mampu dipermanis oleh tren Indonesia yang tidak pernah melakukan impor terhadap gas, dan hanya fokus dalam skema ekspor. Indonesia Mantap!

Gambar 13. Grafik Produksi-Konsumsi Minyak Indonesia.
Gambar 13. Grafik Produksi-Konsumsi Minyak Indonesia.

Gambar 14. Grafik Cadangan Minyak Indonesia.
Gambar 14. Grafik Cadangan Minyak Indonesia.

Gambar 15. Grafik Ekspor-Impor Minyak Indonesia
Gambar 15. Grafik Ekspor-Impor Minyak Indonesia

Akan tetapi, berbeda dengan tren baik gas di Indonesia, data mengenai tren minyak di Indonesia menunjukan bahwa pemerintah sedang kelimpungan nih dalam pemenuhan konsumsi minyak dalam negeri *cry so hard*. Dengan angka cadangan yang nilainya terus menerus mengalami penurunan setelah titik puncak di tahun 1997, pemerintah memang tengah mengkalinya dengan melakukan kebijakan impor minyak, huffty. Meskipun margin nilai antara impor dan ekspor minyak Indonesia sendiri tidak terlalu besar berdasarkan grafik diatas, namun tren yang menurun drastic ini, bahkan bahwa kenyataan Indonesia yang dari awalnya berperan sebagai negara eksportir, sangat pakai banget mengkhawatirkan. Menurut aku pribadi, dan juga tentunya teman-teman yang bekerja di ranah hulu migas, perlu ada sebuah perhatian khusus dan stimulasi eksplorasi-eksploitasi yang agresif untuk melakukan pengangkatan nilai cadangan dan produksi secara sistematis, efektif, dan komprehensif.

"Kenapa kita harus sebegitunya sih buat concern tentang ini, kak?" Yaa karena hal tersebut semata-mata untuk mendorong industri manufaktur petrokimia Indonesia agar harapan menjadi salah satu global player yang mampu bersaing di dunia internasional dapat terwujud. Kita harus sadar teman bahwa masih banyak potensi akumulasi hidrokarbon yang ada di Indonesia dan belum tereksplor dengan detail. Seperti ilustrasi dibawah, terlihat bahwa kita pada dasarnya masih memiliki banyak sekali potensi migas yang belum tereksplorasi, terutama di sisi timur Indonesia. Tentu bagi kalian yang saat ini lagi berjuang dan bekerja sebagai seorang ekplorsionis migas sangatlah memahami tentang bagaimana tingginya tingkat kompleksitas play petroleum system disana. Yang seujuknya pula mendorong teman-teman melakuan banyak pendekatan geologi dan geofisika secara lebih modern dengan harapan untuk menggapai discovery dari daerah-daerah potensial tersebut (Detail potensi cadangan-cadangan Indonesia tersebut akan dibahas di artikel berikutnya yaaa). Namun satu hal yang jelas bahwa potensi itu ada dan bukan sekedar harapan, sobat. Tinggal sekarang ini, menurut aku, balik lagi tentang bagaimana kita mau atau tidak mendedikasikan energi dan usahanya untuk menemukan barang tersebut.

Gambar 16. Peta Potensi Cadagan di Indonesia.
Gambar 16. Peta Potensi Cadagan di Indonesia.

Dan lalu, bagaimana sih dengan kondisi industry petrokimia di Indonesia saat ini? Aku sebetulnya masih kesulitan nihh untuk mecari tahu dat total perusahan petrokimia yang berdiri di Indonesia, maaf banget yaa. Banyak literature yang menurut aku belum cukup evidence-nya untuk memberikan nilai eksaknya. Namun yaa berikut adalah data-data yang berhasil aku himpun mengenai jumlah perusahaannya, kondisinya bagaimana, dan solusi apa saja yang sudah dilakukan *sebisa dan semampuku*. Jadi nih gengs, totalnya mencapai di angka 138 perusahaan, dan kemungkinan lebih dari nilai ini, jika menilik dari publikasi dari Ludfia di scribd.com. Kalau kondisinya lagi kurang adem-ayem nih. Tapi tenang, solusinya sudah dibuat dan terpetakan kok gengs.  

Gambar 17. Persebaran Perusahaan Industri Petrokimia di Indonesia.
Gambar 17. Persebaran Perusahaan Industri Petrokimia di Indonesia.

Nahh, memang jika kita melihat dari peta persebaran industry petrokimia diatas, Indonesia dapat dikatakan relatif tangguh dan menjanjikan menurut pendapat aku. Akan tetapi, berdasarkan artikel yang dimuat dalam laman Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (kemenperin) yang berjudul "Industri Petrokimia Indonesia Tertekan Petrokimia Thailand", menurut Budi Santoso Sadiman selaku Wakil Ketua Asosiasi Industri Aromatik, Olefin, dan Plastik (INAPLAN) bahwa bahan baku industri petrokimia masih harus impor dan dibeli dengan harga yang mahal, khususnya nafta atau minyak mentah olahan. Bahan dasar petrokimia sendiri bermacam-macam seperti Kondesat, gas alam, batu bara, dan etana. Biaya bahan baku bahkan mencapai 80% dari beban produksi petrokimia hulu. Sedangkan untuk produksi bahan baku kimia hilir, porsinya mencapai 60% dan beban produksi tersebut akan menjadi meningkat ketika nilai rupiah melemah. Hal ini karena semua bahan petrokimia kita masih impor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun