Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ada Cinta #20: Gundah

11 November 2014   14:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:05 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14156655741086621711

Cerita Sebelumnya :

Setelah melihat foto-foto masa kecilnya, kecurigaan Angga akhirnya timbul bahwa Nay bukanlah teman masa kecilnya, Nayra-lah orangnya.  Pemuda itu kemudian mengirim sebuah pesan singkat pada Nay - pacarnya, mempertanyakan siapa Nay sebenarnya.  Apa yang akan terjadi?  Bagaimana dengan hubungan mereka berdua?

CHAPTER 20

Novan baru saja tiba di rumah sepupunya ketika ia mendengar ponselnya berdering.  Diperhatikannya nama yang tampil di layar ponselnya.

“Halo, Ngga?” sapanya pada si penelepon yang ternyata Angga.

“Van, kamu sudah di Jakarta?” tanya Angga di seberang telepon.

“Baru aja, nih aku baru nyampe di rumah saudaraku,” Novan meletakkan tasnya kemudian duduk berselonjor di lantai, “Ada apa?”

“Tadi kamu nelpon aku,” balas Angga, “Kenapa?”

“Oh itu,” sahut Novan, “Itu tadi Nay-mu yang telpon.  Handphonenya nggak dapet sinyal jadi dia pinjem handphoneku.”

“O, dia yang nelpon,” Angga menjawab datar.

Suasana hening sejenak.

“Van,” panggil Angga,”Aku denger kamu katanya ke Jakarta mau ketemu Nayra ya…”

“Bukan ketemu,” ralat Novan dari seberang telepon, “Aku mau ke tempat Nayra…”

Ucapan Novan barusan membuat Angga bingung.

“Emang beda ya antara ‘ketemu’ sama ‘ke tempatnya’?” tanya Angga.

“Untuk soal ini, ya,” ujar Novan cepat.

Suasana kembali hening.

Dan Novan menyadari sesuatu.

“Ngga,” panggilnya.

Dengan hati-hati ia bertanya,

“Kamu sudah tau ya?”

“Tau apa?” Angga balik bertanya.

“Nayra.  Nayla.  Kamu sudah tau?”

“Ya,” jawab Angga singkat.

“Oke,” sahut Novan, “Terus?”

Angga menghela nafas dan menarik satu kesimpulan,

“Dari kalimatmu barusan, aku yakin kamu sudah tau kalo Nay selama ini bohong sama kita.”

“Apa kamu yakin?” tanya Novan.

“Van, aku liat album foto kita waktu kecil.  Nggak ada satupun foto Nay di situ, adanya foto Nayra.”

Akhirnya dia tahu! Batin Novan.

Nay, kamu terlambat…

Kedua sahabat ini berbincang serius.  Angga kemudian mengutarakan rencananya dan minta agar Novan merahasiakannya dari Nay.

“Kamu serius?” tantang Novan.

“Ya!  Aku serius,” Angga menjawab dengan yakin.

* * *

Malam itu Nay gelisah…

Sebentar-sebentar ia melirik ponselnya.

Nggak ada telepon atau SMS dari Angga…

Gadis itu menghela nafas.

Bahkan SMS-ku juga nggak dibalas.  Apa Angga semarah itu ke aku?

Nay lalu mengambil ponselnya dan mengetikkan sebaris pesan,

“Angga, aku benar-benar minta maaf.  Aku janji akan menceritakannya ke kamu setelah aku pulang dari Jakarta.  Aku janji bakalan jujur sama kamu.”

Semenit, lima menit, sepuluh menit.

Nay menunggu balasan dari Angga, namun harapannya tak kunjung menjadi kenyataan.

Nay mendesah.  Kecewa dan penuh penyesalan.

* * *

Novan membaca sederet pesan yang masuk ke ponselnya.

“ Angga keliatannya marah banget ke aku.  Dia kaya’nya sudah tau kalo aku bukan teman masa kecilnya.  Van, kamu bisa bantu biar Angga nggak marah banget ke aku?  SMS sama teleponku dicuekin sama dia…”

Noven termenung…

* * *

Cuaca pagi itu sangat cerah dan bersahabat, berbanding terbalik dengan hati Nay yang sedang dilanda kegundahan akan sikap Angga.

Sampai pagi ini nggak ada satupun SMS atau telepon dari Angga.

Dia bener-bener marah ke aku...

Dan satu kemungkinan yang menakutkan berputar di kepala Nay

Apa… jangan-jangan Angga sudah menganggap hubungan kita… berakhir?

Apa kita putus?

Angga, please…

Nay semakin gundah.

Setidanya beri aku kesempatan untuk menceritakan semuanya…

Saat itu ponsel Nay bergetar pendek, ada satu pesan masuk.  Gadis cantik itu sejenak ragu.

Aku takut kalo SMS ini dari Angga.

Dengan rasa hati yang tak karuan, Nay membuka ponselnya.

“Pagi, sebelumnya aku minta maaf.  Mungkin sekarang ini kondisimu sedang kurang baik.  Tapi aku sangat berharap kamu nggak ngebatalin rencana kita, soalnya aku cuma sebentar di Jakarta dan bisa dibilang waktuku ke tempat Nayra cuma hari ini.  Jadi, aku berangkat sekarang, moga-moga kita bisa ketemu tepat waktu.  Thx – Novan-“

Gadis itu menghela nafas…

* * *

Suasana di tempat itu sungguh tenang.  Angin bertiup lembut terasa menyejukkan.

Suasananya sungguh damai, batin Novan.

Untuk sesaat ia menghirup nafas dalam-dalam, merasakan segarnya udara di tempat tersebut.  Tempat yang jauh dari kebisingan kota Jakarta.

“Ini…,” terdengar suara di sampingnya, “Kamu yakin, Van?”

Novan menoleh dan tersenyum.

“Aku yakin.  Lagian kita juga janjian di sini…”

“Tapi… ini ‘kan…?” pemilik suara itu tampak ragu.  Tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Novan mengangguk.

“Nggak salah, memang di sini kok.  Sekarang kita tinggal nunggu dia datang.”

Pemuda itu melirik jam tangannya,

“Harusnya sih sebentar lagi dia datang.  Kamu mau nunggu di sini atau?”

“Aku mau istirahat sebentar di sana,” jawab yang ditanya sambil menunjuk sebuah tempat yang tak jauh dari mereka berdiri, “Semalam aku nggak bisa tidur.”

“Oke,” Novan setuju.

“Novan!” tiba-tiba terdengar suara seorang gadis memanggilnya.

Novan menoleh,

“Hai, Nay,” sapanya.

Namun saat itu Nay terlihat sangat terkejut!

Gadis itu menutup mulut dengan kedua tangannya, matanya tak lepas menatap seseorang yang datang bersama Novan ke tempat ini, sementara yang dipandang nampak acuh tak acuh.

Suasana mendadak hening.  Tak ada sepatah kata pun yang terucap dari mereka bertiga.

“A… Angga?” Nay akhirnya bersuara memecah kebisuan.

Sementara Angga menatapnya dengan sorot mata yang sulit ditebak.

(Bersambung)

Nay sama sekali tak menduga bahwa Angga akan menyusulnya!  Tapi melihat sikap Angga, benarkah pemuda itu ke Jakarta untuk menemui Nay?  Atau adakah maksud lain dari kedatangan Angga?  Ikuti chapter berikutnya!

“Ada Cinta”, terbit dua kali dalam seminggu, Selasa dan Jumat…

Ada Cinta #21 : Kejujuran yang Menyakitkan - Part I |   Ada Cinta #1 : Siapa gadis Itu?

Sumber gambar : favim.com
Tulisan ini masuk kategori “Fiksi” dan dipublish pertamakali di kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun