Mohon tunggu...
Rio Anggara
Rio Anggara Mohon Tunggu... Lainnya - -

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

13 Jan 1913

23 November 2020   00:15 Diperbarui: 23 November 2020   00:51 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tercekat, rasa takut merayapi tubuhku. Aku ingat sekali tawa itu bukanlah tawa manusia. Tawa itu terdengar seperti sayatan pedang, mengiris dan memotong secara perlahan dan menyiksa, tanganku gemetaran hanya dengan memikirkannya saja.

"Jason, apa kau baik-baik saja?" Tanya Ben cemas.

"Y-ya, aku tidak papa." Kataku melanjutkan membalut lukaku.

"Kamu yakin tentang apa yang kamu katakan itu Jason?" Tanya sang dokter.

"Aku yakin seratus persen tentang apa yang terjadi diluar sana. Apapun yang membuat Tiero menjadi seperti ini, bukanlah sesuatu yang dapat kita tangani" kataku.

Semuanya terdiam, hanya terdengar suara dobrakan dari kamar Tiero.

"Ya sudah, lebih baik kalian pulang saja. Sisanya bisa kutangani sendiri." Kata sang dokter memutus kesunyian. Kamipun pulang ke rumah masing-masing.

Malamnya aku mengalami susah tidur. Pikiranku masih berkecamuk mempertanyakan apa yang baru saja terjadi, tentang Tiero, tentang sikapnya yang berbeda, dan tentang tawa itu. Semua itu terus berputar di kepalaku, masuk kedalam pikiranku dan bersarang tak mau pergi. Pikiranku melayang-layang mencoba mencari jawaban dari setiap pertanyaan yang ada, tapi tidak ada hasilnya. Akhirnya lelah karena berpikir berhasil membawaku kealam mimpi.

Ketika aku tertidur aku bermimpi berada ditengah hutan yang mengerikan. Pohon-pohon berwarna kehitaman dan terlihat kering dan layu, tanah gersang berwarna kemerahan, dan kabut tebal seakan menutupi sesuatu yang ada didalamnya. Tak ada suara apapun didalam hutan ini, seakan ada sesuatu yang sedang memburu semua yang ada disini dan akulah target selanjutnya. 

Kucoba untuk mencari jalan keluar dari sini. Aku berjalan tanpa arah berharap dapat menemukan tanda-tanda kehidupan, tapi semuanya tampak sama saja, tak ada yang berubah selama aku berjalan menyusuri hutan ini aku mulai panik dan cemas. Tiba-tiba aku mendengarkan sesuatu, suaranya bagaikan bisikan halus. Aku yang panik memutuskan untuk mengikuti darimana asalnya suara tersebut. 

Suara itu membawaku kesebuah pohon besar yang berada ditengah hutan. Dibawahnya kulihat seseorang ditanah. Kulari untuk mengecek keadaan dan ketika aku membalik tubuhnya aku tersontak kebelakang. kengerian kembali menjalar keseluruh tubuh ku ketika kutahu yang ada didepanku bukan manusia, melainkan sesosok mayat tanpa bola mata. Aku gemetaran, keringat membasahi telapak tanganku dan hal yang terburuknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun