'Tetap tenang, ingat. Kamu orang nya kalem' kataku mencoba menenangkan diri.
Annie melihatku dengan lekat, jantungku terus berdebar kencang. Aku berusaha untuk tetap tenang namun Annie terus memperhatikanku. Diperhatikan seperti ini membuatku tidak memperhatikan jalanan yang ada didepanku. Aku tersandung batu kerikil dan jatuh menghantam tanah, Annie mencoba untuk menolongku bangun tapi aku buru-buru bangkit
"N-nggak papa kok, aku baik-baik saja hehe" kataku, tersenyum untuk menutupi rasa maluku.
Terdapat ekspresi bingung dimukanya.
seseorang bunuh aku
"Ngomong-ngomong, aku harus pergi. Ben pasti sedang menungguku disana." kataku buru-buru dan berlari ke lapangan desa, meninggalkan Annie dalam kebingungan.
Di lapangan, biasanya banyak warga desa yang sedang melakukan aktivitas sehari-hari. mulai dari anak-anak yang sedang bermain, sampai orang dewasa yang sedang berbincang-bincang. Susah bagiku untuk mencari Ben karna banyaknya orang-orang disana, setelah berlari berkeliling sebentar akhirnya aku menemukan Ben dibawah pohon beringin.Â
Ben adalah pria tinggi gempal berumur 34 tahun yang selalu mengoceh tentang pernikahannya. Memiliki kulit kecoklatan dan suara yang besar. Walaupun berisik, tetapi ketika berburu, ia bisa tak bersuara seperti burung hantu yang mengintai mangsanya.
"Nggak biasanya kamu terlambat, kenapa nih" tanyanya ketika aku menghampirinya.Â
"Aku baru saja ketemu Annie." Kataku, kembali menguasai diriku.
"Oh benarkah, ya bagus dong. Jadi,apakah kamu sudah mengajaknya berkencan nanti malem?" Tanyanya, mengikutiku ke gerbang desa.