Mohon tunggu...
rya bintang Prameswari
rya bintang Prameswari Mohon Tunggu... -

Tuhan meng-anugrahi tangan untuk menulis !

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mama Maha 1

30 Agustus 2012   12:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:08 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saya sudah bisa membaca dan menulis saat masih balita, karena Mama mengajarkan dengan penuh cinta Kami pernah hidup dengan sangat sulit di tepi sebuah rel kereta api. Tetapi apa yang Mama lakukan luar biasa. Saya sudah bisa membaca dan menulis saat balita, karena Mama mengajar dengan sabar.

Suatu hari saat berusia lima tahun, saya membuka koran bekas bungkus bawang dan cabai yang dibawa Mama pulang dari pasar. Saya baca semua dalam waktu singkat. Mama terperangah, menatap saya dengan mata kaca.

Sejak itu, meski tak punya uang, Mama selalu membawakan saya sebuah buku cerita, sepulang dari pasar. Mama hampir tak pernah beli baju, perhiasan atau barang-barang yang biasa dibeli oleh Mama teman-teman saya. Tapi wanita tercinta itu tak pernah berhenti mengepung saya dengan buku. Bahkan Mama membuat perpustakaan kecil di kamar saya.

Hari-hari itu seolah baru terjadi kemarin. Sapa lembut Mama, buku-buku baru dan bekas yang disampul rapi, rak-rak buku untuk perpustakaan mini kami, cerita-cerita Mama tentang buku-buku bagus yang dulu pernah dibacanya. Ide Mama untuk menyewakan buku di perpustakaan kami agar hasilnya bisa dibelikan buku baru. Menulis catatan harian bersama, membantu membuat majalah sendiri. Senyum, tawa dan semangat Mama membaca puisi dan cerita pendek yang saya tulis di bangku sekolah dasar, ajakannya ke perpustakaan. Jalan-jalan ke toko buku meski berjam-jam di sana kami hanya mampu membeli satu buku tipis….

Ah, Mama. Tahun demi tahun berlalu. Siapa kira, satu demi satu buku saya terbit. Buku-buku yang selalu Mama dekap dengan wajah haru dan Mama simpan di tempat yang bagus dan wangi. Mamaku tercinta, kau telah menciptakan seorang pengarang dari sebuah rumah kayu kecil, di pinggir rel kereta api. Tapi tahukah Mama, jutaan buku yang bisa saya tulis sekalipun tak akan pernah mampu menampung semua cinta dan terimakasih saya padamu, idola abadiku….Maha 1 !

(Kisah nyata : Si penulis buku gak mau disebutkan idetitasnya, semoga bermanfaat !)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun