Mohon tunggu...
Ahmad Muhtar Wiratama
Ahmad Muhtar Wiratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Masyarakat dan Penulis Amatir dari Rawamangun

Untuk informasi lebih lanjut tentang saya, hubungi detail-detail kontak di bawah ini: Instagram: @amw.1408 Email: rwselusin@gmail.com WA: 0852.1622.4747

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Borobudur, Marathon, dan Kita

22 November 2023   10:02 Diperbarui: 26 November 2023   17:29 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi foto Borobudur Marathon.

Setelah lomba, penyelenggara memberikan akses seluas-luasnya bagi para peserta untuk mengunduh dan membagikan kembali foto-foto perlarian mereka. Kita tahu bagi para pelari rekreasional, faktor eksis dan faktor kesehatan atau prestasi bernilai sama pentingnya. Saya saja mendapatkan tidak kurang dari lima belas foto lari atau cukup untuk menjadi konten selama hampir sebulan ke depan! 

Bagi mereka yang agak serius dengan target personalnya, penyelenggara juga menyediakan data-data waktu secara lengkap dan akurat sehingga pelari dadakan seperti saya juga bisa memahami dan menikmati analisanya.

Dokumentasi foto Borobudur Marathon.
Dokumentasi foto Borobudur Marathon.

Sejak dahulu saya sendiri memiliki ikatan personal dengan wilayah Borobudur dan masyarakatnya. Ketika mahasiswa saya menghabiskan dua bulan di sini untuk mengikuti kegiatan KKN (kuliah kerja nyata, bukan KKN yang satunya) dan masih bersahabat dengan warganya hingga hari ini. Namun, pengalaman di Borobudur Marathon mengangkat kesan tersebut hingga ke level yang berbeda. Pasalnya, ini bukan hanya pertama kali saya mengikuti ajang marathon, namun juga pertama kali saya berlari. Titik.

Saya tidak termasuk di antara fenomena para pelari yang muncul di masyarakat belakangan ini. Saya adalah pembenci lari karena menurut saya kegiatan tersebut melelahkan dan menghabiskan terlalu banyak waktu. 

Pengalaman saya mengikuti nomor full marathon kemarin hanya membuktikan kecurigaan tersebut. Sampai dengan dua hari setelah lari, kaki dan seluruh badan saya masih terasa pegal sehingga belum dapat digunakan secara normal. Padahal saya hanya berhasil menyelesaikan separuh jalan hingga 21 kilometer sebelum terkena cut off time tipis dan dipaksa oleh panitia masuk ke mobil pengantar.

Partisipasi saya di Borobudur Marathon juga lebih banyak disebabkan faktor kecelakaan karena menggantikan orang lain yang tiba-tiba berhalangan hadir -- dan baru diputuskan semalam sebelumnya atau kurang dari sembilan jam sebelum waktu start. 

Jadi lupakan waktu latihan berminggu-minggu atau berbulan-bulan, karena satu-satunya indikasi menyerupai persiapan yang saya lakukan sebelum mengikuti marathon adalah doa dan pemanasan yang saya lakukan selama lima menit sebelum mulai berlari. Untungnya paling tidak saya masih bisa menyelesaikan separuh marathon -- walaupun saya juga sadar sepenuhnya bahwa nasib saya bisa berakhir jauh lebih buruk dari sekedar tidak menyelesaikan lomba.

Lantas, untuk apa saya repot-repot berlari dan mengambil risiko? Sedikit latar belakang, saya sendiri termasuk di antara mungkin banyak sekali orang yang merasa dirinya sehat dan bugar walaupun tidak pernah melakukan olah raga secara rutin. 

Alasan dari keyakinan tersebut adalah karena saya masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti berjalan kaki menyambangi rumah-rumah tetangga atau menemani anak-anak ke tempat wisata selama seharian penuh. Hipotesisnya, berjalan kaki seharian seharusnya menawarkan situasi yang tidak jauh berbeda dengan berlari sejauh sekian puluh kilometer. Kenyataan yang ada di lapangan sebagian benar, namun lebih banyak salahnya. 

Saya memang masih bisa melahap jarak separuh marathon, namun dalam cukup banyak kesempatan jam pintar saya mengingatkan bahwa detak jantung saya sudah berpacu dalam kategori yang berbahaya sehingga saya harus memelankan laju. Ketimbang kaki yang pegal atau pikiran yang letih, inilah risiko terbesar yang saya hadapi selama berlari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun