Mohon tunggu...
Rusti Dian
Rusti Dian Mohon Tunggu... Freelancer - Mass and Digital Communication Student

Author of Geotimes | Freelance Writer Kumparan | Feminism and Journalism Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Melihat Seberapa Ramah dan Interaktif IDN Times sebagai Jurnalisme Online

25 Oktober 2020   13:30 Diperbarui: 25 Oktober 2020   13:34 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: https://www.idntimes.com/)

IDN Times, merupakan salah satu media online yang banyak dikenal khususnya di kalangan anak muda. Kontennya yang ringan untuk dibaca dan pengemasannya yang tidak membosankan, menjadi ciri khas tersendiri. Terlebih lagi banyak informasi yang disajikan dalam bentuk listical yang cukup memudahkan saat membaca.

Selain IDN Times, ada beberapa media yang berada di bawah naungan IDN Media yaitu Popbela.com, Popmama.com, dan Yummy. IDN Times sendiri memiliki visi "mendemokratisasi akses ke informasi yang akurat, seimbang, berguna, dan positif dan pada akhirnya, menjadi suara milenial dan Gen Z di Indonesia dan membawa dampak positif di masyarakat".

Interaksi IDN Times pada Pembacanya

(Sumber: Instagram IDN Times)
(Sumber: Instagram IDN Times)

Jika dilihat dari Instagram, IDN Times cukup sering melakukan interaksi dengan pembacanya.  Contohnya saat IDN Times mengadakan campaign bertema "16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan" mulai dari tanggal 25 November sampai 10 Desember 2019. IDN Times membuka diri bagi para perempuan yang ingin speak up masalah kekerasan atau pelecehan seksual yang pernah mereka alami.

Dengan tetap memperhatikan kode etik jurnalistik untuk melindungi privasi narasumber, IDN Times hanya memberi inisial dan usia narasumber. IDN Times juga turut memberikan edukasi pada para pembaca mengenai perbedaan kekerasan seksual dan pelecehan seksual, baik dalam bentuk artikel panjang maupun lewat tulisan yang ditampilkan dalam Instagram Stories.

(Sumber: Instagram IDN Times)
(Sumber: Instagram IDN Times)

Selain itu, IDN Times juga sering mengadakan seminar. Namun, dikarenakan adanya pandemi Covid-19, IDN Times menjadi lebih banyak mengadakan live Instagram dengan mengundang orang yang expert di bidangnya. Warganet juga tidak perlu khawatir ketinggalan informasi karena warganet masih bisa mengakses lewat IG TV.

Mengukur Ketertarikan Milenial terhadap IDN Times

(Sumber: Instagram @rustidian)
(Sumber: Instagram @rustidian)

Menurut survei yang dilakukan lewat fitur vote di Instagram penulis, sebanyak 48 dari 91 responden memilih bahwa tampilan Instagram IDN Times cukup menarik. Dan sebanyak 46 dari 86 responden memilih bahwa konten yang disajikan oleh IDN Times cukup menarik.

Ketika responden diberi pertanyaan mengenai platform yang paling banyak mereka gunakan untuk akses berita, sebanyak 48 orang memilih Twitter, 48 orang memilih Instagram, 20 orang memilih website, dan 6 orang memilih menonton lewat Youtube. Dari situ, dapat disimpulkan bahwa media sosial lebih sering diakses oleh pembaca, sehingga konten informasi/berita akan lebih efektif jika di-update lewat Instagram atau Twitter.

Walaupun Twitter dan Instagram menjadi media sosial yang paling banyak digunakan responden untuk mengakses berita. Namun, jika ditelisik lebih jauh, Instagram justru mendapatkan atensi lebih banyak daripada Twitter. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya komentar yang dilontarkan pembaca di Instagram daripada di Twitter yang nyaris tidak ada komentar, dan cukup sedikit jumlah retweet dan likes.

Praktik Jurnalisme Online pada IDN Times

Christiany Juditha (2013) menuliskan dalam jurnalnya yang berjudul "Akurasi Berita dalam Jurnalisme Online (Kasus Dugaan Korupsi Mahkamah Konstitusi di Portal Berita Detiknews" tentang tipe baru jurnalistik yang memiliki karakteristik berbeda dengan jurnalisme konvensional.

Setidaknya ada tiga fitur komunikasi yang dimiliki jurnalisme online yaitu multimedia, interaktif, dan hipertekstual. Mike Ward (Juditha, 2013) mengelompokkan karakteristik jurnalisme online sebagai berikut:

1. Immediacy berarti kecepatan dalam penyampaian informasi

2. Multiple Pagination berarti banyaknya halaman yang saling bertautan

3. Multimedia berarti penggabungan antara teks, gambar, audio, video, dan grafis

4. Archieving berarti dapat terarsip dan dikelompokkan menjadi beberapa kategori berdasar keywords

5. Relationship with Reader berarti interaksi dengan pembaca lewat kolom komentar

Berangkat dari kelima karakteristik di atas, dapat dilihat bahwa IDN Times sudah menerapkan semuanya. IDN Times selalu meng-update peristiwa yang sedang terjadi secara aktual. Artinya, konsep immediacy sudah direalisasikan dengan baik oleh IDN Times.

Jika dilihat dari pemberitaan, khususnya di situs web milik IDN Times, selalu ada kata-kata "baca juga..." yang berarti hyperlink. Berita-berita yang saling bertautan tersebut membuat pembaca menjadi mudah utuk mengakses banyak referensi. Dari situ, maka konsep multiple pagination sudah dilakukan oleh IDN Times. Selanjutnya yaitu konsep multimedia. IDN Times selalu mengemas suatu konten menjadi berbagai bentuk yang bisa diakses di berbagai platform.

Kemudahan Scanning Web IDN Times

Bradshaw (Widodo, 2020) merumuskan adanya lima prinsip jurnalisme multimedia, salah satunya adalah scannability. Teknik tersebut memungkinkan media online untuk melakukan scanning pembaca guna menarik mereka untuk mampir ke website media tersebut. Setidaknya ada tujuh cara yang digunakan untuk memudahkan scanning, diantaranya:

(Sumber: https://www.idntimes.com/news/indonesia/axel-harianja/kuasa-hukum-klaim-gus-nur-ditangkap-tanpa-proses-pemeriksaan-awal/2)
(Sumber: https://www.idntimes.com/news/indonesia/axel-harianja/kuasa-hukum-klaim-gus-nur-ditangkap-tanpa-proses-pemeriksaan-awal/2)

1. Headline atau judul yang dibuat jelas dan tidak bermakna ganda.

2. Intro sebagai bentuk ringkasan di awal paragraf. Intro juga bisa dikaitkan dengan keywords artikel agar memudahkan search engine mendeteksi artikel tersebut.

3. Subjudul untuk memudahkan pembaca melakukan scanning.

4. Bullet atau number list untuk membuat artikel terlihat lebih ringkas, simple, dan tidak membosankan.

(Sumber: https://www.idntimes.com/news/indonesia/axel-harianja/kuasa-hukum-klaim-gus-nur-ditangkap-tanpa-proses-pemeriksaan-awal/2)
(Sumber: https://www.idntimes.com/news/indonesia/axel-harianja/kuasa-hukum-klaim-gus-nur-ditangkap-tanpa-proses-pemeriksaan-awal/2)

5. Kutipan atau quote untuk mengutip kalimat langsung.

6. Hyperlinks untuk merujuk ke referensi di halaman lain yang relevan dengan artikel yang sedang dibaca sebelumnya.

7. Kata-kata tebal (emboldened) atau disorot (highlighted) yang banyak digunakan untuk menyorot keywords.

Apakah Sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik?

Kode Etik Jurnalistik rupanya sudah menjadi 'kitab khusus' bagi para jurnalis. Setidaknya ada 11 pasal di sana yang mengatur tentang kerja jurnalis dalam meliput suatu berita. Ditambah lagi adanya Pedoman Pemberitaan Media Siber yang turut mengatur media-media online dalam menyajikan informasi.

Menyoroti Pasal 8 dalam Kode Etik Jurnalistik yang melarang wartawan menyiarkan berita berdasar prasangka atau diskriminasi terhadap kelompok tertentu. Para wartawan di IDN Times sendiri sudah menjalankan apa yang tertulis dalam pasal tersebut.

Dikutip dari laman IDN Times, setidaknya ada 8 nilai yang menjadi pedoman IDN Media dalam memproduksi konten-konten di empat platform yang dimilikinya. Nilai tersebut adalah kesetaraan gender, persatuan dalam berbagai ras dan etnis, persatuan dalam agama yang berbeda, persatuan dalam pandangan dunia yang berbeda, anti pelecehan seksual, anti stereotyping, anti bullying, dan redefinisi kecantikan.

Pada Pasal 1 dijelaskan bahwa wartawan harus bersikap independen, serta menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. Hal ini tercermin dalam salah satu berita yang disorot oleh penulis. Berita yang berjudul "Setahun Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Komnas Perempuan Soroti UU Ciptaker" ditulis oleh Lia Hutasoit.

Dalam berita tersebut, wartawan mencoba untuk menyampaikan setiap poin yang disorot oleh Komnas Perempuan, khususnya dalam isu kekerasan perempuan dan kesetaraan gender yang dianggap bermasalah di UU Cipta Kerja. Dikemas secara listical, Lia menggunakan bahasa yang tidak provokatif dan tidak berat sebelah. Bahkan, di poin keempat, Lia menjabarkan delapan rekomendasi dari Komnas Perempuan untuk Jokowi dan Ma'aruf Amin guna mengatasi kontradiksi kebijakan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun