Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyelamatkan Bahasa Daerah Bangka Belitung yang Terancam Punah

19 April 2020   05:29 Diperbarui: 19 April 2020   05:46 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Symbianplanet.net

NMmDisadari atau tidak, kondisi bahasa daerah di Bangka Belitung sudah ada beberapa dialeg yang punah. Terdapat dialeg bahasa daerah di suatu wilayah tidak lagi dipergunakan. Sebagian besar masyarakat terutama anak-anak muda tidak lagi mengetahui bahasa daerah dengan dialeg yang pernah ada di kampungnya.

Banyak faktor penyebab beberapa dialeg bahasa daerah disuatu tempat menghilang. Bisa disebabkan gaya hidup warganya yang mengikuti trend, diantaranya penggunaan bahasa asing sebagai bahasa sehari-hari dalam keluarga untuk membiasakan sehingga putra-putrinya pasih berbahasa asing, bahasa baru seperti bahasa gaul, maupun bahasa daerah lain. 

Selain gaya hidup dapat pula karena gengsi, menilai penggunaan bahasa daerah dianggap kampungan maupun kuno dan ketinggalan zaman, bahkan satu keluarga yang orang tuanya asli daerah Bangka Belitung karena gengsi sejak kecil dalam berkomunikasi dibiasakan dengan bahasa Indonesia tanpa sedikitpun menggunakan bahasa daerah, bisa jadi agar kelihatan moderen. Kondisi ini menyebabkan perbendaharaan  bahasa daerah banyak yang tidak diketahui anak-anak dewasa ini.

Tahun 80 an masih banyak dipergunakan, dilingkungan sekolah para pelajar teman-teman saya sekolah dulu  masih menggunakan dialeg dan logat khas bahasa daerahnya. Hilangnya dialeg bahasa daerah, pengaruh yang paling kuat adalah keluarga. Perkawinan yang terjadi antara pasangan berbeda daerah sangat berpengaruh besar dalam penggunaan bahasa daerah, yang dapat mempengaruhi anak-anak. Bahkan terdapat keluarga yang berasal dari daerah yang sama menerapkan piur bahasa Indonesia dalam berkomuniasi sehari1hari di keluarga. Bahasa daerah sebagai kearifan lokal semestinya tidak ditinggalkan.

Dialeg bahasa daerah yang sudah mulai ditinggalkan, karena tergerus kondisi sosial saat ini serta pengaruh budaya luar yang dibawa para pendatang. Pernyataan yang mengejutkan disampaikan perwakil EO Same Same Organaiser Eka menjelang pemilihan Putri Pariwisata 2015 di Pangkapinang menyatakan, " urusan caltwalk oke mereka malahan over PD, Cuma publik speakingnya masih kurang, terutama sisi bahasa logat Bangka masih ke bawa." ( Bangkapos,20/10/2015). Menurut saya ada kekeliruan dari pernyataan tersebut. Bukankah logat daerah saat ini menjadi trend dan memiliki nilai jual terutama didunia hiburan. Putri Indonesia tahun 2013 Wulandary Herman, putri kelahiran Pariaman ini mempertahankan logat Minangnya. Ketika publik speaking dalam final putri Indonesia logat Minangnya sangat kental, dan ia bahkan berhasil menang. Apa lagi dalam pemilihan putri Pariwisata, logat sebagai kearifan lokal juga menjadi nilai tersendiri dalam bidang pariwisata. 

Identitas jangan sampai dihilangkan.
Kelirunya menapsiran dan terlenanya para budayawan, seniman dan pemangku adat serta pembuat kebijakan dalam menghadapi pengaruh global, sehingga melupakan pentingnya bahasa daerah sebagi identitas daerah. Memasuki usia 20 tahun terbentuknya provinsi kepulauan Bangka Belitung, yang dipertanyakan apa perhatian terhadap bahasa daerah sebagai alat komunikasi, sebagai identitas dan sebagai aset budaya? Terdapat ratusan dialeg dan logat bahasa daerah di Bangka Belitung. Karena dialeg dan logat bahasa daerah bila gengsi dipergunakan, perlahan identitas Bangka Belitung akan sirna.

Bahasa Daerah belum menjadi mata pelajaran sebagai muatan lokal dalam pendidikan di Bangka Belitung. Belum ada modul untuk pelajaran bahasa daerah dari tingkat SD, SMP hingga SMA. Pembiaran yang cukup lama. Sejak lama buku raport ada kolom nilai bahasa daerah, namun tetap kosong tanpa nilai. Lembaga pendidikan di daerah lain sudah ada pelajaran bahasa daerah seperti Provinsi di pulau Jawa, Suamtera Barat, dan beberapa daerah lainnya. 

Kebijakan Pemkot Bandung yakni walikota Ridwan Kamil mengharuskan pegawainya menggunakan bahasa daerah untuk satu hari dalam satu minggu untuk kegiatan dibirokrasi menunjukkan begitu pentingnya bahasa daerah sebagai identitas daerah.
Di Bangka Belitung tokoh adat dan budayawan di Bangka Belitung sepertinya belum terlalu penting memperhatikan kelestarian bahasa daerah. Buktinya sudah 20 tahun usia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung belum maksimal upaya yang dilakukan untuk pelestarian bahasa daerah.  Siapa yang bertanggungjawab terhadap kelestarian bahasa daerah ? Undang Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang, Negara, serta Lagu Kebangsaan ( pasal 42) ayat 1, pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina dan melindungi bahasa dan sastra daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian dari kebudayaan Indoensia.

Kebiasaan tetap menggunakan bahasa daerah dimulai dari lingkungan rumah tangga. Semua orang Bangka Belitung harus menyelematkan bahasa daerah yang kaya dengan dialeg, untuk tetap mempertahankan jati diri sebagai orang Bangka Belitung. Untuk itu pengembangan, pembinaan dan perlindungan terhadap kelestarian bahasa daerah harus dilakukan secara bertahap. sistematis dan berkelanjutan oleh pemerintah daerah. 

Salam dari pulau Bangka. 

Rustian Al'Ansori 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun