Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Literasi Penyiar Radio, Kucing, dan Pemustaka Menggelitik Telinga

23 Januari 2020   13:37 Diperbarui: 23 Januari 2020   13:56 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada yang menggelitik di telinga saya ketika mendengar dialog antara penyiar radio dan pemustaka (pengunjung perpustakaan). Ini terjadi dalam acara pagi hari di lembaga penyiaran publik di kota tempatku tinggal. Siaran radio masih banyak pendengarnya, karena tidak ada saingan mengingat satu-satunya lembaga penyiaran yanga ada di kota Sungailiat.

Belum lama acara siaran RRI Sungailiat pagi hari, Kamis (23/1) dimulai. Penyiar membuka siaran pukul 07.30 wib. Acara yang memberi kesempatan kepada pendengar untuk menyampaikan berbagai masalah yang dihadapi termasuk unek-unek yang ada di hati. 

Terjadi dialog antara penyiar RRI dengan seorang pendengar yang mengaku sedang berada di perpustakaan, setelah ditanya penyiar keberadaan penelpon itu. Yang dimaksud pemustaka itu ia sedang berada di perpustakaan umum kabupaten Bangka.

Setelah dialog itu terjadi, menjadi pembahasan banyak teman baik yang mendengar langsung maupun tidak mendengar. Karena pertanyaan penyiar radio yang menanyakan ramai tidak pengunjung perpustakaan dijawab penelpon, perpustakaan lagi sepi tidak ada siapa-siapa hanya ditemani seekor kucing. 

Penyiar radio tidak menyadari ada keanehan dari penelpon, masalahnya bagaimana bisa masuk perpustakaan belum ada siapa-siapa diperpustakaan itu. Apakah bisa seekor kucing membuka pintu perpustakaan? Aneh. 

Dalam kasus ini kucing yang lucu yang tinggal di perpustakan diajak penyiar dan penelpon terlibat dalam siaran pagi itu. Untung si kucing tidak memahami apa yang sedang terjadi. 

Bagi perpustakaan, mungkin keberadaan kucing sangat berarti khususnya dalam menangkap tikus yang akan merusak buku koleksi perpustakaan. Demikian pula dengan penyiar radio juga mungkin belum pernah berjumpa dengan si kucing karena tidak pernah berkunjung ke perpustakan mungkin kurang berminat membaca buku. 

Dialog pagi melalui siaran radio itu terus berlanjut mengungkapkan kekurangan perpustakaan seperti kurangnya pengunjung, di dekat lokasi perpustakaan bakal didirikan bioskop (entah apa hubungannya?), kekurangan dana perpustakaan hingga penyiar berkesimpulan perlu dilakukan pembenahan. Hebat mbak penyiarnya, begitu berani mengambil kesimpulan.

Menjadi penyiar radio bila tidak cerdas menangkap dan mengolah informasi di otak akan sangat jelas ketidakcerdasan di telinga pendengarnya. Seperti yang terjadi terhadap penyiar radio ini, sudah jelas pelayanan perpustakaan baru dimulai pukul 08.00 wib. Tapi penelpon tadi menelpon sebelum waktu pelayanan perpustakaan. 

Kemudian, yang lebih tidak mungkin lagi hanya ada seekor kucing pemustaka itu bisa masuk ke dalam perpustakaan. Mana mungkin bila tidak ada manusia di perpustakaan.

Saya lebih 20 tahun bekerja di lembaga penyiaran, bila tidak terus menambah ilmu khususnya rajin membaca sulit akan menambah pengetahuan. Saya sangat yakin membaca itu membikin cerdas. Karena itu perlu terus meningkatkan literasi tidak hanya retorika namun juga rajin membaca. Karena itu, yuk ke perpustakaan. Bila ada perpusrakaan di suatu kota dan desa, maka tugas warga kota dan desanyalah yang meramaikan kunjungan di perpustakaan.

Salam dari pulau Bangka.

Rustian al'ansori

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun